Kehidupan kampus Daffin yang biasa-biasa aja berubah 180 derajat ketika tanpa sengaja Serena mulai masuk ke dalamnya. Iya, Serena yang itu. Serena yang terkenal sebagai bad-bitches dan suka flirty sana-sini. Serena yang tanpa aba-aba mulai memeluk lengannya, memanggilnya sayang, bahkan mencium bibirnya!
View MoreMemang benar kata Bianca, film semi sama realita mah enggak ada apa-apanya. Serena sangat-sangat menyetujui statement itu ketika berhadapan dengan Daffin yang sedang dalam mode dominant seperti sekarang ini. Ketika kulit telanjangnya menyentuh dinginnya porcelain bathup kamar mandi, Serena lagi-lagi hanya bisa memasrahkan segalanya pada Daffin. Hangatnya air mengalir mulai terasa membasahi kain yang masih tersisa di badan. Serena bahkan tidak mau memikirkan lagi kapan dan bagaimana Daffin menyalakan air itu. “Bilang kalau kamu enggak nyaman,” Daffin membelai sisi wajah Serena. Tapi Serena malah melayangkan kecupan di bibir. “It is okay. No need to hold your feelings tho,” katanya sekaligus isyarat bagi Daffin agar tak perlu menahan diri. “Sure. I don't even trying.”Kalimat terakhir Daffin sebelum merobek kain terakhir Serena dan membuangnya keluar bathup. Serena langsung merasakan dua jari merambah ke dalam sana. Ia memekik dan melenguh kemudian. Lima jari Daffin melingkari lehe
Gue cabut, makasih buat tumpangannya. I'm better now, don't worry :) Serena membaca berkali-kali tulisan pada memo yang ada di genggamannya kurang lebih dalam lima menit pertama. Baru menit selanjutnya ia mengeluarkan ponsel dan men-dial nomor si penulis memo, Sarah. Dering demi dering terus terlewat namun jawaban tidak kunjung didapatkan. Tidak menyerah Serena mencoba sekali lagi, membiarkan memo yang ada di tangannya diambil alih oleh tangan lain. “Gue kira lo benar-benar enggak tahu dimana keberadaan Sarah.” Daffin bergumam setelah membaca kertas di tangannya. Rencananya sore ini mereka mampir ke unit Serena hanya untuk mengantarkan makanan kesukaan Sarah. Akan tetapi saat mengambil air minum untuk membasahi tenggorokan, Serena malah menemukan sepotong sticky note tertempel di lemari pendinginnya.Serena berdecak karena deringnya lagi-lagi tidak terjawab. “Kemana pula sih manusia ini?!”“Fase denial-nya udah selesai. Mungkin sekarang she wants to clean up everything.” “Kalau ju
“Enggak capek? Lo sering plank ya?” Serena bertanya heran karena selama ia berbicara panjang kali lebar, Daffin tidak sedikit pun bergeser dari posisinya. Bertahan di atas Serena dengan siku sebagai tumpuan. Sebenarnya cowok itu tidak terlalu mendengarkan karena fokus pada wajah Serena dan sibuk menaruh kecupan sesekali. Posisi yang rasanya terlalu intim hanya untuk sekedar ber-story telling, tapi berhubung mood Serena sedang bagus, ia tetap menceritakan hal-hal tentang hidupnya dari yang penting tak penting hingga yang benar-benar penting. “Lanjutin aja,” pinta Daffin sambil mengusap lembut garis rahang Serena dengan ibu jarinya. “Bokap kandung lo programmer juga?”Serena menggeleng samar. “He is an artist. Gue masterpiece-nya,” katanya bercanda sambil tertawa kecil tapi kemudian tersenyum sedih, “Sayang umurnya enggak panjang.”“I knew. Bokap lo meninggal waktu lo umur lima tahun kan? Makanya lo ikut tante Jane ke Indo,”Serena mengangkat kedua alisnya tinggi baru saja sadar akan
Serena mematung di anak tangga paling atas ketika melihat seorang gadis berambut pendek keluar dari pintu kamar Daffin. Literally perempuan tulen yang memakai dress one piece sedikit di atas paha. “Makasih, kak. Maaf kalau saya ngerepotin jangan kapok, ya kak,” Dari tempatnya Serena bisa mendengar suara halus gadis itu yang membuatnya bergidik. Ini bisa-bisanya ada ayam dateng darimana anjir?! “Iya, hati-hati.” Suara Daffin terdengar meskipun wujudnya tak terlihat. Serena menggeram dalam hati, semoga ini ayam jatoh keserimpet terus langsung jadi semur kecap! Sambil menaikan dagunya, Serena berjalan mendekat. Suara sepatunya cukup untuk mengalihkan perhatian si gadis ayam bahkan Daffin ikut menyembulkan kepalanya untuk melihat siapa yang datang. Serena bersidekap, menatap gadis berambut pendek di depannya dari atas sampai bawah. “Kak Serena?” Serena mengangguk sambil tersenyum, tapi gadis itu justru membulatkan matanya merasa panik. Baru kemarin ia mendengar soal keributan di de
Sarah mencicipi sup ayam yang masih mendidih di atas kompor dengan penuh kekhawatiran. Setelah otaknya menerima rangsangan rasa, Sarah langsung mengernyit. Rasanya sangat jauh dari kata enak. Ia menghela napas panjang. Memang paling benar seharusnya menunggu Serena pulang saja. Agak tidak sesuai dengan tampang, tapi masakan Serena itu lezat. Sejak Sarah mengabarkan keadaannya pada Serena dan Bianca, perempuan itu tinggal di unit Serena. Tempat yang cukup jauh dari jangkauan Daniel, tanpa harus membuat khawatir orang tuanya. Terdengar suara password ditekan kemudian tak lama pintu terbuka. Senyum Sarah mereka langsung menyambut karena ia kira Serena yang pulang. “Ser, gue laper. Masak ayam tapi—” Yang datang ternyata bukan Serena, melainkan Brian. Cowok itu melihat Sarah dari atas sampai bawah sebelum menyunggingkan senyum. “Tapi apa? Gosong?” Senyum Sarah jadi menghilang. “Anyep, kak.” Sarah kembali ke dapur dan mematikan kompornya. “Ngapain ke sini?” “Mau lihat elo,” Brian men
Di lantai lima gedung jurusan Ilmu Komputer saat pagi hari itu biasanya santai, aman dan tentram karena rata-rata penghuninya adalah mahasiswa semester lanjut. Tapi pagi ini sebuah kebisingan tiba-tiba terdengar ke segala penjuru lantai lima menyebabkan setiap orang setidaknya melongokkan kepala agar bisa mengetahui penyebabnya. Teriakan kesakitan seorang laki-laki menggelegar memanggil mahasiswa di sana untuk berkerumun. “LEPAS DULU LEPAS SAKIT NYET INI RAMBUT GUE MAU COPOT!!!” Itu suara melengking Daniel yang sedang berusaha menarik lepas rambutnya dari genggaman Serena. Jadi akar permasalahannya bermula sejak kemarin, sepulangnya dari kosan Daffin, Serena mendapat telepon dari Sarah. Satu kalimat dari Sarah yang serta merta langsung membuat Serena untuk mendatangi temannya itu. Dan pagi harinya, ketika menemukan Daniel berada di depan lab komputer, Serena tanpa tedeng aling-aling langsung melompat pada laki-laki itu menjambak rambut Daniel sekuat tenaga. Daniel yang sebenarnya se
Setelah kemarin usahanya untuk mencari Daffin di sekitaran kampus tidak membuahkan hasil, hari ini Serena mendatangi kosan Daffin sebagai bentuk usaha selanjutnya. Walaupun nanti Daffin tidak mau membukakan pintu, setidaknya Serena bisa berteriak saja dari luar. Bodo amat, urusan imagenya yang hancur bisa belakangan.Karena kalau dipikir-pikir ini kan bukan sepenuhnya salah Serena. Serena juga sudah sering menyebut perkara mantan di depan Daffin. Hanya saja—ia tidak menyebutkan siapa orangnya. Kesalahan Serena hanya itu bukan? Urusan Galendra dengan Catherine itu tidak ada sangkut pautnya dengan Serena. Gadis itu juga tidak sama sekali mengganggu Catherine.Pokoknya Serena akan mengatakan semuanya di depan Daffin, terserah mau laki-laki itu dengarkan atau tidak. Sebagai seorang intelektual sudah seharusnya Daffin bisa memakai logika-nya untuk berpikir.Begitu pikir Serena sebelum pintu kosan Daffin langsung terbuka setelah ketukan pertama, menampilkan tubuh tinggi Daffin dalam balutan
Dalam beberapa hari ini Serena berusaha mencari ketenangannya sendiri, mengikuti saran Brian untuk tidak mendatangi Daffin sebelum urusannya dengan Galendra selesai. Toh itu bukan apa-apa, jelas yang terluka malam itu adalah Daffin, bukannya Serena. Harusnya Serena mampu, harusnya Serena bisa baik-baik saja, harusnya Serena bisa tenang, dan harusnya Serena tidak merasa sesak. Akan tetapi kenyataannya, Serena tidak baik-baik saja. Pikiran gadis itu melayang entah kemana. Membayangkan kalau saja malam itu tidak terjadi, atau minimal malam itu dia tidak mabuk sehingga bisa mengusir Galendra bukannya malah melampiaskan kerinduan. Kalau saya begitu, saat ini pasti Serena sedang menghabiskan waktunya bersama Daffin. Mereka akan memperdebatkan hal-hal tak penting, membahas apa saja selama detik masih terus berjalan. Sebagai seseorang yang sangat-sangat berlogika, Saat ini Serena sedang tidak bisa menggunakan logikanya. “Fix, berarti lo baper sama Daffin.” Celetuk Bianca enteng. Ketika me
Setelah mengantar Serena ke gedung apartementnya, Sarah kembali lagi ke night club karena Bianca masih ada di sana. Memang, di antara tiga serangkai itu, Sarah seringkali berperan sebagai ibu yang mengurus dan memastikan keselamatan anak-anaknya. Karena Bianca si childish dan Serena yang terlalu cuek.Tapi Sarah tidak bisa menemukan Bianca. Tadi Sarah meninggalkan Bianca yang masih sibuk di dance floor karena keadaan Serena sudah mabuk terlalu banyak. Dengan mata melotot, Sarah menginspeksi ruangan remang-remang itu hingga ke sudut mencari tanda-tanda eksistensi Bianca.“Takut banget gue mata lo lepas,”Bukannya Bianca malah ada si mantan. Sarah langsung melemparkan tatapan tajamnya.“Nyari Siapa?”“Yang jelas bukan nyari lo,” Sarah lanjut mengedarkan pandangannya.Daniel mengangkat alisnya tinggi dan merapatkan diri pada Sarah. “Kalau adanya gue gimana?”“Enggak minat,” Sarah menyikut tubuh Daniel agar menjauh.“Bianca dah kagak ada. Tadi udah balik, gue pesenin taksi,” kata Daniel e
"Setahun ini rektornya semedi doang, ya? Percuma bayar UKT mahal-mahal." Omel Serena sambil memutar bola mata malas. Ia kesal karena ternyata fasilitas lift masih belum tersedia untuk para mahasiswa sedangkan kelas pertamanya hari ini ada di lantai lima. Padahal selama mengambil cuti ia terus membayar ukt penuh. Ingin sekali rasanya Serena menyumpahi para motivator yang mengatakan bahwa kuliah itu tidak penting. Karena berbekal anggapan para motivator tersebut serta satu dan lain hal, Serena memutuskan untuk cuti setahun lalu. Sekarang beginilah akibatnya, ia tertinggal cukup jauh dengan teman-teman seangkatannya. Yang lain sudah mulai garap skripsi sebagai syarat kelulusan, Serena masih harus berebut dosen dengan adik tingkat. Percuma ia sudah mempunyai banyak ide-ide untuk skripsinya sejak semester awal. Sayonara cumlaude. Melirik arlojinya yang sudah hampir tepat pukul delapan gadis itu mempercepat langkah kakinya. Hingga tiba di belokan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments