EDER POVAku sama sekali tidak menikmati pesta ini, terlalu ramai, tidak ada yang kukenal, dan tidak ada yang bisa diajak bicara.Jangan tanya dimana Earl? Aku tidak melihatnya selain di Chapel pagi tadi.Lalu dimana Anastasia?Gadis yang biasa cerewet dan antusias untuk memperkenalkan aku dengan kerabat-kerabatnya.Mataku langsung memandang lurus kedepan, melihat gadis yang tampak asyik sendiri bercanda dengan anak kecil yang tak lain adalah keponak-keponakkannya.Aku mendengus lucu tanpa sadar,Apa dia tidak menyadari umurnya? Kenapa dia lebih memilih untuk berkumpul dengan anak-anak? Sepupu sebayanya cukup banyak dan dia memilih untuk berada disana.Aku sedikit terkejut saat pandangku bertemu dengan Arcila, ya gadis kecil itu juga ada disana. Aku tersenyum sekenanya, lalu melambaikan tangan padanya.Menyebalkan, Anastasia seolah tahu kontak mataku dengan Arcila, dia memegang tangan Arcila saat menyadari gadis kecil itu ingin membalas lambaian tanganku.Terlihat tidak suka, dengan
EDER POVAku melirik kotak bludru yang masih tergeletak diatas kasur tak berdaya, persis disampingku.Earl tidak berniat membantu memberikan kotak itu pada Mom. Ya, Earl sudah pergi beberapa menit yang lalu setelah dia mengetahui fakta yang mungkin akan membungkamnya seumur hidup.Menyedihkan, tapi apa boleh buat, pada akhirnya seburuk apapun itu dia akan mengetahuinya.Ya, dia harus mengetahuinya.Aku memejamkan mataku, mengingat kembali wajah pucat Earl saat mengetahui fakta yang mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya.Sebenarnya, aku tidak mau membuat Earl mengetahui semuanya. Secara tidak langsung itu menyakitinya tapi apa boleh buat, kondisiku masih tidak begitu stabil untuk apapun alasan yang membuatku harus menyembunyikan keadaan yang sebenarnya..Pembicaraan mengenai keluarga terlebih orang tua, membuatku merasa buruk dengan alasan yang jelas.Perbedaan kasih sayang dan perlakuan.Itu semua sumber rasa sakit setiap manusiakan?Dibeda-bedakan untuk setiap hal,Pembicaraan
ANASTASIA POVPagi yang berbeda,Karena semua orang sudah heboh membicarakan sesuatu yang tidak kuketahui,Aku baru bangun dan orang-orang yang lebih tua sudah sibuk bergosip diruang tengah bahkan mereka tidak berhenti berbisik saat aku melewati mereka, hal yang menandakan bahwa bukan aku yang mereka perbincangkan. Lalu siapa?Sejak kapan aku bukan lagi gosip hangat mereka?Bersikap tidak peduli dan terlalu bingung untuk menanyakan apa yang terjadi,Aku lebih memilih untuk meraih susu coklat yang ada di kitchen set dapur. Tidak memikirkan apapun hanya bengong, sambil sesekali menyesap susu hangat digengamanku."Pagi, anak gadis kok jam segini baru bangun." sapa Mba Rini, dia bergerak menaruh piring kotor diwestafel, mungkin habis menyuapi Arcila, pikirku."Ada apa sih mba? Pagi-pagi sudah pada gosip aja." tanyaku, melirik sekilas kumpulan tante-tanteku yang asik berbincang diruang tengah.Mba Rini mendekati, mencodongkan tubuhnya dikitchen set lalu berbisik, "Anaknya Mba Yuli pulang
ANASTASIA POVSetelah berusaha mencari Earl akhirnya aku menemukannya sedang berjalan-jalan di pinggir pantai sendirian, sesekali ia menendang gundukan pasir yang menghalangi langkahnya. Dia juga terlihat tidak baik-baik saja,Melihat Earl membuatku bisa bernafas lega, sesegera mungkin aku berlari kearahnya setelah cukup dekat,"Earl!" panggilku,Earl menoleh, dahinya merengut saat melihatku yang masih mengatur nafas.Memang dasar Earl dia hanya berdiri disana, diam saja tanpa bertanya apa yang membuatku lari-larian. Earl bahkan tidak menanyakan apa aku baik-baik saja walaupun dia melihat nafasku yang tersendat seakan mau mati karena kekurangan oksigen.Terkadang sikapnya lebih parah dari pada Eder.Itu kenyataan, Earl lebih pendiam daripada kakaknya."Aku cari kamu kemana-mana." kataku setelah berhasil mengatur nafas, aku melangkah semakin mendekatinya, "Ada yang mau aku tanyain ke kamu."Earl dengan cueknya kembali berjalan menjauhiku, seakan-akan aku telah menganggu waktu santainya
ANASTASIA POVEntah berapa kali aku menghusap air mataku dengan tissue selama mendengar cerita masa kecil Eder dan Earl, bahkan mendengar dari sudut pandang Earl membuat hatiku miris memikirkan bagaimana perasaan Eder saat itu.Menurut Earl, sejak kecil Eder selalu dinomor duakan.Entah apa yang terjadi sehingga Eder harus merasakan hal seperti itu tapi apa yang Earl ingat hanya Eder yang selalu disalahkan, diminta untuk mengalah, setiap kali mereka bertengkar atau dalam berbagai kondisi apapun, hanya Eder yang akan di jadikan lampiasan.Earl bilang orang tua mereka cukup menyayangi Eder karena segala kebutuhan dan keinginan Eder selalu terpenuhi, tapi entah kenapa jika ada sesuatu yang salah Eder yang akan jadi kena sasaran, Eder yang akan ditinggalkan, dibiarkan atau bahkan tidak diperdulikan. Diskriminasi yang diberikan orang tuanya mungkin mempengaruhi Eder tapi ingatan Earl yang saat itu masih kecil tidak cukup bisa dijadikan acuan.Satu-satunya cara hanya menanyakan langsung pad
EDER POVMenghirup nafas lega saat melihat orang dengan perawakkan yang tak jauh berbeda berlalu lalang dihadapanku.Akhirnya aku sampai di Amerika melihat pemandang seperti ini membuatku sudah merasa pulang ke tempat yang benar, ini asalku.Aku tidak terlalu mencolok disini,"Eder!" teriakkan melengking itu membuatku menoleh,Seorang wanita berlari diikuti seorang pria yang masih menggerutu dibelakangnya.Wanita itu langsung berhampur kepelukanku, memelukku erat seperti sudah bertahun-tahun tidak bertemu. "Ah aku masih ada pekerjaan tapi orang cerewet ini menganggu bilang kalau pasien kesayangannya akan pulang."Ya, laki-laki yang penggerutu itu Bryan sedangkan wanita yang masih dipelukkanku ini adalah Sarah.Aku hanya menanggapi perkataan Bryan dengan senyuman, dia sedikit ketus tapi sebenarnya dia pria yang sangat baik. "Everything ok bro?""Well, Bryan here, jadi semuanya selalu terkendali." dan ya, sedikit sombong.Aku tertawa ringan mendengar perkataanya, lalu membalas pelukkan
EDER POV Sarah membersihkan luka yang ada di telapak kakiku, seperti biasanya aku sama sekali tidak merasa sakit saat Sarah melakukan kegiatan itu. Mengelap lukaku dengan kapas beralkohol, memberikanku sebuah cairan obat sebelum membalut kakiku dengan perban. Tidak ada yang berbicara selama kegiatan membersihkan luka itu berlangsung, Kami sibuk dengan pikiran masing-masing yang membuat kami bungkam satu sama lain. Aku masih bingung dengan apa yang terjadi padaku beberapa saat yang lalu, aku melirik Sarah yang sepertinya memilih untuk bungkam dan fokus dengan apa yang dia kerjakan, tapi rasa keingintahuan membuatku bersuara, "Apa yang terjadi?" Tidak ada jawaban, Entah dia yang tidak mendengarku atau dia sengaja mengabaikanku, "Sarah." panggilku, masih belum menyerah. Sarah mendengak, dia menatapku, matanya yang bulat terlihat bengkak, dan masih berair. Efek habis menangis, Sarah tampak terluka, melihatnya seperti ini membuatku merasa bersalah, "Maaf." kataku refleks, Sarah m
ANASTASIA POV Aku menarik koperku, celingak-celinguk setelah keluar dari kamar. Semoga Nathan sudah pulang, harapku. Setelah merasa aman, Aku mulai melangkahkan kakiku menjauh, Berusaha terlihat senetral mungkin namun baru beberapa langkah, refleks aku langsung berjongkok didepan koper saat melihat laki-laki muncul dari balik tempok pembatas yang ada beberapa meter didepanku. Berharap koper ini bisa menyembunyikanku, Aku tidak tau siapa itu, tapi aku sudah dalam mode siaga hingga kekhawatiranku menjadi berlebihan. "Lo lagi ngapain?" Itu bukan suara Nathan, Aku mendengak, terkekeh canggung sambil beranjak dari tempatku setelah menyadari siapa pemilik suara itu. "Oh Earl, aku kira siapa." sahutku benar-benar kikuk, Earl mengerutkan keningnya, "Lo lagi ngapain barusan? "Hm-" Aku melihat kelantai, Pikirkan sesuatu Anastasia. "Hm Uang, ya gopean aku tadi jatuh." "Oh." Earl hanya ber-oh ria sebelum akhirnya dia bertanya, "Lo jadi balik sekarang?" "Jadi, nanti Flight jam 12 sian
ANASTASIA POVSaat aku masih muda dulu aku sangat menginginkan putri kecil yang cantik, membayangkan memilki seorang anak perempuan itu sangat menyenangkan. Ramput panjangnya yang bisa aku ikat dengan berbagai model ikatan setiap kali anakku akan berangkat sekolah, pita dan ikat rambut warna warni terhias dengan sempurna diatas kepalanya, membayangkannya saja sudah membuat hatiku terasa hangat dengan perasaan bahagia.Aku ingin menggunakan dress warna atau model senada dengan anak perempuanku nanti, dan mendapatkan Adelaine dalam hidupku benar-benar seperti impian yang menjadi nyata. Tidak hanya itu, masih banyak hal lain yang ingin aku lakukan dengan Adelaine. Aku ingin mewujudkan impianku dulu, saat aku berharap memiliki seorang ibu diwaktu kecil.Sebelumnya hanya impian kosong seorang anak yang tidak memiliki ibu, impian yang tidak pernah bisa aku wujudkan. Tapi sekarang, aku memiliki Adelaine dan aku ingin ia menjadi anak yang istimewah dan selalu bahagia disetiap hembusan nafas
EDER POVSejak waktu yang lama aku berhenti bermimpi, aku tidak lagi memiliki keinginan lain selain sukses dalam karir. Aku berhenti memimpikan setiap hal mengenai keluarga, apapun itu, entah keluarga besarku yang kembali utuh atau aku yang memiliki keluarga kecilku sendiri.Aku bersikap egois untuk apapun yang aku sebut kesuksesan, aku menutup diri untuk apapun yang berkaitan tentang perasaan. Tapi itu yang membuatku semakin kesepian, dan itu menggerogotiku lebih dalam.Setelah aku menyerah pada setiap hal tentang keluarga, semesta malah memberikanku anggota baru dan memaksaku untuk menerima kenyataan jika aku akan memiliki Ayah sambung beserta saudara tiri yang tidak pernah kukenal sebelumnya.Seperti aku yang sudah menyerah akan keluarga, aku tidak dengan mudah menerima itu semua.Aku sempat marah tentu saja, itu tidak sesuai dengan apa yang kuharapkan tapi lagi-lagi tidak ada yang bisa aku lakukan selain menerimanya.Entah mulai dari mana, entah apa yang membuat semua keadaan beru
AUTHOR POVSarah melangkah dengan langkah lebar menghampiri Eder yang masih manahan tubuhnya di tembok, dia menendang kaki Eder membuat pria itu meringis bersamaan dengan tubuhnya yang terjatuh ke lantai. Air mata tidak henti-hentinya jatuh di pipi Sarah dalam lubuk hatinya melihat Eder seperti itu menyiksanya tapi mendengar apa yang Eder katakan sebelumnya membuat hatinya lebih terluka. Sarah menarik rambut Eder menyeretnya menuju pintu kamar dimana Anastasia berada. Eder berusaha menahan tubuhnya tapi saat Sarah menghentak rambutnya ia tidak kuasa melakukan apapun selain membiarkan dirinya dibawa Sarah dengan cara kasar.Sarah membuka pintu itu dengan kasar, langsung mengacungkan pistol yang ada ditangan kanannya pada Anastasia yang tersentak karena kedatangannya, "Aku benar-benar benci akhir yang bahagia.""Itu menyebalkan karena aku satu-satunya yang tidak bahagia, aku tidak akan membiarkan siapapun keluar dengan bahagia dari rumah ini." tambahnya sesekali terisak,Eder yang me
"Berdiri mencintai seseorang sendirian, itu bukan hal yang mudah."EDER POVAku menghembuskan nafas berat saat mendengar suara Sarah yang antusias. Perasaan menyangkal itu muncul, Benarkah sosok yang sangat aku kenal ini bisa menyakiti istriku?Dadaku langsung sesak saat menyadari Anastasia yang menghilang dan aku masih tidak tahu kondisinya sekarang, "Hallo." suaraku gemetar,"Kamu baik-baik saja Ed?" tanya Sarah, Bagaimana bisa baik-baik saja? Aku bingung dengan sikapmu yang biasa saja, aku bingung dengan nada suaramu yang seperti tidak ada masalah,Sarah jika kau bermain-main dengan Anastasia sekarang, itu berarti kau juga bermain-main dengan hidupku, Aku menarik nafasku, berusaha untuk bersikap normal dan tidak mencurigakan, bagaimana sikapku saat ini mungkin akan mempengaruhi keadaan Anastasia. Ya jika Anastasia benar-benar bersamanya, "Aku sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja, apa aku bisa bertemu denganmu?"Jantungku berdegup kencang setelah mengatakan maksudku, Apa di
"Kamu tahu apa yang paling bahaya dari cinta, saat cinta tidak lagi tulus dan berubah menjadi ambisi untuk memiliki seutuhnya. Karena cinta tidak sesuci itu, dia bisa berbahaya jika dimiliki oleh orang yang salah." AUTHOR POVHari demi hari sudah Anastasia jalani, tidak ada semenit pun Anastasia tidak menangis. Ini sudah hari ke dua Anastasia dirumah ini, rumah yang hanya ia ketahui jika Sarah tinggal disini dengan beberapa orang yang tidak pernah Anastasia temui.Selama dua hari ini, Anastasia merasa hidupnya seperti didalam neraka. Berubah 180 derajat dan ia tidak pernah membayangkannya.Sarah datang untuk berdebat dan menyiksanya, entah berapa kali Sarah hampir membunuhnya.Sarah sangat senang bermain-main dengan Anastasia, seperti sengaja membuat Anastasia ketakutan dan memilih untuk mengakhiri hidupnya, bahkan saat Anastasia mengeluarkan darah karena perlakuan Sarah bukannya merasa bersalah Sarah malah tertawa terbahak-bahak merasa puas.Anastasia tidak tahu berapa lama lagi ia
AUTHOR POVAnastasia merasakan pusing yang amat sangat saat membuka matanya, hatinya mencelos seketika menyadari keberadaannya disebuah kamar yang sangat asing untuknya. Dimana aku? batinnya, Hatinya berdegup kencang, tangannya menyentuh perutnya cepat-cepat. Instingnya berkata untuk segera melindungi bayinya,Anastasia hampir melompat saat mendengar tuas pintu berbunyi, tubuhnya seketika membeku saat melihat Sarah masuk kedalam dengan dress bunga-bunga. Senyumannya membuat bulu kuduk Anastasia berdiri, Bagaimana bisa Sarah disini? Anastasia menyadari bahwa ada yang tidak beres disini.Dengan gerakkan lemah gemulai Sarah meletakkan tangannya didepan dada, masih dengan senyum yang menakutkan."Bagaimana tidurmu?" tanya Sarah masih dengan senyuman itu yang membuat nafas Anastasia tercekat."Aku-aku ada dimana?""Kau aman ditempatku." ujar Sarah,Bayangan terakhir kali menyadarkan Anastasia, ada seseorang yang menculiknya, "Apa-" Suara Anastasia bergetar, "Apa kamu menculikku?"Jujur sa
AUTHOR POVSudah seminggu semenjak Eder sampai di Amerika, ia tidak pernah pergi keluar dari Rumah Sakit tempat Hans dirawat.Selama seminggu itu juga Eder tidak melakukan apapun selain menjaga Hans, dia memilih untuk menginap dirumah sakit dibandingkan pulang ke rumah ataupun Mansion Ayah-nya.Eder tidak menangapi semua orang yang ingin menemuinya, bahkan dia mengutus sekretaris Ayah-nya untuk memberi tanggapan atau klarifikasi pada pers yang membuat perkemahan sendiri diarea rumah sakit untuk mendapatkan berita tentang Ayah-nya.Setelah selesai memberi informasi terbaru mengenai kondisi Hans, Sekretaris Hans datang berkunjung untuk memberikan laporan serta menemui Boss besar-nya dan Eder."Dimana jalang itu?" tanya Eder, dia mengingat Laura kekasih Ayah-nya yang tidak kunjung datang sejak ia sampai di Amerika dan menunggui Hans.Sekretaris Hans berdaham, "Tuan besar sudah tidak bersama dengan Laura sudah sejak lama."Eder yang awalnya tidak tertarik menoleh untuk melihat Pria yang u
ANASTASIA POVSemua anggota keluargaku berkumpul di ruang tamu apartemen, mereka semua tampak cemas tapi dari semua ekspresi mereka Eder-lah yang terlihat paling tegang, dia bahkan tidak menggubrisku saat aku berusaha menenangkannya dengan menghusap-husap jemarinya."Anastasia tidak bisa ikut denganku ke Amerika." Aku menoleh pada Eder yang duduk disampingku, Eder menarik nafasnya lalu kembali berkata, "Anastasia sedang hamil besar jadi akan beresiko jika ia berpergian jauh.""Apa?" Aku tersentak, cukup terkejut hingga aku tidak bisa berkata apa-apa."Earl, segera buat visa lo, gue cari penerbangan akhir malam ini, gue berangkat duluan." Eder bangkit dari posisinya, kali ini dia melihat kearah Tante Yuli dan Daddy bergantian, "Tolong jaga Anastasia selama aku tidak ada, aku akan kembali sebelum Anastasia melahirkan."Tante Yuli dan Daddy hanya tertegun melihat Eder, mereka bahkan tidak mengatakan apa-apa saat Eder pergi masuk ke kamar tidur kami.Earl bangkit dari posisinya, "Aku akan
AUTHOR POV Anastasia terbangun dari tidurnya, matanya mengerjap-ngerjap sebentar sebelum ia meraih ponselnya dinakas untuk melihat jam.Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, Anastasia menguap lalu bergerak bangkit dari posisinya.Eder telentang disampingnya, masih menggenakan jeans dan kaos yang ia kenakan semalam.Rasa bersalah memenuhi hati Anastasia, semalam dia dengan kejamnya meminta sesuatu yang mustahil, mana ada tukang ice cream rujak yang jual jam tiga dini hari. Anastasia menghusap rambut Eder sayang sebelum bangkit dari posisinya, dia benar-benar merasa bersalah.Kehamilannya sudah cukup tua hingga membuat Anastasia kesulitan berjalan, pinggangnya selalu terasa pegal, dan kakinya juga membengkak sejak bulan lalu saat kehamilannya menginjak bulan ke tujuh. Anastasia membuka pintu kulkasnya, alisnya bertautan saat melihat rujak dan es krim yang sudah sedikit meleleh dikuahnya. Senyuman mengembang diwajahnya, seakan tahu apa yang dilihat Mommy-nya perut Anastasia bergerak, "I