EDER POV
Aku bisa melihat bagaimana bentuk pulau Bali sebelum pesawatku mendarat,
Ini kali pertama aku ke tempat ini. Dan perasaanku masih berantakan,
Ya, aku belum pernah ke Indonesia, bukan berarti aku tidak punya uang tapi Indonesia salah satu negara yang membuatku berfikir dua kali untuk berkunjung setelah Korea Utara.
Jangan bertanya kenapa, karena aku sudah cukup lelah mendikte alasannya.
Aku melepas Safe Balt saat Pramugari sudah memberi isyarat jika pesawat sudah mendarat dengan aman di Bandara Ngurah Rai, Bali.
Tersenyum Samar,
Akhirnya aku menginjakkan kaki dengan percaya diri disini.
Aku tidak akan mengelak, beberapa tahun yang lalu saat aku sudah bisa mengurus semuanya sendiri, aku sempat berfikir untuk datang kesini, tapi..
Aku menaikan bahuku, lupakan saja, sekarang aku disini.
Jangan membebani diri dengan pikiranmu sendiri, Ed.
Mataku menangkap Earl yang merapihkan dirinya sebelum bangkit dari kursi pesawat yang ia duduki sejak dua jam perjalanan.
Perang dingin, ini masih berlanjut. dan, entah sampai kapan akan berakhir.
"Kamu gak mau turun?"
Aku menoleh setelah mendengar suara seseorang dibelakangku,
Anastasia berdiri dibelakangku, dengan wajah bingung. "Postur kamu cukup untuk nutupin satu jalan." Lanjutnya melirik kebelakang dimana beberapa orang berdiri, antri karena ulahku.
"Maaf." Sahutku singkat, lalu berjalan menuju pintu pesawat.
"Kamu mabok udara?" Anastasia menyamakan langkahnya denganku, menyusuri lorong garbarata, pintu sambung antara pesawat dan ruang tunggu penumpang. "Kamu tahu maksudnya mabok-kan?"
Tanpa sadar aku tersenyum samar, entah apa yang membuat pertanyaan-nya terdengar lucu ditelingaku. "Gue gapapa." jawabku.
"Bagus deh, masa bule aku kasih antimo." Dia menoleh dengan cengiran jahil, ekspresi baru yang aku lihat di wajah Anastasia, "Nanti perut kamu bermasalah."
Aku menyipitkan mataku sekilas, "Ini bukan termasuk perlakukan diskriminasikan?"
"Hah?" Anastasia melongo, "Bu.. Bukan begitu."
Aku menaikan alisku, niat jahil muncul begitu saja, mengerjainya sedikit pasti menyenangkan, "Terus namanya apa kalau bukan diskriminasi? Well, ini pertama kali gue kesini dan dapet perlakuan diskriminasi."
Dengan panik Anastasia menggerak-gerakkan tangannya, "Eh bukan begitu, aku cuma mastiin kamu gak sakit, aku kira perhatian adalah salah satu sikap yang harus dimiliki antar saudara, walaupun kamu dan aku itu saudara tiri-"
"Ok," selaku, Dia terlalu banyak mengatakan hal aneh dan mulai membuatku tidak nyaman.
Perhatian antar saudara?
Saudara tiri?
Oh, come on, aku bahkan masih dalam mode Freeze dengan saudara kandungku.
Kenapa aku perlu saudara tiri? Apa aku terlihat membutuhkan seorang saudara lagi?
Mendadak aku menjadi kesal,
"Gue baik, sehat dan masih bernafas. Saran gue, jangan terlalu banyak belajar dari buku atau film soal hubungan antar saudara, terkadang saudara itu hanya sekedar darah." Aku menepuk bahunya singkat, "Don't be fake, gue menghargai jika lo jadi diri sendiri."
"Tapi-"
Belum sempat bersuara, aku segera menggelengkan kepala, mengisyaratkan untuk diam. "Banyak kata tapi itu gak baik, gue tahu lo anak tunggal, Dan tetap lu akan jadi anak tunggal, gak usah terbebani dengan kata "Saudara Tiri", kita baru saling kenal, baru beberapa hari tinggal serumah, jadi gak perlu berlebihan, gue udah cukup tua untuk menjaga diri gue dan bisa memastikan kebutuhan biologis dan fisik gue terpenuhi."
Ana melongo, sepenuhnya diam.
Apa kata yang aku katakan terlalu tajam?
Apa yang aku katakan terlalu berlebihan?
Melihat reaksinya mungkin semua pertanyaan merujuk pada jawaban ya.
Ya, Eder, you are so fucking rude!
——
ANASTASIA POV
Aku tidak bisa berkata apapun, mendengar serentetan kemarahan dari Eder hanya karena hal sesepele itu.
Disini aku hanya berusaha baik, tolong garis bawahi berusaha bersikap baik. Tapi entah apa yang terjadi, reaksinya sialan berlebihan.
Dari semua yang dia katakan aku bisa menangkap, dia mengira aku bersikap sok peduli dan Fake, alias aku tidak menunjukkan sikap asliku.
Sikap asliku?
Sikap asliku yang mana yang Mr. sok tau itu pertanyakan?
Ya tuhan, dia buat aku bingung bagaimana aku harus beraksi, ini kali pertamanya aku punya saudara, dan aku benar-benar sedang berusaha untuk dekat dengannya dan Earl.
Tapi..
Aku menghela nafas, aku ingin sekali memukul kepalanya.
Dengan dengusan tak percaya aku melangkahkan kakiku menjauhi orang sok bijak yang berkata semaunya.
Eder Sialan!
Dia sendiri yang bilang dia baru mengenalku, tinggal serumahpun baru beberapa hari, lalu siapa dia yang mengatakan semua hal itu.
Berkata semaunya! Apa katanya tadi? Aku fake?!
Anak tunggal!
Dan, aku benci dibilang Anak Tunggal.
Siapa yang tidak mau memiliki saudara kandung, sayangnya aku tidak seberuntung itu!
Aku benar-benar ingin sekali meneriaki wajahnya, tapi aku terlalu marah hingga tidak tahu harus berkata apa sebagai kata pembuka.
Aku bahkan tidak peduli Jika dia sudah memenuhi segala kebutuhan biologis ataupun fisiknya.
Tidak ada yang pernah mengatakan hal seperti itu kepadaku.
Dan dia, orang pertama yang ingin sekali aku cekoki sambal agar tidak asal bicara.
Saat melihat Daddy duduk di salah satu sofa ruang tunggu VIP, aku langsung menghampirinya dengan wajah merengut.
"Wow, Ana, ada apa?" Tanya Daddy, dia pasti bisa melihat wajah anak sematawayangnya ini merah padam karena marah.
"Aku.." perkataanku tersendat saat melihat Tante Yuli dengan wajah sama khawatirnya dengan Daddy menatapku, dia juga menunggu jawabanku. "Aku, aku mau langsung jalan-jalan dulu."
Bagaimana bisa aku mengatakan terus terang bahwa anak Tante Yuli baru saja marah-marah padaku karena hal sepele, dan si Eder itu jelas-jelas tidak mau bersaudara tiri denganku.
Aku tahu bagaimana Daddy, maka dari itu aku tidak mau semuanya menjadi berantakan dan tegang nanti.
"Ya ampun Ana, Daddy, kira kamu kenapa." Daddy meraih tanganku, "Kita hanya perlu menunggu sopir, kamukan bisa pergi setelah sampai di Vila."
"Daddy pergi dulu aja, aku cuma mau titip koper, sudah lama gak ke Bali, aku mau jalan-jalan aja kok." Sahutku, bersikeras, aku tidak mau bertemu dengan Eder menyebalkan itu dulu.
"Hei Eder." Sapa Tante Yuli, yang ditanggapi Eder dengan acuh tak acuh.
Lihat si Mr sok tau itu, disapa Mama-nya aja malah merengut begitu.
Berumur panjang,
Baru aku memikirkan namanya dia sudah muncul, aku bisa melihat senyum canggung dari wajahnya saat disapa Tante Yuli.
"Ok Daddy? aku bisa pergi dan pulang sendiri kok." Kataku lagi, ingin pergi dari sini secepat mungkin.
"Not now sweety, Keponakkan kamu sudah pada di Vila, masa Kita sampai kamunya gak ada, Nanti Alcila nanyain kamu loh."
Aku menghela nafas, tidak ada pilihan lain selain berkompromi dengan keadaan. "Iya iya." sahutku malas,
Aku kembali melirik Eder yang sekarang duduk santai disofa sebelah kanan, berbeda 2 sofa dari sofa yang diduduki Tante Yuli.
Eder sibuk memainkan iPhonenya tanpa rasa bersalah, dia bahkan bisa mengacuhkanku setelah membuat mood-ku hancur lebur.
Menyebalkan!
——
EDER POV
Benar, apa yang aku bilang beberapa waktu lalu.
Anatashia seperti maskot dalam keluarga Nugroho, terlihat dari bagaimana semua anggota keluarga berbaur padanya saat dia datang.
Dari yang kecil, remaja hingga dewasa tidak ada satupun yang tidak memanggil namanya.
Ana sayang, kemarilah tante bawain kue lapis kesukaan kamu,
Auntie Ana, ayo kita buat milkshake,
Ana, join main bola voli yuk.
dan semua basa-basi lainnya,
Entah karena mereka benar-benar menyayangi Anastasia atau hanya mencari keuntungan darinya. ya, tidak heran kalaupun mereka mencari keuntungan Anastasia merupakan sasaran yang tepat.
Aku berpaling dari memperhatikannya, lelah sendiri melihat Anastasia yang mondar-mandir sibuk dengan sanak saudaranya.
Mataku menyisiri sepanjang pantai yang membantang luas dihadapanku. Mulai menikmati kedamaian yang tiba-tiba menerpa wajahku.
Sepertinya aku perlu membeli properti disekitaran sini,
Rumah dipesisir pantai, itu hal yang bagus.
Tidak perlu besar, hanya rumah minimalis yang cukup untuk diriku sendiri.
Seketika lamunanku buyar saat merasa jemariku ditarik seseorang, mataku bertemu mata bulat dengan iris hitam legam. Anak kecil kira-kira berumur 5 tahun mengenggam tanganku, dengan tatapan polos seperti meminta sesuatu.
Mencari perhatian.
Aku tersenyum, siapapun anak ini memiliki dia memiliki wajah menggemaskan yang memikat, "Can I help you?" Tanyaku sambil membungkuk kearahnya.
Dia masih diam memegang tanganku, menariknya sekali lagi.
Aku berjongkok dihadapannya, memposisikan diriku sejajar dengannya, meraih jemari kecilnya. "Can I help you?" Tanyaku sekali lagi.
"Uncle sedang apa? Auntie Ana bilang, gak boleh bengong nanti kemasukan hantu." sahutnya dengan polos,
Jawabannya membuatku tertewa renyah, menoleh ke kanan ke kiri mencari yang punya nama, tetapi tidak ada.
Ana-ana, berapa umurnya.
Konyol sekali dia, menceritakan hal aneh pada anak kecil.
Aku kembali menatap ke anak kecil yang masih memperhatikan gerak-gerikku. "Nama kamu siapa?"
"Cila, Alcila Putri Haryono." jawabnya dengan antusias,
"Aku Eder, Eder Von Mirrendeff." aku tersenyum samar, "Panggil aja Uncle Ed."
Jemari kami terkait, tangannya hanya seperampat telapak tanganku. Mungil,
Alcila tersenyum, menghusap wajahku lembut.
"Cila." Panggilan yang berhasil membuat Alcila terkejut hingga tangannya jatuh disebelah tubuhnya.
Anastasia, dengan wajah merah padam berjalan dengan langkah lebar menuju Alcila, dan langsung menggendongnya, seakan aku Duri yang bisa melukai gadis kecil itu.
Apa-apaan tingkah berlebihan itu?
"Kamu gak boleh dekat-dekat sama orang Asing, nanti diculik." Katanya menatap Alcila serius.
Aku bangkit dari posisiku, berdiri lebih tinggi dihadapan Anastasia dengan pandangan protes.
"Dia teman Cila, Auntie. Uncle Ed." jawaban Cila membuatku tersenyum samar,
"Bukan!" Anastasia menatap Alcila serius, "Kamu gak boleh kenal sembarangan sama orang, gimana kalau dia jahat? Culik Cila, terus Cila gak bisa ketemu Mami Papi dan Auntie lagi."
Aku mendengus tak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar, "Gak baik nakut-nakutin anak kaya gitu. Lo-" kataku berhenti saat melihat Alcila memperhatikan aku dan Anastasia bergantian, "Kamu gak boleh sedikit-sedikit nakut-nakutin anak kecil yang aneh-aneh."
"Yang kesurupanlah, yang diculiklah, konyol banget." Tambahku.
Anastasia menatapku tajam, "Saya gak cukup kenal sama anda ya, jadi wajar jika saya bersikap waspada."
Aku mendengus tidak percaya, dia memang marah dan masih tersinggung dengan apa yang aku katakan di bandara tadi.
Merasa tidak perlu menanggapi, aku meraih pipi Alcila yang tampak kebingungan, menghusap pipinya lembut.
Alcila, gadis kecil yang lucu.
"Nice to meet you Cila, Uncle Ed masuk dulu ya." Kataku, melambaikan tangan pada Alcila sebelum pergi.
"Dadah Uncle Ed." Balas Alcila, sedangkan Anastasia menatapku tajam karena mengabaikan coletehannya.
Tidak ada gunanya saat menjelaskan kesalahpahaman pada orang yang terlanjur marah dan keras kepala, hanya membuang-buang waktu.
Mereka hanya mau mendengar apa yang ingin mereka dengar.
——
AUTHOR POVAnastasia terlihat bahagia berlarian dipinggir pantai bersama Arcila, mereka berlarian menghindari ombak sambil sesekali tertawa menertawakan ekspresi lucu satu sama lain.Pantai, merupakan hal terfavorit untuk Anastasia. Dia memiliki angan-angan suatu hari nanti, akan menikah dibawah sinar bintang, dengan ditemani suara deburan ombak dan angin yang tak henti menerpa wajahnya. Impian seorang gadis akan pernikahan idamannya.Seketika gelak tawanya berhenti, saat melihat seseorang Anastasia membeku. Dia bahkan tidak menghindar saat ombak besar menerpa betisnya. Dari kejauhan bisa dilihat bagaimana ekspresi bahagia Anastasia sirna dalam sekejap, senyumnya perlahan menghilang saat ia melihat laki-laki yang pernah menjadi masa lalu gilanya.Laki-laki yang dulu dia fikir akan menikahinya,Laki-laki yang diharapkan mengwujudkan impiannya,Laki-laki yang menjadi alasan untuk setiap mimpi dimasa depannya,Nathan Erlangga.-ANASTASIA POV"Auntie."Panggilan Arcila mengejutkanku, Aku
EDER POVAku menghentikan langkahku saat melihat Anastasia berlari kecil kesana kemari ikut mengatur menata pesta makan malam antar keluarga nanti malam, sesekali dia berbicara pada pelayan seperti memberi intruksi.Sesuatu yang tidak pernah bisa aku lakukan, bersandiwara untuk terlihat baik-baik saja.Dengan gesitnya dia berlari kesana kemari, aku bisa melihat bahwa mendekorasi pesta ini membuatnya senang. Tapi entah kenapa aku kasihan melihatnya,Tak henti-hentinya dia tersenyum, dan berlari hingga tiba-tiba langkahnya berhenti.Anastasia mematung memeluk satu buket cukup besar berisi bunga Lily, membuatku mengerutkan kening karena keheran melihat keceriaannya menghilang persekian detik seperti tertiup angin. Aku berusaha mengikuti arah pandangnya, dan aku menangkap laki-laki bersama seorang perempuan berjalan bergandengan, berbincang ringan dan sesekali tertawa bersama.Nathan, dan entah siapa perempuan yang ada disampingnya.Aku kembali melihat kearah Anastasia, dia masih diposisi
EDER POVAku tidak terlalu suka berada dikeramaian, terlebih berada dilingkungan asing yang sama sekali tidak kukenal. Tapi saat ini aku tidak begitu merasa terbebani karena ada Anastasia yang dengan ringan memperkenalkanku dengan sanak saudaranya, membuatku bisa merasakan berada disebuah keluarga.Lebih tepatnya, keluarga besar.Anastasia memang benar seperti maskot keluarga Nugroho, dia peduli dan mengerti setiap keluarganya, Satu persatu.Mungkin, dia lebih paham bagaimana keluarganya dibandingkan dirinya sendiri."Itu namanya Bastian." Anastasia melambaikan tangannya saat laki-laki berjas hitam melambai lebih dulu kearahnya, "Dia baru selesai kuliah di Australia, padahal masuk kuliahnya barengan aku. Dulu waktu kecil dia gak seganteng itu, ingusan, gak mau pakai baju, gak tahu kenapa bisa secakep itu sekarang.""Lo sering kumpul-kumpul keluarga?" Tanyaku, masih memperhatikan satu persatu keluarga Anastasia yang super banyak itu.Jika aku Anastasia aku tidak yakin bisa mengingat ma
FLASHBACK"Sayang."Laki-laki tampan itu menoleh, dengan langkah cepat Anastasia mendekatinya lalu memeluknya dari belakang."Tunangan aku kok wangi banget, habis mandi ya?" Tanya Anastasia menghirup dalam kaos oblong putih yang dipakai laki-laki yang sudah bersamanya bertahun-tahun.Aroma favoritnya,"Kamu baru pulang? Gimana kuliahnya, kamu harus lulus tahun ini, emangnya kamu gak mau ikut Aku ke Landon buat nerusin kuliah Aku." Sahut laki-laki yang tak lain adalah Nathan, dia berbalik mengubah posisi memeluk gadisnya.Menghelus lembut rambut panjang gadis yang sangat berarti untuknya,"Iya, aku sudah berusaha keras kok, aku pasti Lulus tahun ini." sahut Anastasia dengan semangat,Nathan tersenyum, menghusap hidungnya dengan hidung Anastasia. "Jadi cuti dulu ya dari blog dan desain kamu. Om Nugroho gak akan bilang yes kalau kamu belum lulus.""Daddy pasti bilang yes buat aku, kamu gak perlu khawatir." sahut Anastasia, dia lebih mengenal Ayah-nya lebih daripada yang lain. Dia tau, ji
ANASTASIA POVRock bar, Ayana Resort, Bali.Aku masih menatap Eder yang dengan santainya duduk celingak-celinguk memperhatikan sekitar, aku masih tidak bisa percaya beberapa saat yang lalu dia menarikku pergi dari acara makan malam keluarga.Setiap kali mengingat hal itu jantungku masih berdegup kencang hingga sekarang.iPhone-ku kembali berbunyi, entah sudah keberapa kali Mbak Rini menghubungiku."Gak mau diangkat aja?" tanya Eder dengan santai sambil mengetuk-ngetuk meja dengan jamarinya, menikmati alunan DJ yang diputar. Seakan tidak ada beban.Apa-apaan itu?Apa dia tidak merasa bersalah?Liat dia baru saja membuat masalah tapi dia bisa sesantai ini dan pura-pura tidak terjadi apa-apa."Kamu sadar gak sih, kita habis ngapain."Aku benar-benar ingin memukul wajah sok bodohnya itu, pelanga-pelengo benar-benar tidak menyadari perbuatannya, "Memangnya apa?""Oh god.. Mr Eder, are you kidding me?" Aku berdiri dari tempat dudukku, sebal bukan main dengan tingkahnya."Ayo pulang!" sahutk
ANASTASIA POVAku membuka pintu mobil lalu menutupnya kembali dengan keras, mencoba untuk melampiaskan rasa kesal. Aku marah, dan merasa sangat bodoh, sekaligus malu.Mengepal tanganku erat. Aku ingin memukul sesuatu, mencabik apapun hingga tidak tersisa.Mencoba mengatakan pada dunia kalau aku tidak merasa baik-baik saja.Sulit merasa untuk baik-baik saja."Anastasia!" panggil seseorang yang ku tahu siapa,Aku mendengus, nafasku tidak teratur karena emosi yang tak terbendung. Aku hanya berdiri mematung beberapa langkah didepan villa tanpa berniat berbalik melihatnya.Beberapa lampu sudah padam menandakan bahwa pesta makan malam sudah selesai, hanya ada beberapa pekerja yang terlihat merapikan tatanan meja yang ada.Eder sialan!Tanpa sadar aku memakinya.Seseorang menarikku tanganku, merengkuhku erat.Dia adalah orang yang baru saja kumaki, aku tidak menyadari dia berjalan mendekatiku tadi.Aku berusaha mendorongnya tapi dia malah memelukku semakin erat. Berangsur-angsur amarah itu m
EDER POVHari H, hari pernikahan yang ditentukan.Entah kenapa aku menghela nafas, merasa perasaan berat yang aneh menyeruak di dada.Aku membenarkan dasi kupu-kupuku. Tuxedo bridesmaid, aku tidak pernah berfikir akan memakai perlengkapan seperti ini, tidak pernah berfikir bahwa aku akan menjadi pengiring pengantin seseorang mengingat aku tidak punya cukup teman baik untuk hal seperti ini, tapi ternyata takdir berkata lain.Aku menjadi bridesmaid Ibu kusendiri.Aku tersenyum kecut menyadari fakta tersebut, Mom memang belum tua untuk menikah lagi, tapi Apa itu diperbolehkan? Bukan, itu bukan pertanyaan yang tepat, Apa tidak terdengar lucu wanita berusia hampir setengah abad untuk menikah lagi? Bagiku itu terdengar seperti bualan.Well, sejak dulu Mom memang tidak pernah merasa bahagia, aku masih ingat bagaimana mereka bertengkar, menyalahkan dan mengatakan jika hidup bersama adalah sebuah kesalahan besar dan membuat Mom tidak bahagia.Entah itu benar karena tidak bahagia? Atau menuntut
REVERIE POV"Ana."Aku berbalik begitupun Eder yang berjalan beriringan denganku,NathanNathan berdiri beberapa meter didepanku, matanya menatap tajam diriku dan Eder bergantian."Kamu mau kemana?" tanyanya, berjalan mendekatiku dan Eder yang masih mematung tanpa menyahut, "Kamu mau pergi kemana? Memangnya acara pemberkatan sudah selesai?" tanyanya lagi, ada nada ketus diakhir kalimat membuatku mengernyit tak mengerti.Nathan marah?Apa yang membuatnya kesal?Aku melirik Eder yang menatap Nathan dingin, seakan tak berniat untuk menjawab pertanyaan yang Nathan berikan.Aku berdaham singkat, mencoba memecahkan keheningan, "Ini aku mau cari minum sama Eder." jawabku agak ragu.Nathan kembali menatapku, sengit, "Kamu kira aku bodoh." tanpa aba-aba dia meraih tanganku, menariknya sedikit kencang, membuatku mau tidak mau berdiri disampingnya.Tangan Nathan mencengkram tanganku erat, "Daddy kamu masih ada di Chapel dan kamu mau kelayaban entah kemana, kurang perginya?"Aku menatapnya tida
ANASTASIA POVSaat aku masih muda dulu aku sangat menginginkan putri kecil yang cantik, membayangkan memilki seorang anak perempuan itu sangat menyenangkan. Ramput panjangnya yang bisa aku ikat dengan berbagai model ikatan setiap kali anakku akan berangkat sekolah, pita dan ikat rambut warna warni terhias dengan sempurna diatas kepalanya, membayangkannya saja sudah membuat hatiku terasa hangat dengan perasaan bahagia.Aku ingin menggunakan dress warna atau model senada dengan anak perempuanku nanti, dan mendapatkan Adelaine dalam hidupku benar-benar seperti impian yang menjadi nyata. Tidak hanya itu, masih banyak hal lain yang ingin aku lakukan dengan Adelaine. Aku ingin mewujudkan impianku dulu, saat aku berharap memiliki seorang ibu diwaktu kecil.Sebelumnya hanya impian kosong seorang anak yang tidak memiliki ibu, impian yang tidak pernah bisa aku wujudkan. Tapi sekarang, aku memiliki Adelaine dan aku ingin ia menjadi anak yang istimewah dan selalu bahagia disetiap hembusan nafas
EDER POVSejak waktu yang lama aku berhenti bermimpi, aku tidak lagi memiliki keinginan lain selain sukses dalam karir. Aku berhenti memimpikan setiap hal mengenai keluarga, apapun itu, entah keluarga besarku yang kembali utuh atau aku yang memiliki keluarga kecilku sendiri.Aku bersikap egois untuk apapun yang aku sebut kesuksesan, aku menutup diri untuk apapun yang berkaitan tentang perasaan. Tapi itu yang membuatku semakin kesepian, dan itu menggerogotiku lebih dalam.Setelah aku menyerah pada setiap hal tentang keluarga, semesta malah memberikanku anggota baru dan memaksaku untuk menerima kenyataan jika aku akan memiliki Ayah sambung beserta saudara tiri yang tidak pernah kukenal sebelumnya.Seperti aku yang sudah menyerah akan keluarga, aku tidak dengan mudah menerima itu semua.Aku sempat marah tentu saja, itu tidak sesuai dengan apa yang kuharapkan tapi lagi-lagi tidak ada yang bisa aku lakukan selain menerimanya.Entah mulai dari mana, entah apa yang membuat semua keadaan beru
AUTHOR POVSarah melangkah dengan langkah lebar menghampiri Eder yang masih manahan tubuhnya di tembok, dia menendang kaki Eder membuat pria itu meringis bersamaan dengan tubuhnya yang terjatuh ke lantai. Air mata tidak henti-hentinya jatuh di pipi Sarah dalam lubuk hatinya melihat Eder seperti itu menyiksanya tapi mendengar apa yang Eder katakan sebelumnya membuat hatinya lebih terluka. Sarah menarik rambut Eder menyeretnya menuju pintu kamar dimana Anastasia berada. Eder berusaha menahan tubuhnya tapi saat Sarah menghentak rambutnya ia tidak kuasa melakukan apapun selain membiarkan dirinya dibawa Sarah dengan cara kasar.Sarah membuka pintu itu dengan kasar, langsung mengacungkan pistol yang ada ditangan kanannya pada Anastasia yang tersentak karena kedatangannya, "Aku benar-benar benci akhir yang bahagia.""Itu menyebalkan karena aku satu-satunya yang tidak bahagia, aku tidak akan membiarkan siapapun keluar dengan bahagia dari rumah ini." tambahnya sesekali terisak,Eder yang me
"Berdiri mencintai seseorang sendirian, itu bukan hal yang mudah."EDER POVAku menghembuskan nafas berat saat mendengar suara Sarah yang antusias. Perasaan menyangkal itu muncul, Benarkah sosok yang sangat aku kenal ini bisa menyakiti istriku?Dadaku langsung sesak saat menyadari Anastasia yang menghilang dan aku masih tidak tahu kondisinya sekarang, "Hallo." suaraku gemetar,"Kamu baik-baik saja Ed?" tanya Sarah, Bagaimana bisa baik-baik saja? Aku bingung dengan sikapmu yang biasa saja, aku bingung dengan nada suaramu yang seperti tidak ada masalah,Sarah jika kau bermain-main dengan Anastasia sekarang, itu berarti kau juga bermain-main dengan hidupku, Aku menarik nafasku, berusaha untuk bersikap normal dan tidak mencurigakan, bagaimana sikapku saat ini mungkin akan mempengaruhi keadaan Anastasia. Ya jika Anastasia benar-benar bersamanya, "Aku sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja, apa aku bisa bertemu denganmu?"Jantungku berdegup kencang setelah mengatakan maksudku, Apa di
"Kamu tahu apa yang paling bahaya dari cinta, saat cinta tidak lagi tulus dan berubah menjadi ambisi untuk memiliki seutuhnya. Karena cinta tidak sesuci itu, dia bisa berbahaya jika dimiliki oleh orang yang salah." AUTHOR POVHari demi hari sudah Anastasia jalani, tidak ada semenit pun Anastasia tidak menangis. Ini sudah hari ke dua Anastasia dirumah ini, rumah yang hanya ia ketahui jika Sarah tinggal disini dengan beberapa orang yang tidak pernah Anastasia temui.Selama dua hari ini, Anastasia merasa hidupnya seperti didalam neraka. Berubah 180 derajat dan ia tidak pernah membayangkannya.Sarah datang untuk berdebat dan menyiksanya, entah berapa kali Sarah hampir membunuhnya.Sarah sangat senang bermain-main dengan Anastasia, seperti sengaja membuat Anastasia ketakutan dan memilih untuk mengakhiri hidupnya, bahkan saat Anastasia mengeluarkan darah karena perlakuan Sarah bukannya merasa bersalah Sarah malah tertawa terbahak-bahak merasa puas.Anastasia tidak tahu berapa lama lagi ia
AUTHOR POVAnastasia merasakan pusing yang amat sangat saat membuka matanya, hatinya mencelos seketika menyadari keberadaannya disebuah kamar yang sangat asing untuknya. Dimana aku? batinnya, Hatinya berdegup kencang, tangannya menyentuh perutnya cepat-cepat. Instingnya berkata untuk segera melindungi bayinya,Anastasia hampir melompat saat mendengar tuas pintu berbunyi, tubuhnya seketika membeku saat melihat Sarah masuk kedalam dengan dress bunga-bunga. Senyumannya membuat bulu kuduk Anastasia berdiri, Bagaimana bisa Sarah disini? Anastasia menyadari bahwa ada yang tidak beres disini.Dengan gerakkan lemah gemulai Sarah meletakkan tangannya didepan dada, masih dengan senyum yang menakutkan."Bagaimana tidurmu?" tanya Sarah masih dengan senyuman itu yang membuat nafas Anastasia tercekat."Aku-aku ada dimana?""Kau aman ditempatku." ujar Sarah,Bayangan terakhir kali menyadarkan Anastasia, ada seseorang yang menculiknya, "Apa-" Suara Anastasia bergetar, "Apa kamu menculikku?"Jujur sa
AUTHOR POVSudah seminggu semenjak Eder sampai di Amerika, ia tidak pernah pergi keluar dari Rumah Sakit tempat Hans dirawat.Selama seminggu itu juga Eder tidak melakukan apapun selain menjaga Hans, dia memilih untuk menginap dirumah sakit dibandingkan pulang ke rumah ataupun Mansion Ayah-nya.Eder tidak menangapi semua orang yang ingin menemuinya, bahkan dia mengutus sekretaris Ayah-nya untuk memberi tanggapan atau klarifikasi pada pers yang membuat perkemahan sendiri diarea rumah sakit untuk mendapatkan berita tentang Ayah-nya.Setelah selesai memberi informasi terbaru mengenai kondisi Hans, Sekretaris Hans datang berkunjung untuk memberikan laporan serta menemui Boss besar-nya dan Eder."Dimana jalang itu?" tanya Eder, dia mengingat Laura kekasih Ayah-nya yang tidak kunjung datang sejak ia sampai di Amerika dan menunggui Hans.Sekretaris Hans berdaham, "Tuan besar sudah tidak bersama dengan Laura sudah sejak lama."Eder yang awalnya tidak tertarik menoleh untuk melihat Pria yang u
ANASTASIA POVSemua anggota keluargaku berkumpul di ruang tamu apartemen, mereka semua tampak cemas tapi dari semua ekspresi mereka Eder-lah yang terlihat paling tegang, dia bahkan tidak menggubrisku saat aku berusaha menenangkannya dengan menghusap-husap jemarinya."Anastasia tidak bisa ikut denganku ke Amerika." Aku menoleh pada Eder yang duduk disampingku, Eder menarik nafasnya lalu kembali berkata, "Anastasia sedang hamil besar jadi akan beresiko jika ia berpergian jauh.""Apa?" Aku tersentak, cukup terkejut hingga aku tidak bisa berkata apa-apa."Earl, segera buat visa lo, gue cari penerbangan akhir malam ini, gue berangkat duluan." Eder bangkit dari posisinya, kali ini dia melihat kearah Tante Yuli dan Daddy bergantian, "Tolong jaga Anastasia selama aku tidak ada, aku akan kembali sebelum Anastasia melahirkan."Tante Yuli dan Daddy hanya tertegun melihat Eder, mereka bahkan tidak mengatakan apa-apa saat Eder pergi masuk ke kamar tidur kami.Earl bangkit dari posisinya, "Aku akan
AUTHOR POV Anastasia terbangun dari tidurnya, matanya mengerjap-ngerjap sebentar sebelum ia meraih ponselnya dinakas untuk melihat jam.Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, Anastasia menguap lalu bergerak bangkit dari posisinya.Eder telentang disampingnya, masih menggenakan jeans dan kaos yang ia kenakan semalam.Rasa bersalah memenuhi hati Anastasia, semalam dia dengan kejamnya meminta sesuatu yang mustahil, mana ada tukang ice cream rujak yang jual jam tiga dini hari. Anastasia menghusap rambut Eder sayang sebelum bangkit dari posisinya, dia benar-benar merasa bersalah.Kehamilannya sudah cukup tua hingga membuat Anastasia kesulitan berjalan, pinggangnya selalu terasa pegal, dan kakinya juga membengkak sejak bulan lalu saat kehamilannya menginjak bulan ke tujuh. Anastasia membuka pintu kulkasnya, alisnya bertautan saat melihat rujak dan es krim yang sudah sedikit meleleh dikuahnya. Senyuman mengembang diwajahnya, seakan tahu apa yang dilihat Mommy-nya perut Anastasia bergerak, "I