Share

03 | Found You

Penulis: KYW
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-04 22:11:08

Kelas yang satu selesai, kemudian kelas lainnya akan dimulai dalam beberapa waktu. Begitulah siklus perkuliahan. Rencana awal Serena untuk menunggu kelas selanjutnya adalah pergi ke perpustakaan untuk menemui Bianca dan Sarah sekaligus berharap bertemu juga dengan Daffin. Walau setelah ia cium, Daffin tidak lagi menampakan diri di perpustakaan. Cukup membuat Serena kesal karena ia merasa tak diacuhkan. Ditambah lagi hari ini Bianca dan Sarah tidak datang ke kampus karena jadwal bimbingan mereka dibatalkan.

Jadilah Serena melangkahkan kakinya ke lab komputer tempat biasa mereka praktikum setelah tadi menghubungi Wildan—si penanggung jawab lab komputer I—untuk memastikan tidak ada praktikum yang sedang berlangsung. Namun siapa sangka ternyata malah ada manusia yang sedang ia cari-cari di sini. Mungkin dewi keberuntungan mulai kasihan padanya.

"Jadi lo ngungsi ke sini, ya?" Tanya Serena tepat setelah Daffin menyadari kehadirannya.

"Ngungsi? Apa lo sedang mengakui kalau kehadiran lo itu sebuah bencana?"

Serena tak mendengarkan sindiran barusan. Ia mengambil tempat di sebelah Daffin dengan cuek. Dibandingkan menyalakan komputernya sendiri, Ia lebih memilih menggeser kursinya agar bisa melihat tampilan dekstop milik Daffin. Latar warna hitam dengan kode-kode aneh tampilan yang sudah tidak asing lagi bagi mahasiswa Ilmu Komputer.

"Ew, ini bahasa manusia?" Komentar Serena sambil mengernyit.

"Jangan berpura-pura, gue tahu lo jago coding." Sahut Daffin sambil mencibir.

Serena bertepuk tangan heboh, "Thats it. Such a big fan."

"For thats another side of you, yes I am." Kata Daffin mengakui jujur.

Serena diam menunggu cowok itu untuk mengatakan just kidding tapi nyatanya tidak ada lanjutan apa pun. Mata Serena membulat tak percaya, ia menatap Daffin terharu.

"Do you need my sign?"

Daffin melengos. "I should know that you’re also a narcissistic."

Serena mengulum senyum kemudian tanpa meminta izin, ia menekan beberapa tombol keyboard Daffin secara bersamaan. Ia membuat perintah compile dan menarik senyum separuh ketika beberapa tulisan error muncul di sana. Artinya program yang sedang Daffin kerjakan ini masih belum berhasil dijalankan.

Daffin meliriknya sekilas. "Do you know how to fix this sh— thing?" Sebisa mungkin ia menyembunyikan nada frustasinya, tidak ingin menjadi bulan-bulanan senior narsis satu ini.

"Lo kira gue Stackoverflow?"

Mudahnya Stackoverflow adalah website yang fungsinya mirip seperti kaskus atau brainly (sistem tanya jawab), bedanya Stackoverflow hanya berisi tentang masalah-masalah seputar pemrograman.

"Ternyata selain narsis, lo juga pelit ilmu."

Serena berdecih pelan. "Katakan itu ketika lo nggak memakai coding-an gue sebagai referensi." Sindirnya.

"Kok tahu?" Tanya Daffin tidak mengelak.

"Should've know."

Source code itu seperti karya. Beda orang tentu saja berbeda bentuknya. Serena bisa melihat kemiripan penulisan code milik Daffin dengan kebiasaannya menulis code meski hanya sekilas.

"Dapat dari mana? Gue nggak pernah upload apa pun di Github." Serena bertanya heran.

Github itu semacam sosial medianya para programmer. Tempat mereka biasa mengerjakan proyek bersama atau sekedar mengupload hasil kerjaan untuk memudahkan akses satu sama lain. Serena tidak pernah menggunakan Github kecuali untuk project berkelompok.

"Well, gue punya hubungan baik dengan Brian." Jawab Daffin menyebutkan nama salah satu alumni yang sebelumnya merupakan asisten dosen.

"I see." Serena mengangguk paham karena memang ia juga lebih dari sekedar akrab dengan asisten satu itu.

"Dan kalau lo memang nggak mau membantu, bisa minggir dari situ?" Kata Daffin jengah karena Serena sedikit menghalangi ruang geraknya.

"Gue cuti dua semester kalau-kalau lo nggak tahu dan gue butuh waktu untuk memahami ini semua."

"Cuti? Gue kira lo ngulang kelas."

Serena melayangkan tatapan protes. "Asal lo tahu IP terendah dan tertinggi gue itu sama, empat koma nol."

"Kata orang yang kemarin bolos kelas pak Galen."

Serena menoleh kaget. "Lo ambil kelas Pak Galen juga?"

"Bukannya Pak Galen sudah pernah bilang, ya? Sampai bertemu di kelas?" Daffin mengernyit heran. Karena mereka satu kelas padahal Serena merupakan kakak tingkat makanya Daffin kira gadis itu mengulang.

"Oh, mungkin gue nggak dengar." Sahut Serena tak peduli.

Kemudian jari-jari Serena mengetik dengan lihainya. Tidak ragu untuk menghapus beberapa bagian dan menuliskan-nya kembali. Daffin memperhatikan itu dalam diam. Mencatat dengan baik di dalam kepalanya apa saja yang gadis itu lakukan untuk menghilangkan error yang ada.

"Kenapa lo nggak jadi asdos?" Daffin tiba-tiba bertanya.

"Dan kenapa gue harus jadi asdos?"

Sebenarnya tidak banyak yang tahu tentang kemampuan akademik Serena karena memang gadis itu terlanjur membuat image 'nakal' sejak masih menjadi mahasiswa baru. Hingga sebelum saat ini Daffin masih mengira kalau Serena membayar orang untuk mengerjakan tugas-tugas kuliahnya.

"I'm just saying, no need the answer tho." Jawab Daffin menolak untuk berpikir.

Untuk beberapa saat hanya terdengar suara ketikan dari papan ketik akibat jari Serena yang menari di atasnya. Hingga cewek itu bersorak senang ketika tulisan error di sana tidak lagi muncul. Daffin mengerjap takjub.

"Nice, gue bisa tidur hari ini." Kata Daffin langsung mengambil alih. Ia melakukan perintah compile and run berulang kali, masih tidak percaya akhirnya program itu berhasil.

"You're welcome." Sindir Serena yang merasa belum mendengar ucapan terima kasih.

Daffin menarik sudut bibirnya. "Thank you."

Serena tertegun sejenak. "You should smile more, especially around me."

Cowok itu langsung melengos pelan. Serena tertawa. Telunjuk dan ibu jarinya menyentuh masing masing ujung bibir Daffin kemudian merenggangkan nya seakan membuat laki-laki itu tersenyum. Daffin membiarkannya, ia lanjut menaruh fokus pada monitornya. Tapi lama-kelamaan Serena sengaja memindahkan ibu jarinya ke atas bibir Daffin dan mengusapnya pelan.

"I think I want it." Bisik Serena pelan.

Daffin langsung menepis pelan tangan Serena karena alarm peringatan di dalam kepalanya telah berbunyi nyaring. "Don't you dare! Dan gue enggak mau dipanggil dekan karena ketahuan mesum di area kampus. For your information, ada CCTV di sini."

“Berarti kalau enggak ada CCTV boleh?”

Daffin langsung menoleh cepat dengan mata melotot tak setuju. “Enggak!”

Tawa nyaring Serena kembali mengudara. Rasanya ia benar-benar ingin terus melihat ekspresi seperti itu dari Daffin.

"Gue lupa tanya, lo punya cewek?"

"Punya atau pun nggak it’s none of your bussiness."

"Bukannya udah gue bilang, lo punya gue?” Serena menopang dagunya dengan tangan. “But, i've never played with someone in a relationship." Gumamnya kemudian.

"Play?" Ulang Daffin entah kenapa merasa tersinggung.

Serena mengacak rambut Daffin dengan gemas. "Aw, youre so cute."

Daffin mendelik. "Watch your hand!" Katanya memberi peringatan.

Serena tertawa lagi sedangkan Daffin mengernyit heran tidak menemukan kelucuan sama sekali.

"Lebih cantik dari gue?" Suara Serena serius setelah menghentikan tawanya.

"Siapa?" Daffin mengernyit.

"Yang tanya." Celetuk Serena sebal.

"Siapa yang bilang lo cantik?"

Serena hampir mengumpat. Ia menggaruk alisnya yang tiba-tiba terasa gatal. "Dude, i'm serious."

"Apa gue terlihat seperti sedang melakukan stand-up comedy?"

"So, are you in a relationship? Is it that hard to answer yes or no?"

"I want to say yes, but I'm not." Jawab Daffin akhirnya.

Ganti Serena yang mendelik. "Terus kenapa lo waspada banget sama gue?!"

"Karena memang lo patut diwaspadai kan?"

Mata Serena menyipit ingin protes tapi ia tidak mengatakan apa pun. Gadis itu hanya memperhatikan Daffin yang masih berkutat dengan programnya. Daffin cukup tampan. Bukan, Daffin itu punya wajah yang menarik. Entah siapa, tapi Serena merasa wajah Daffin mirip dengan seseorang. Perempuan itu heran kenapa ia tidak pernah menyadari eksistensi seorang Daffin selama ini?

"Kenapa lagi, sih?" Tanya Daffin merasa risih karena Serena masih belum berpindah dari posisinya.

"Heran, aja. Lo cowok pertama yang bilang gue jelek." Jawab Serena asal.

"Gue nggak pernah bilang lo jelek."

"Tapi jelek banget maksudnya?" Tebak Serena.

Daffin melengos tak menyahuti. Tangannya sibuk menutup aplikasi yang tadi ia buka kemudian meng-klik menu shutdown untuk mematikan komputernya. Daffin membereskan barang-barangnya bersiap untuk pergi.

"Nggak mau kiss bye dulu?" Tanya Serena iseng.

"In your dream!" Sahutnya keras tanpa menoleh.

Serena tertawa keras. "See you, babe!" Teriaknya lantang pada Daffin yang sudah diambang pintu keluar.

***

Siang ini Serena berjalan santai di koridor seakan-akan lupa dengan kelas paginya yang terlewat. Ketika mahasiswi-mahasiswi lain berebut untuk mengambil kelas Pak Galen, Serena malah dengan sengaja melewatkan kelasnya hari ini. Bukan tanpa alasan sebenarnya. Serena hanya ingin mencari ketenangan. Ketika jadwal keluar, gadis itu tidak bisa menahan makiannya. Mata kuliah yang diampu Galendra mempunyai bobot 3 sks dengan begitu tentu saja ia mendapat dua kali pertemuan dalam seminggu.

Tapi sepertinya dewi keberuntungan sedang tidak berpihak padanya. Tidak, perempuan itu paham betul sang dewi memang tidak pernah berpihak padanya. Percayalah situasi Serena ketika melihat Galendra lebih dari sekedar mahasiswa yang kepergok bolos kelas oleh dosen mata kuliah 3 sks.

Balik kanan, grak!

"Kamu mau menghindar lagi?"

Serena merapatkan bibirnya. Menyiapkan segenap hidupnya sebelum memutuskan untuk berbalik. Ia tidak ingin membuat keributan dengan berlari-larian.

"Pagi, Pak!" Sapa Serena sambil menunjukan cengiran canggung.

"Pagi, Pak?" Tanya Galendra mengulangi. Keningnya mengernyit, ada dua kata yang terdengar sangat janggal di telinganya.

"Selamat siang maksudnya, Pak." Ralat Serena mengingat sekarang sudah lewat jam 12 siang.

Galendra menatap Serena dengan pandangan tak terbaca. "Sampai kapan kamu mau kabur-kaburan?"

Serena menggaruk telinganya yang tak gatal. "Perasaan saya sedang diam, nggak sedang lari Pak." Ujarnya berusaha mengalihkan pembicaraan.

"It is not funny at all." Kata Galendra sambil mendengus samar.

Serena memutar matanya malas. "And I'm not joking either." Gadis itu mengalihkan pandangannya. "Fine. Aku kesiangan."

Galendra tersenyum sinis. "Sengaja bangun kesiangan maksud kamu?"

"Nggak, sih. Rencanaku mau bolos ke perpustakaan, tapi alarm-ku nggak bunyi. Jadi murni kesiangan." Serena menjelaskan kondisinya tadi pagi.

"Intinya tetap berniat bolos." Galendra memijat keningnya lelah. "Kamu harus tetap masuk kelasku meski muak sekali pun." Katanya terdengar frustasi.

Serena menyeringai. "Saya masih bisa mengulang dengan dosen lain semester depan.” 

Galendra menatap gadis itu nanar. “Kamu berubah.”

“Pak, saya bukan Sailor Moon.”

“Berhenti bercanda.”

Serena malah tertawa terbahak-bahak hingga tubuhnya bergetar, ia bertepuk tangan heboh seakan sedang menonton pertunjukan.

“Hidupku selama ini kan memang hanya sebatas candaan. Bukannya kamu tahu?”

Bab terkait

  • Gadis Binalku!   04 | Beg

    Yang namanya tugas kelompok itu pasti bukannya menjadi ringan tapi malah akan menjadi beban. Makanya Daffin sangat-sangat membenci tugas kelompok. Sejak masa sekolah laki-laki itu tidak segan untuk menghapus nama anggota kelompoknya yang tidak membantu. Karenanya tidak sedikit yang memandang Daffin sinis. Dan kejadian seperti itu tentu saja terulang lagi di Universitas sehingga banyak teman-temannya yang perlu berpikir dua kali untuk satu kelompok dengan Daffin.Awalnya Daffin merasa tidak masalah dengan daftar kelompok yang dibagikan karena hanya ada namanya dan nama Serena sebagai anggota kelompoknya. Dengan kemampuan Serena, Daffin yakin ia tidak akan kesulitan.Setidaknya begitu pemikiran Daffin sebelum kenyataannya Serena lagi-lagi tidak menghadiri kelas Pak Galendra minggu ini. Tanpa keterangan yang jelas. Sebenarnya kemana gadis itu?Seperti semesta yang ingin membantunya, siang ini Daffin bertemu dengan Serena di depan ruang dosen. Perempuan itu sedang b

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-05
  • Gadis Binalku!   05 | Wedding

    Perempuan dalam balutan gaun berwarna merah maroon itu mengerjap tak kalah bingung. Serena memutar cepat otaknya untuk mencerna apa yang baru saja terjadi. Ia memang selalu berharap untuk bisa bertemu dengan Daffin namun bukan berarti harus bertemu di tempat seperti ini juga. Rambut gadis itu yang biasanya berwarna-warni kini sudah berganti warna menjadi cokelat tua."Gue tahu lo terkejut karena sama gue juga. Tapi apa lo harus seterkejut itu?""Melihat lo di sini itu lebih nggak mungkin daripada melihat alien di luar angkasa." Desis Daffin.Serena mendelik. "Dan lo sendiri ngapain di sini?""She is my cousin."“Siapa?” Kernyit Serena menoleh ke kanan dan kiri masih tidak bisa paham.“The bride, of course.”Mata Serena membulat, tangannya refleks menutup mulutnya yang terbuka. Ini fakta paling mengejutkan yang pernah ia dengar selama hidup. Daffin dan Cath adalah saudara sepupu? Apa semesta se

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-06
  • Gadis Binalku!   06 | Not Yet

    "Lo enggak benar-benar suka sama si cupu kan? Selera lo jadi rendah sekarang?"Serena melirik sinis laki-laki di depannya itu. Kepalanya sudah sakit karena kuis dadakan dari kelas barusan dan sekarang malah dihadang oleh manusia yang sangat terobsesi dengannya ini. Ingin sekali Serena melempar bola bowling ke kepala cowok itu. Ia pikir setelah setahun tak melihatnya laki-laki itu akan sembuh."Kalau Daffin rendah, lo apa? Barang gagal produksi?"Adit membuang napas marah. "Apa sih yang lo lihat dari Daffin?"Kucing depan kampus pun tahu bagaimana lebih-nya seorang Daffin dari cowok yang otaknya hanya sebatas tali bra perempuan. Serena jadi tertawa sarkas."Jauh banget kali kalau dibandingkan sama lo." Jawab Serena enteng.Adit melotot tak terima. "Setahun enggak kuliah otak lo jadi korslet, yah? Lo bandingin gue sama cowok kuper itu?"Serena setuju Daffin memang sangat-sangat kurang pergaulan. Itulah alasan satu-satunya yang paling ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-11
  • Gadis Binalku!   07 | Seducing

    Serena berani jamin pada awalnya ia tak berniat sama sekali untuk mengajak Daffin datang ke tempatnya. Ajakan kencan yang ia lontarkan di kelas tadi juga hanya iseng semata. Apalagi perihal mengerjakan tugas, tak ada keinginan sama sekali.Tapi melihat bagaimana Daffin merespon membuat gadis itu jadi merasa tertantang. Tanpa berpikir atau ragu sedikit pun laki-laki itu terang-terangan menolak. Serena sudah menebak memang, ia pasti akan ditolak. Tapi ia tak menyangka kalau ditolak itu sebegini menggores harga dirinya.Maka di sinilah mereka sekarang. Di ruang tamu unit apartement Serena. Unit mewah dengan biaya sewa yang jelas tak ingin Daffin kira-kira.Bukannya Daffin memiliki pikiran yang agak melesat jauh ke mana-mana, tapi laki-laki itu telah mempersiapkan mental dan rohani-nya sejak pertama kali melangkahkan kaki dari pintu masuk. Karena jelas ini adalah Serena. Perempuan yang hobi menyerang kapan saja. Tapi diluar perkiraan, Serena tidak melakukan apa pun.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-13
  • Gadis Binalku!   08 | Get A Room? (17+)

    "Want to beg, eh?" Menelan umpatannya dalam hati, Serena berusaha mengatur dirinya sendiri. Gadis itu tidak menyukai situasi saat ini. Seharusnya ia yang memegang kendali. Harusnya ia yang membuat laki-laki itu frustasi. Kenapa justru sebaliknya? Tidak, Serena menolak untuk disebut frustasi. Gadis itu hanya sedang merutuki tubuhnya sendiri karena terlalu peka terhadap sentuhan. Sejak Serena mengambil gerakan untuk duduk di atasnya, Daffin sudah meraung dalam hati. Laki-laki itu memang tidak terlihat mengumbar apa-apa namun percayalah Daffin tetap seorang pria normal. Perempuan secantik Serena kini berada di pangkuannya, pria normal mana yang bisa baik-baik saja? Yang jelas bukan Daffin. Walau selalu menolak, faktanya laki-laki itu tidak pernah benar-benar menolak ketika Serena menyentuhnya. Daffin tahu dengan pasti menghadapi Serena itu harus dengan tenang mengikuti arus yang sengaja gadis itu buat. Dengan begitu maka kendali pun berhasil didapatkan. Tak mempedulikan cengkraman Sere

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-14
  • Gadis Binalku!   09 | Cancelled

    Bukan Daffin yang tidak bisa menahan umpatannya ketika bel apartement Serena berbunyi. Mau tak mau melepaskan rengkuhannya dari gadis itu dan meraup wajahnya agar bisa berpikir jernih. Serena berdiri di sana dengan muka tertekuk namun dalam hati merasa bersyukur karena ada yang mengganggu sehingga ia dan Daffin masih bisa bertahan di zona aman. "Lo berantakan," Daffin mengingatkan. Serena menunduk melihat kondisinya sendiri. Kemeja yang ia kenakan bagian kerahnya sudah terbuka hingga memperlihatkan bahunya. Serena membenarkan sedikit bentuk kemejanya dan menyisir helaian rambutnya dengan tangan. Kemudian langsung menuju pintu untuk melihat siapa yang berkunjung ke rumahnya. Melalui intercome, perempuan itu bisa melihat siapa orang di balik pintu. Serena membeku beberapa detik sebelum mengumpat kemudian. Galendra Wijaya ada di sana. Serena berani bertaruh, laki-laki itu pasti sudah berada di ambang kesabarannya sampai-sampai memutuskan untuk datang ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-16
  • Gadis Binalku!   10 | Worried

    Serena mengusap telinganya yang mulai terasa perih. Bukan luka sungguhan, hanya efek samping dari mendengarkan ocehan Bianca dan Sarah tentang progress skripsi mereka yang tak kunjung menemukan titik terang. Kena coretnya satu baris, omelannya satu alinea. Apalagi kalau satu bab hampir semua paragrafnya terdapat coretan merah. Bianca dan Sarah langsung ingat pada tuhan seketika.“Percuma gue punya teman pinter banget, IP-nya udah kayak jumlah member Blackpink tapi ternyata enggak bisa diandelin.”Serena nyaris melemparkan sumpitnya pada Bianca yang baru berbicara barusan. “Lo dapat judul juga dari gue heh, Maemunah!”“Iya ini gara-gara judul dari lo gue jadi serasa ketemu Dajjal tiap kali bimbingan!”Soalnya judul yang diusulkan oleh Serena itu menarik perhatian dosen pembimbing Bianca, tapi ternyata cukup rumit untuk dilaksanakan.“Gue bisa bantu untuk urusan programing, tapi kalau pembah

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-09
  • Gadis Binalku!   11 | Arraign

    Sembari menunggu Sarah dan Bianca yang sedang berada di ruang bimbingan, Serena memutuskan untuk mengunjungi toilet yang tak jauh dari sana. Ia sedang ingin mengeluarkan sisa-sisa dari hasil metabolisme tubuhnya. Tidak lupa mengirimkan pesan pada Bianca dan Sarah kalau ia sedang berada di toilet. Padahal tadi dua temannya itu berjanji kalau bimbingan hari ini tidak akan berlangsung lama. Serena tahu Brian saat ini sedang bersama dengan Daffin karena tadi saat makan siang laki-laki itu memberitahunya. Sayangnya untuk sekarang Serena sedang tidak ada mood untuk mengganggu Daffin. Serena sadar ia tidak perlu susah-susah merajuk, soalnya Daffin juga tidak terlalu peduli. Menyelesaikan urusan metabolisme tubuhnya, seperti ritual wanita lain pada umumnya Serena bercemin kemudian. Ia mencuci tangannya dan mulai memperbaiki riasan diwajah walau sebenarnya kondisi make up-nya masih terlihat bagus. Tidak lupa menata kembali rambut panjangnya. Mencoba mengikatnya namun kemudian

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10

Bab terbaru

  • Gadis Binalku!   44 | Angry Sex (18+)

    Memang benar kata Bianca, film semi sama realita mah enggak ada apa-apanya. Serena sangat-sangat menyetujui statement itu ketika berhadapan dengan Daffin yang sedang dalam mode dominant seperti sekarang ini. Ketika kulit telanjangnya menyentuh dinginnya porcelain bathup kamar mandi, Serena lagi-lagi hanya bisa memasrahkan segalanya pada Daffin. Hangatnya air mengalir mulai terasa membasahi kain yang masih tersisa di badan. Serena bahkan tidak mau memikirkan lagi kapan dan bagaimana Daffin menyalakan air itu. “Bilang kalau kamu enggak nyaman,” Daffin membelai sisi wajah Serena. Tapi Serena malah melayangkan kecupan di bibir. “It is okay. No need to hold your feelings tho,” katanya sekaligus isyarat bagi Daffin agar tak perlu menahan diri. “Sure. I don't even trying.”Kalimat terakhir Daffin sebelum merobek kain terakhir Serena dan membuangnya keluar bathup. Serena langsung merasakan dua jari merambah ke dalam sana. Ia memekik dan melenguh kemudian. Lima jari Daffin melingkari lehe

  • Gadis Binalku!   43 | Making Up

    Gue cabut, makasih buat tumpangannya. I'm better now, don't worry :) Serena membaca berkali-kali tulisan pada memo yang ada di genggamannya kurang lebih dalam lima menit pertama. Baru menit selanjutnya ia mengeluarkan ponsel dan men-dial nomor si penulis memo, Sarah. Dering demi dering terus terlewat namun jawaban tidak kunjung didapatkan. Tidak menyerah Serena mencoba sekali lagi, membiarkan memo yang ada di tangannya diambil alih oleh tangan lain. “Gue kira lo benar-benar enggak tahu dimana keberadaan Sarah.” Daffin bergumam setelah membaca kertas di tangannya. Rencananya sore ini mereka mampir ke unit Serena hanya untuk mengantarkan makanan kesukaan Sarah. Akan tetapi saat mengambil air minum untuk membasahi tenggorokan, Serena malah menemukan sepotong sticky note tertempel di lemari pendinginnya.Serena berdecak karena deringnya lagi-lagi tidak terjawab. “Kemana pula sih manusia ini?!”“Fase denial-nya udah selesai. Mungkin sekarang she wants to clean up everything.” “Kalau ju

  • Gadis Binalku!   42 | Story Telling

    “Enggak capek? Lo sering plank ya?” Serena bertanya heran karena selama ia berbicara panjang kali lebar, Daffin tidak sedikit pun bergeser dari posisinya. Bertahan di atas Serena dengan siku sebagai tumpuan. Sebenarnya cowok itu tidak terlalu mendengarkan karena fokus pada wajah Serena dan sibuk menaruh kecupan sesekali. Posisi yang rasanya terlalu intim hanya untuk sekedar ber-story telling, tapi berhubung mood Serena sedang bagus, ia tetap menceritakan hal-hal tentang hidupnya dari yang penting tak penting hingga yang benar-benar penting. “Lanjutin aja,” pinta Daffin sambil mengusap lembut garis rahang Serena dengan ibu jarinya. “Bokap kandung lo programmer juga?”Serena menggeleng samar. “He is an artist. Gue masterpiece-nya,” katanya bercanda sambil tertawa kecil tapi kemudian tersenyum sedih, “Sayang umurnya enggak panjang.”“I knew. Bokap lo meninggal waktu lo umur lima tahun kan? Makanya lo ikut tante Jane ke Indo,”Serena mengangkat kedua alisnya tinggi baru saja sadar akan

  • Gadis Binalku!   41 | Start with A Promise

    Serena mematung di anak tangga paling atas ketika melihat seorang gadis berambut pendek keluar dari pintu kamar Daffin. Literally perempuan tulen yang memakai dress one piece sedikit di atas paha. “Makasih, kak. Maaf kalau saya ngerepotin jangan kapok, ya kak,” Dari tempatnya Serena bisa mendengar suara halus gadis itu yang membuatnya bergidik. Ini bisa-bisanya ada ayam dateng darimana anjir?! “Iya, hati-hati.” Suara Daffin terdengar meskipun wujudnya tak terlihat. Serena menggeram dalam hati, semoga ini ayam jatoh keserimpet terus langsung jadi semur kecap! Sambil menaikan dagunya, Serena berjalan mendekat. Suara sepatunya cukup untuk mengalihkan perhatian si gadis ayam bahkan Daffin ikut menyembulkan kepalanya untuk melihat siapa yang datang. Serena bersidekap, menatap gadis berambut pendek di depannya dari atas sampai bawah. “Kak Serena?” Serena mengangguk sambil tersenyum, tapi gadis itu justru membulatkan matanya merasa panik. Baru kemarin ia mendengar soal keributan di de

  • Gadis Binalku!   40 | She Know It

    Sarah mencicipi sup ayam yang masih mendidih di atas kompor dengan penuh kekhawatiran. Setelah otaknya menerima rangsangan rasa, Sarah langsung mengernyit. Rasanya sangat jauh dari kata enak. Ia menghela napas panjang. Memang paling benar seharusnya menunggu Serena pulang saja. Agak tidak sesuai dengan tampang, tapi masakan Serena itu lezat. Sejak Sarah mengabarkan keadaannya pada Serena dan Bianca, perempuan itu tinggal di unit Serena. Tempat yang cukup jauh dari jangkauan Daniel, tanpa harus membuat khawatir orang tuanya. Terdengar suara password ditekan kemudian tak lama pintu terbuka. Senyum Sarah mereka langsung menyambut karena ia kira Serena yang pulang. “Ser, gue laper. Masak ayam tapi—” Yang datang ternyata bukan Serena, melainkan Brian. Cowok itu melihat Sarah dari atas sampai bawah sebelum menyunggingkan senyum. “Tapi apa? Gosong?” Senyum Sarah jadi menghilang. “Anyep, kak.” Sarah kembali ke dapur dan mematikan kompornya. “Ngapain ke sini?” “Mau lihat elo,” Brian men

  • Gadis Binalku!   39 | Riot

    Di lantai lima gedung jurusan Ilmu Komputer saat pagi hari itu biasanya santai, aman dan tentram karena rata-rata penghuninya adalah mahasiswa semester lanjut. Tapi pagi ini sebuah kebisingan tiba-tiba terdengar ke segala penjuru lantai lima menyebabkan setiap orang setidaknya melongokkan kepala agar bisa mengetahui penyebabnya. Teriakan kesakitan seorang laki-laki menggelegar memanggil mahasiswa di sana untuk berkerumun. “LEPAS DULU LEPAS SAKIT NYET INI RAMBUT GUE MAU COPOT!!!” Itu suara melengking Daniel yang sedang berusaha menarik lepas rambutnya dari genggaman Serena. Jadi akar permasalahannya bermula sejak kemarin, sepulangnya dari kosan Daffin, Serena mendapat telepon dari Sarah. Satu kalimat dari Sarah yang serta merta langsung membuat Serena untuk mendatangi temannya itu. Dan pagi harinya, ketika menemukan Daniel berada di depan lab komputer, Serena tanpa tedeng aling-aling langsung melompat pada laki-laki itu menjambak rambut Daniel sekuat tenaga. Daniel yang sebenarnya se

  • Gadis Binalku!   38 | A Minute

    Setelah kemarin usahanya untuk mencari Daffin di sekitaran kampus tidak membuahkan hasil, hari ini Serena mendatangi kosan Daffin sebagai bentuk usaha selanjutnya. Walaupun nanti Daffin tidak mau membukakan pintu, setidaknya Serena bisa berteriak saja dari luar. Bodo amat, urusan imagenya yang hancur bisa belakangan.Karena kalau dipikir-pikir ini kan bukan sepenuhnya salah Serena. Serena juga sudah sering menyebut perkara mantan di depan Daffin. Hanya saja—ia tidak menyebutkan siapa orangnya. Kesalahan Serena hanya itu bukan? Urusan Galendra dengan Catherine itu tidak ada sangkut pautnya dengan Serena. Gadis itu juga tidak sama sekali mengganggu Catherine.Pokoknya Serena akan mengatakan semuanya di depan Daffin, terserah mau laki-laki itu dengarkan atau tidak. Sebagai seorang intelektual sudah seharusnya Daffin bisa memakai logika-nya untuk berpikir.Begitu pikir Serena sebelum pintu kosan Daffin langsung terbuka setelah ketukan pertama, menampilkan tubuh tinggi Daffin dalam balutan

  • Gadis Binalku!   37 | Her Side

    Dalam beberapa hari ini Serena berusaha mencari ketenangannya sendiri, mengikuti saran Brian untuk tidak mendatangi Daffin sebelum urusannya dengan Galendra selesai. Toh itu bukan apa-apa, jelas yang terluka malam itu adalah Daffin, bukannya Serena. Harusnya Serena mampu, harusnya Serena bisa baik-baik saja, harusnya Serena bisa tenang, dan harusnya Serena tidak merasa sesak. Akan tetapi kenyataannya, Serena tidak baik-baik saja. Pikiran gadis itu melayang entah kemana. Membayangkan kalau saja malam itu tidak terjadi, atau minimal malam itu dia tidak mabuk sehingga bisa mengusir Galendra bukannya malah melampiaskan kerinduan. Kalau saya begitu, saat ini pasti Serena sedang menghabiskan waktunya bersama Daffin. Mereka akan memperdebatkan hal-hal tak penting, membahas apa saja selama detik masih terus berjalan. Sebagai seseorang yang sangat-sangat berlogika, Saat ini Serena sedang tidak bisa menggunakan logikanya. “Fix, berarti lo baper sama Daffin.” Celetuk Bianca enteng. Ketika me

  • Gadis Binalku!   36 | Getting Darker

    Setelah mengantar Serena ke gedung apartementnya, Sarah kembali lagi ke night club karena Bianca masih ada di sana. Memang, di antara tiga serangkai itu, Sarah seringkali berperan sebagai ibu yang mengurus dan memastikan keselamatan anak-anaknya. Karena Bianca si childish dan Serena yang terlalu cuek.Tapi Sarah tidak bisa menemukan Bianca. Tadi Sarah meninggalkan Bianca yang masih sibuk di dance floor karena keadaan Serena sudah mabuk terlalu banyak. Dengan mata melotot, Sarah menginspeksi ruangan remang-remang itu hingga ke sudut mencari tanda-tanda eksistensi Bianca.“Takut banget gue mata lo lepas,”Bukannya Bianca malah ada si mantan. Sarah langsung melemparkan tatapan tajamnya.“Nyari Siapa?”“Yang jelas bukan nyari lo,” Sarah lanjut mengedarkan pandangannya.Daniel mengangkat alisnya tinggi dan merapatkan diri pada Sarah. “Kalau adanya gue gimana?”“Enggak minat,” Sarah menyikut tubuh Daniel agar menjauh.“Bianca dah kagak ada. Tadi udah balik, gue pesenin taksi,” kata Daniel e

DMCA.com Protection Status