EDER POV
Aku menghentikan langkahku saat melihat Anastasia berlari kecil kesana kemari ikut mengatur menata pesta makan malam antar keluarga nanti malam, sesekali dia berbicara pada pelayan seperti memberi intruksi.
Sesuatu yang tidak pernah bisa aku lakukan, bersandiwara untuk terlihat baik-baik saja.
Dengan gesitnya dia berlari kesana kemari, aku bisa melihat bahwa mendekorasi pesta ini membuatnya senang. Tapi entah kenapa aku kasihan melihatnya,
Tak henti-hentinya dia tersenyum, dan berlari hingga tiba-tiba langkahnya berhenti.
Anastasia mematung memeluk satu buket cukup besar berisi bunga Lily, membuatku mengerutkan kening karena keheran melihat keceriaannya menghilang persekian detik seperti tertiup angin. Aku berusaha mengikuti arah pandangnya, dan aku menangkap laki-laki bersama seorang perempuan berjalan bergandengan, berbincang ringan dan sesekali tertawa bersama.
Nathan, dan entah siapa perempuan yang ada disampingnya.
Aku kembali melihat kearah Anastasia, dia masih diposisi yang sama membeku disana.
Dugaanku benar,
Semalam aku sangat yakin, bahwa ada sesuatu antara Nathan dan Anastasia, ada cerita yang berkaitan dengan mereka berdua. Dan dugaanku benar melihat reaksi Anastasia yang mudah dibaca, ada luka di balik matanya.
Anastasia terlihat menyedihkan, berdiri diam disana melihat seseorang yang mungkin berharga untuknya bersama orang lain dan tidak memperdulikannya. Perasaan terbuang yang memuakkan,
"Mom, don't leave me alone."
Bayangan itu kembali, membuatku menghirup nafas dalam dan menelan liur sendiri. Perasaan ditinggalkan, yang bahkan tidak menghilang walaupun sudah bertahun-tahun yang lalu.
Entah apa yang membuatku melangkah kearah Anastasia dengan tidak sabaran, meraih bahunya cepat hingga dia berbalik kearahku, dan menatapku terkejut.
"Ka- kamu." Dia melirik tanganku yang masih berada di bahunya, "Kamu ngapain sih?" Tanyanya mundur beberapa langkah menjauh, terkejut dengan tingkahku yang spontan.
Well, bahkan akupun terkejut saat mendapati diriku sudah dihadapannya.
"Ada yang bilang, kalau ngelamun bisa kesurupan." Aku menatapnya lekat, "Lo gak mau kesurupan setan lautkan?" Apa yang baru kau katakan Ed?
"Emangnya ada setan laut?" Ketusnya, menatapku tak senang.
"Ada, nih dia lagi diri didepan gue." Senyuman jahil muncul begitu saja diwajahku saat melihat ekspresinya semakin kesal.
"Apa sih?!" Melirik kearah lain, mengacuhkanku.
Aku berdaham, "Soal yang dibandara bukan maksud gue untuk kasar."
Anastasia menoleh kembali kearahku, tatapannya berubah. Dan dari tatapan itupun aku tahu dia orang yang tulus, itu yang bisa aku tangkap saat mata hitam legam itu menatapku dengan seksama.
"Well, gue tinggal di negara yang kebudayaannya benar-benar beda jadi ya begitu, gue kebiasaan untuk ceplas-ceplos sama orang, tapi gue gak bermaksud jahat sama lo." Tambahku, agak sedikit ragu dengan kata-kataku.
"Iya, mungkin akunya yang baper." Dia menatapku lagi, "Jangan tersinggung, aku cuma mau mastiin, kamu tahu maksud baper kan?"
Aku tertawa renyah, "Gue bakal tanya kalau gue gak tahu, atau gue bisa search di g****e. Jadi lo gak perlu nanya gue paham atau gak."
Anastasia mengangguk, dia tidak tertawa tapi dia tersenyum cerah. Entah kenapa melihat senyuman itu kembali membuatku lega.
"Mau ikut bantu siapin pesta buat nanti malam?" Tanya Anastasia setelah beberapa saat sibuk dengan pikirannya,
"Sure, with pleasure." sahutku ringan,
Aku mengikuti setiap langkah Anastasia bergerak, mengekorinya seolah aku buntut yang tiba-tiba muncul disela bokongnya.
Sesekali memegangi piring, tempat lilin, lampu tumblr untuknya. Kami mulai berbincang beberapa hal, mengenai fashion, bisnis, musik, film bahkan masalah kampus yang pernah kami alami masing-masing.
Obrolan ringan yang menyenangkan, membuat kami sesekali tertawa karena cerita kami masing-masing.
Anastasia gadis yang cerdas, dia selalu tau topik apa yang kami perbincangkan sehingga tidak ada waktu yang terbuang dengan berdiam diri.
Selalu ada topik pembicaraan, dan aku mulai kagum dengan dirinya.
Pribadi yang ringan, tapi bisa memberikan kesan positif untuk orang yang ada disekitarnya. Mungkin itu juga alasannya dia disukai dan diterima oleh banyak orang,
"Aku punya rencana buat muter lagu-lagu romantis nanti malam, jadi ada dansa momentnya gitu." Katanya sambil merapikan rangkaian bunga.
"Ya bagus juga sih, biar gak awkward. Lo tahu daftar lagu apa aja yang mau diputar nanti malam?"
"Ada beberapa sih." Dia berdaham singkat, lalu bernyanyi, "What would I do without your smart mouth...
Drawing me in, and you kicking me out.."
Tanpa sadar aku tertawa melihat reflektifitas-nya. Membuat Anastasia menepuk bahuku kesal, "Kok malah ketawa!?" Protesnya.
"Ya lagian, Lo-kan gak perlu nyanyiin lagunya, tinggal bilang All of me by John Legend gitu aja, malah pakai dinyanyiin." ujarku masih cengengesan.
Anastasia mengerucutkan bibirnya, "Ih Nyebelin."
"Got my head spinning, no kidding, I can't pin you down..
What's going on in that beautiful mind.." Aku menyentuh dahinya dengan satu jari saat melanjutkan lirik yang ia nyanyikan sebelumnya, seakan matching dengan lirik lagu yang sedangku nyanyikan.
Anastasia tersenyum, " I'm on your magical mystery ride
And I'm so dizzy, don't know what hit me, but I'll be alright."
"My head's under water
But I'm breathing fine
You're crazy and I'm out of my mind.."
"Cause all of me
Loves all of you
Love your curves and all your edges
All your perfect imperfections
Give your all to me
I'll give my all to you
You're my end and my beginning
Even when I lose I'm winning
'Cause I give you all, all of me
And you give me all, all of you.."
Aku dan Anastasia tertawa bersamaan saat menyadari kami menyanyikan lagu itu seperti lagu duet. dan lagi-lagi aku terpaku saat melihat Anastasia tertawa, entah kenapa rasanya begitu damai saat membuat seseorang tertawa begitu lepas.
Apa ini yang dirasakan setelah berhasil membuat orang lain bahagia? perasaan damai, yang bahkan sulit untuk dijelaskan lebih dalam.
Aku tidak akan menerka-nerka apa yang terjadi pada Anastasia dan Pengacara keluarga ini, Nathan.
Aku hanya melihat Anastasia seperti pantulan diriku dulu, dan aku tahu bagaimana rasanya terjebak sendirian dalam perasaan yang sulit dijelaskan, dengan perasaan ditinggalkan yang tidak ada habisnya, dengan perasaan terbuang yang bahkan menatap setelah waktu berlalu cukup lama.
Jika dulu ada seseorang yang menjadi posisiku sekarang, membantuku untuk tertawa lepas seperti yang aku lakukan untuk Anastasia atau setidaknya menghibur diriku tanpa merasa kasihan dengan luka yang kuterima.
Mungkin, itu akan lebih baik.
Akan jauh lebih baik,
Karena saat ini, yang paling dia butuhkan hanya seorang teman tanpa bertanya kesedihan dan kesulitan apa yang ia lalui sekarang ataupun kemarin.
Teman, yang cukup membuatnya tertawa lepas tanpa merasa terbebani.
———
ANASTASIA POV
Aku meraih iPhone-ku, sore tadi aku bertukar nomor telpon dengan Eder.
Gila bukan? Sebelumnya aku sempat kesal dengan sikap kasarnya, lalu beberapa jam kemudian kita sudah berteman.
Eder, bukan orang yang kasar seperti yang aku pikirkan sebelumnya. Dia memang jahil, dan sedikit menyebalkan tapi aku bisa merasakan Eder bukan orang yang jahat. Tidak ada rasa jaga jarak yang membuatku ingin menjauhnya,
Kehadirannya mudah untuk diterima,
Perasaan ringan yang ada setelah mengobrol dengannya,
Aku suka.
Sesekali dia bisa sebijak orang tua, semenyebalkan musuh, tapi bisa seasik saudara, Eder seperti paket lengkap dan aku semakin suka berbicara dengannya, setiap detik bersamanya.
Semua terasa ringan,
Tidak ada kekhawatiran.
Intinya, Eder orang yang menyenangkan dibalik sifat jahilnya.
Aku mengirim pesan singkat padanya,
Anastasianugroho:
Hoy, nanti kumpul dipestanya bareng aku aja ya? Biar kamu gak awkward, kan kamu gak ada yang dikenal.
Aku masih menatap layar iPhone-ku, bahkan ketika ceklis yang belum berubah warna.
2 menit berlalu tapi belum ada balasan, aku menaikan bahuku mungkin Eder masih mandi, lalu melanjutkan merias wajahku.
Namun tiba-tiba,
Ting.
Pesan singkat masuk, dan itu Eder.
Eder Von:
Ih, masa Cewek duluan yang ajak kencan, lo agresif juga ya ;D
"Apa-apaan sih dia?" gerutuku, sedikit tertawa karena balasan pesan singkat darinya.
Dengan gerakan cepat aku mengetik beberapa kata, membalas pesannya.
Anastasianugroho:
Mulai deh gilanya.
Mau gak?
Kalau gak mau ya aku tinggal!
Aku tersenyum membaca kembali balasan pesanku untuknya.
Edervon:
Dandannya jangan lama
Kalau lama lo yang gue tinggal!
Dengan gerakkan cepat aku meraih dompet hitam Swarovski-ku, memasukkan lipgloss-ku kedalam dompet itu, dan aku sudah siap!
Anastasianugroho:
Aku udah siap sih!
Sudah mau keluar, kamu dimana?
Aku membuka pintu kamarku, masih fokus dengan iPhone-ku, lalu menutup pintu kamarku kembali.
Ting!
Edervon:
Lihat kebelakang!
Secara impulsif aku mengikuti perintahnya, menengok kearah belakang, dan menemukannya berdiri dengan setelan serba hitam bersama dengan cengiran jahil yang sudah bertengkreng di wajah bulenya.
Seperti biasanya, Eder terlihat sempurna.
Ting!
Aku beralih pada ponselku, membuka pesan masuk dari orang yang berdiri tidak jauh dihadapanku.
Edervon:
Mingkem! ;D
Aku tersenyum lebar, kembali melihat kearahnya sambil menggeleng-gelangkan kepala.
Lagi-lagi, orang ini benar-benar!
Menyebalkan!
Dengan cara yang menyenangkan.
———
EDER POV
Aku tersenyum dalam diam saat melihat Anastasia menunduk fokus pada iPhone-nya. Dengan gesit tanganku mengetik beberapa kata, dengan mata yang sesekali melihat kearahnya.
Persekian detik, Anastasia menoleh serelah membaca pesan yang aku kirim.
Dia cantik, seperti biasanya.
Melihat ekspresinya tidak berubah, berdiri melongo didepan pintu kamarnya, membuatku mengetik beberapa kata agi lalu mengirim pesan padanya, Masih dengan mata yang memperhatikan gerak-geriknya.
Anastasia cengegesan, berjalan menghampiriku lalu berkata, "Rese!"
"You look perfect." Pujiku, menyodorkan ponselku kesaku celana sambil memandanginya dari bawah keatas.
Aku harus akui, dia punya daya tarik yang terkadang membuatku lupa diri.
"And you don't deserve it." Sahutnya.
"Perfect by Ed Sheeran." Kataku dan Anastasia bersamaan, membuat kami tertawa karena kekompakkan tidak sengaja itu.
Aku juga harus mengakui, bahkan mengetahui selera musik kita sama, aku merasa bahagia,
"So, are you ready?" Anastasia menyalurkan tangannya, membuatku mengernyit sekilas lalu berkata, "Harusnya gue yang ngomong begitu-" Aku menunjuk tangannya yang masih mengatung ditengah-tengah kami, "Dan ini, harusnya tangan gue, dasar cewek agresif."
Anastasia menarik kembali tangannya, "Ya sudah sih, aku cuma bersikap baik."
"Jangan ngendumel, nanti cantiknya hilang." Aku meraih tangannya, mengenggamnya lalu menuntun Anastasia menuju ke pesta.
Aku tahu bagaimana memperlakukan seorang tuan Putri, dan Anastasia dia memang seorang Putri dalam keluarga Nugroho.
Dengan fakta yang ironis, bahwa dia benar seorang Putri yang kesepian dan mungkin sedang patah hati sekarang.
I'm just be gantleman.
Aku tidak berusaha menhilangkan lukanya, aku hanya berusaha membuatnya melupakan hal yang membuatnya lelah walaupun hanya sebentar.
EDER POVAku tidak terlalu suka berada dikeramaian, terlebih berada dilingkungan asing yang sama sekali tidak kukenal. Tapi saat ini aku tidak begitu merasa terbebani karena ada Anastasia yang dengan ringan memperkenalkanku dengan sanak saudaranya, membuatku bisa merasakan berada disebuah keluarga.Lebih tepatnya, keluarga besar.Anastasia memang benar seperti maskot keluarga Nugroho, dia peduli dan mengerti setiap keluarganya, Satu persatu.Mungkin, dia lebih paham bagaimana keluarganya dibandingkan dirinya sendiri."Itu namanya Bastian." Anastasia melambaikan tangannya saat laki-laki berjas hitam melambai lebih dulu kearahnya, "Dia baru selesai kuliah di Australia, padahal masuk kuliahnya barengan aku. Dulu waktu kecil dia gak seganteng itu, ingusan, gak mau pakai baju, gak tahu kenapa bisa secakep itu sekarang.""Lo sering kumpul-kumpul keluarga?" Tanyaku, masih memperhatikan satu persatu keluarga Anastasia yang super banyak itu.Jika aku Anastasia aku tidak yakin bisa mengingat ma
FLASHBACK"Sayang."Laki-laki tampan itu menoleh, dengan langkah cepat Anastasia mendekatinya lalu memeluknya dari belakang."Tunangan aku kok wangi banget, habis mandi ya?" Tanya Anastasia menghirup dalam kaos oblong putih yang dipakai laki-laki yang sudah bersamanya bertahun-tahun.Aroma favoritnya,"Kamu baru pulang? Gimana kuliahnya, kamu harus lulus tahun ini, emangnya kamu gak mau ikut Aku ke Landon buat nerusin kuliah Aku." Sahut laki-laki yang tak lain adalah Nathan, dia berbalik mengubah posisi memeluk gadisnya.Menghelus lembut rambut panjang gadis yang sangat berarti untuknya,"Iya, aku sudah berusaha keras kok, aku pasti Lulus tahun ini." sahut Anastasia dengan semangat,Nathan tersenyum, menghusap hidungnya dengan hidung Anastasia. "Jadi cuti dulu ya dari blog dan desain kamu. Om Nugroho gak akan bilang yes kalau kamu belum lulus.""Daddy pasti bilang yes buat aku, kamu gak perlu khawatir." sahut Anastasia, dia lebih mengenal Ayah-nya lebih daripada yang lain. Dia tau, ji
ANASTASIA POVRock bar, Ayana Resort, Bali.Aku masih menatap Eder yang dengan santainya duduk celingak-celinguk memperhatikan sekitar, aku masih tidak bisa percaya beberapa saat yang lalu dia menarikku pergi dari acara makan malam keluarga.Setiap kali mengingat hal itu jantungku masih berdegup kencang hingga sekarang.iPhone-ku kembali berbunyi, entah sudah keberapa kali Mbak Rini menghubungiku."Gak mau diangkat aja?" tanya Eder dengan santai sambil mengetuk-ngetuk meja dengan jamarinya, menikmati alunan DJ yang diputar. Seakan tidak ada beban.Apa-apaan itu?Apa dia tidak merasa bersalah?Liat dia baru saja membuat masalah tapi dia bisa sesantai ini dan pura-pura tidak terjadi apa-apa."Kamu sadar gak sih, kita habis ngapain."Aku benar-benar ingin memukul wajah sok bodohnya itu, pelanga-pelengo benar-benar tidak menyadari perbuatannya, "Memangnya apa?""Oh god.. Mr Eder, are you kidding me?" Aku berdiri dari tempat dudukku, sebal bukan main dengan tingkahnya."Ayo pulang!" sahutk
ANASTASIA POVAku membuka pintu mobil lalu menutupnya kembali dengan keras, mencoba untuk melampiaskan rasa kesal. Aku marah, dan merasa sangat bodoh, sekaligus malu.Mengepal tanganku erat. Aku ingin memukul sesuatu, mencabik apapun hingga tidak tersisa.Mencoba mengatakan pada dunia kalau aku tidak merasa baik-baik saja.Sulit merasa untuk baik-baik saja."Anastasia!" panggil seseorang yang ku tahu siapa,Aku mendengus, nafasku tidak teratur karena emosi yang tak terbendung. Aku hanya berdiri mematung beberapa langkah didepan villa tanpa berniat berbalik melihatnya.Beberapa lampu sudah padam menandakan bahwa pesta makan malam sudah selesai, hanya ada beberapa pekerja yang terlihat merapikan tatanan meja yang ada.Eder sialan!Tanpa sadar aku memakinya.Seseorang menarikku tanganku, merengkuhku erat.Dia adalah orang yang baru saja kumaki, aku tidak menyadari dia berjalan mendekatiku tadi.Aku berusaha mendorongnya tapi dia malah memelukku semakin erat. Berangsur-angsur amarah itu m
EDER POVHari H, hari pernikahan yang ditentukan.Entah kenapa aku menghela nafas, merasa perasaan berat yang aneh menyeruak di dada.Aku membenarkan dasi kupu-kupuku. Tuxedo bridesmaid, aku tidak pernah berfikir akan memakai perlengkapan seperti ini, tidak pernah berfikir bahwa aku akan menjadi pengiring pengantin seseorang mengingat aku tidak punya cukup teman baik untuk hal seperti ini, tapi ternyata takdir berkata lain.Aku menjadi bridesmaid Ibu kusendiri.Aku tersenyum kecut menyadari fakta tersebut, Mom memang belum tua untuk menikah lagi, tapi Apa itu diperbolehkan? Bukan, itu bukan pertanyaan yang tepat, Apa tidak terdengar lucu wanita berusia hampir setengah abad untuk menikah lagi? Bagiku itu terdengar seperti bualan.Well, sejak dulu Mom memang tidak pernah merasa bahagia, aku masih ingat bagaimana mereka bertengkar, menyalahkan dan mengatakan jika hidup bersama adalah sebuah kesalahan besar dan membuat Mom tidak bahagia.Entah itu benar karena tidak bahagia? Atau menuntut
REVERIE POV"Ana."Aku berbalik begitupun Eder yang berjalan beriringan denganku,NathanNathan berdiri beberapa meter didepanku, matanya menatap tajam diriku dan Eder bergantian."Kamu mau kemana?" tanyanya, berjalan mendekatiku dan Eder yang masih mematung tanpa menyahut, "Kamu mau pergi kemana? Memangnya acara pemberkatan sudah selesai?" tanyanya lagi, ada nada ketus diakhir kalimat membuatku mengernyit tak mengerti.Nathan marah?Apa yang membuatnya kesal?Aku melirik Eder yang menatap Nathan dingin, seakan tak berniat untuk menjawab pertanyaan yang Nathan berikan.Aku berdaham singkat, mencoba memecahkan keheningan, "Ini aku mau cari minum sama Eder." jawabku agak ragu.Nathan kembali menatapku, sengit, "Kamu kira aku bodoh." tanpa aba-aba dia meraih tanganku, menariknya sedikit kencang, membuatku mau tidak mau berdiri disampingnya.Tangan Nathan mencengkram tanganku erat, "Daddy kamu masih ada di Chapel dan kamu mau kelayaban entah kemana, kurang perginya?"Aku menatapnya tida
REVERIE POV"Ana."Aku berbalik begitupun Eder yang berjalan beriringan denganku,NathanNathan berdiri beberapa meter didepanku, matanya menatap tajam diriku dan Eder bergantian."Kamu mau kemana?" tanyanya, berjalan mendekatiku dan Eder yang masih mematung tanpa menyahut, "Kamu mau pergi kemana? Memangnya acara pemberkatan sudah selesai?" tanyanya lagi, ada nada ketus diakhir kalimat membuatku mengernyit tak mengerti.Nathan marah?Apa yang membuatnya kesal?Aku melirik Eder yang menatap Nathan dingin, seakan tak berniat untuk menjawab pertanyaan yang Nathan berikan.Aku berdaham singkat, mencoba memecahkan keheningan, "Ini aku mau cari minum sama Eder." jawabku agak ragu.Nathan kembali menatapku, sengit, "Kamu kira aku bodoh." tanpa aba-aba dia meraih tanganku, menariknya sedikit kencang, membuatku mau tidak mau berdiri disampingnya.Tangan Nathan mencengkram tanganku erat, "Daddy kamu masih ada di Chapel dan kamu mau kelayaban entah kemana, kurang perginya?"Aku menatapnya tida
EDER POVAku sama sekali tidak menikmati pesta ini, terlalu ramai, tidak ada yang kukenal, dan tidak ada yang bisa diajak bicara.Jangan tanya dimana Earl? Aku tidak melihatnya selain di Chapel pagi tadi.Lalu dimana Anastasia?Gadis yang biasa cerewet dan antusias untuk memperkenalkan aku dengan kerabat-kerabatnya.Mataku langsung memandang lurus kedepan, melihat gadis yang tampak asyik sendiri bercanda dengan anak kecil yang tak lain adalah keponak-keponakkannya.Aku mendengus lucu tanpa sadar,Apa dia tidak menyadari umurnya? Kenapa dia lebih memilih untuk berkumpul dengan anak-anak? Sepupu sebayanya cukup banyak dan dia memilih untuk berada disana.Aku sedikit terkejut saat pandangku bertemu dengan Arcila, ya gadis kecil itu juga ada disana. Aku tersenyum sekenanya, lalu melambaikan tangan padanya.Menyebalkan, Anastasia seolah tahu kontak mataku dengan Arcila, dia memegang tangan Arcila saat menyadari gadis kecil itu ingin membalas lambaian tanganku.Terlihat tidak suka, dengan
ANASTASIA POVSaat aku masih muda dulu aku sangat menginginkan putri kecil yang cantik, membayangkan memilki seorang anak perempuan itu sangat menyenangkan. Ramput panjangnya yang bisa aku ikat dengan berbagai model ikatan setiap kali anakku akan berangkat sekolah, pita dan ikat rambut warna warni terhias dengan sempurna diatas kepalanya, membayangkannya saja sudah membuat hatiku terasa hangat dengan perasaan bahagia.Aku ingin menggunakan dress warna atau model senada dengan anak perempuanku nanti, dan mendapatkan Adelaine dalam hidupku benar-benar seperti impian yang menjadi nyata. Tidak hanya itu, masih banyak hal lain yang ingin aku lakukan dengan Adelaine. Aku ingin mewujudkan impianku dulu, saat aku berharap memiliki seorang ibu diwaktu kecil.Sebelumnya hanya impian kosong seorang anak yang tidak memiliki ibu, impian yang tidak pernah bisa aku wujudkan. Tapi sekarang, aku memiliki Adelaine dan aku ingin ia menjadi anak yang istimewah dan selalu bahagia disetiap hembusan nafas
EDER POVSejak waktu yang lama aku berhenti bermimpi, aku tidak lagi memiliki keinginan lain selain sukses dalam karir. Aku berhenti memimpikan setiap hal mengenai keluarga, apapun itu, entah keluarga besarku yang kembali utuh atau aku yang memiliki keluarga kecilku sendiri.Aku bersikap egois untuk apapun yang aku sebut kesuksesan, aku menutup diri untuk apapun yang berkaitan tentang perasaan. Tapi itu yang membuatku semakin kesepian, dan itu menggerogotiku lebih dalam.Setelah aku menyerah pada setiap hal tentang keluarga, semesta malah memberikanku anggota baru dan memaksaku untuk menerima kenyataan jika aku akan memiliki Ayah sambung beserta saudara tiri yang tidak pernah kukenal sebelumnya.Seperti aku yang sudah menyerah akan keluarga, aku tidak dengan mudah menerima itu semua.Aku sempat marah tentu saja, itu tidak sesuai dengan apa yang kuharapkan tapi lagi-lagi tidak ada yang bisa aku lakukan selain menerimanya.Entah mulai dari mana, entah apa yang membuat semua keadaan beru
AUTHOR POVSarah melangkah dengan langkah lebar menghampiri Eder yang masih manahan tubuhnya di tembok, dia menendang kaki Eder membuat pria itu meringis bersamaan dengan tubuhnya yang terjatuh ke lantai. Air mata tidak henti-hentinya jatuh di pipi Sarah dalam lubuk hatinya melihat Eder seperti itu menyiksanya tapi mendengar apa yang Eder katakan sebelumnya membuat hatinya lebih terluka. Sarah menarik rambut Eder menyeretnya menuju pintu kamar dimana Anastasia berada. Eder berusaha menahan tubuhnya tapi saat Sarah menghentak rambutnya ia tidak kuasa melakukan apapun selain membiarkan dirinya dibawa Sarah dengan cara kasar.Sarah membuka pintu itu dengan kasar, langsung mengacungkan pistol yang ada ditangan kanannya pada Anastasia yang tersentak karena kedatangannya, "Aku benar-benar benci akhir yang bahagia.""Itu menyebalkan karena aku satu-satunya yang tidak bahagia, aku tidak akan membiarkan siapapun keluar dengan bahagia dari rumah ini." tambahnya sesekali terisak,Eder yang me
"Berdiri mencintai seseorang sendirian, itu bukan hal yang mudah."EDER POVAku menghembuskan nafas berat saat mendengar suara Sarah yang antusias. Perasaan menyangkal itu muncul, Benarkah sosok yang sangat aku kenal ini bisa menyakiti istriku?Dadaku langsung sesak saat menyadari Anastasia yang menghilang dan aku masih tidak tahu kondisinya sekarang, "Hallo." suaraku gemetar,"Kamu baik-baik saja Ed?" tanya Sarah, Bagaimana bisa baik-baik saja? Aku bingung dengan sikapmu yang biasa saja, aku bingung dengan nada suaramu yang seperti tidak ada masalah,Sarah jika kau bermain-main dengan Anastasia sekarang, itu berarti kau juga bermain-main dengan hidupku, Aku menarik nafasku, berusaha untuk bersikap normal dan tidak mencurigakan, bagaimana sikapku saat ini mungkin akan mempengaruhi keadaan Anastasia. Ya jika Anastasia benar-benar bersamanya, "Aku sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja, apa aku bisa bertemu denganmu?"Jantungku berdegup kencang setelah mengatakan maksudku, Apa di
"Kamu tahu apa yang paling bahaya dari cinta, saat cinta tidak lagi tulus dan berubah menjadi ambisi untuk memiliki seutuhnya. Karena cinta tidak sesuci itu, dia bisa berbahaya jika dimiliki oleh orang yang salah." AUTHOR POVHari demi hari sudah Anastasia jalani, tidak ada semenit pun Anastasia tidak menangis. Ini sudah hari ke dua Anastasia dirumah ini, rumah yang hanya ia ketahui jika Sarah tinggal disini dengan beberapa orang yang tidak pernah Anastasia temui.Selama dua hari ini, Anastasia merasa hidupnya seperti didalam neraka. Berubah 180 derajat dan ia tidak pernah membayangkannya.Sarah datang untuk berdebat dan menyiksanya, entah berapa kali Sarah hampir membunuhnya.Sarah sangat senang bermain-main dengan Anastasia, seperti sengaja membuat Anastasia ketakutan dan memilih untuk mengakhiri hidupnya, bahkan saat Anastasia mengeluarkan darah karena perlakuan Sarah bukannya merasa bersalah Sarah malah tertawa terbahak-bahak merasa puas.Anastasia tidak tahu berapa lama lagi ia
AUTHOR POVAnastasia merasakan pusing yang amat sangat saat membuka matanya, hatinya mencelos seketika menyadari keberadaannya disebuah kamar yang sangat asing untuknya. Dimana aku? batinnya, Hatinya berdegup kencang, tangannya menyentuh perutnya cepat-cepat. Instingnya berkata untuk segera melindungi bayinya,Anastasia hampir melompat saat mendengar tuas pintu berbunyi, tubuhnya seketika membeku saat melihat Sarah masuk kedalam dengan dress bunga-bunga. Senyumannya membuat bulu kuduk Anastasia berdiri, Bagaimana bisa Sarah disini? Anastasia menyadari bahwa ada yang tidak beres disini.Dengan gerakkan lemah gemulai Sarah meletakkan tangannya didepan dada, masih dengan senyum yang menakutkan."Bagaimana tidurmu?" tanya Sarah masih dengan senyuman itu yang membuat nafas Anastasia tercekat."Aku-aku ada dimana?""Kau aman ditempatku." ujar Sarah,Bayangan terakhir kali menyadarkan Anastasia, ada seseorang yang menculiknya, "Apa-" Suara Anastasia bergetar, "Apa kamu menculikku?"Jujur sa
AUTHOR POVSudah seminggu semenjak Eder sampai di Amerika, ia tidak pernah pergi keluar dari Rumah Sakit tempat Hans dirawat.Selama seminggu itu juga Eder tidak melakukan apapun selain menjaga Hans, dia memilih untuk menginap dirumah sakit dibandingkan pulang ke rumah ataupun Mansion Ayah-nya.Eder tidak menangapi semua orang yang ingin menemuinya, bahkan dia mengutus sekretaris Ayah-nya untuk memberi tanggapan atau klarifikasi pada pers yang membuat perkemahan sendiri diarea rumah sakit untuk mendapatkan berita tentang Ayah-nya.Setelah selesai memberi informasi terbaru mengenai kondisi Hans, Sekretaris Hans datang berkunjung untuk memberikan laporan serta menemui Boss besar-nya dan Eder."Dimana jalang itu?" tanya Eder, dia mengingat Laura kekasih Ayah-nya yang tidak kunjung datang sejak ia sampai di Amerika dan menunggui Hans.Sekretaris Hans berdaham, "Tuan besar sudah tidak bersama dengan Laura sudah sejak lama."Eder yang awalnya tidak tertarik menoleh untuk melihat Pria yang u
ANASTASIA POVSemua anggota keluargaku berkumpul di ruang tamu apartemen, mereka semua tampak cemas tapi dari semua ekspresi mereka Eder-lah yang terlihat paling tegang, dia bahkan tidak menggubrisku saat aku berusaha menenangkannya dengan menghusap-husap jemarinya."Anastasia tidak bisa ikut denganku ke Amerika." Aku menoleh pada Eder yang duduk disampingku, Eder menarik nafasnya lalu kembali berkata, "Anastasia sedang hamil besar jadi akan beresiko jika ia berpergian jauh.""Apa?" Aku tersentak, cukup terkejut hingga aku tidak bisa berkata apa-apa."Earl, segera buat visa lo, gue cari penerbangan akhir malam ini, gue berangkat duluan." Eder bangkit dari posisinya, kali ini dia melihat kearah Tante Yuli dan Daddy bergantian, "Tolong jaga Anastasia selama aku tidak ada, aku akan kembali sebelum Anastasia melahirkan."Tante Yuli dan Daddy hanya tertegun melihat Eder, mereka bahkan tidak mengatakan apa-apa saat Eder pergi masuk ke kamar tidur kami.Earl bangkit dari posisinya, "Aku akan
AUTHOR POV Anastasia terbangun dari tidurnya, matanya mengerjap-ngerjap sebentar sebelum ia meraih ponselnya dinakas untuk melihat jam.Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, Anastasia menguap lalu bergerak bangkit dari posisinya.Eder telentang disampingnya, masih menggenakan jeans dan kaos yang ia kenakan semalam.Rasa bersalah memenuhi hati Anastasia, semalam dia dengan kejamnya meminta sesuatu yang mustahil, mana ada tukang ice cream rujak yang jual jam tiga dini hari. Anastasia menghusap rambut Eder sayang sebelum bangkit dari posisinya, dia benar-benar merasa bersalah.Kehamilannya sudah cukup tua hingga membuat Anastasia kesulitan berjalan, pinggangnya selalu terasa pegal, dan kakinya juga membengkak sejak bulan lalu saat kehamilannya menginjak bulan ke tujuh. Anastasia membuka pintu kulkasnya, alisnya bertautan saat melihat rujak dan es krim yang sudah sedikit meleleh dikuahnya. Senyuman mengembang diwajahnya, seakan tahu apa yang dilihat Mommy-nya perut Anastasia bergerak, "I