“Ibu harusnya tak usah repot-repot membawa makanan, Bu.”Ayana merasa tak enak karena sering sekali Mita menyempatkan membuat makanan untuknya. Bahkan makanan yang dibuat Mita, kemungkinan besar tak sering dimakan oleh wanita itu sendiri.“Tidak apa-apa. Ibu suka melakukan ini, yang penting kamu bisa makan dengan lahap,” ujar Mita sambil membuka rantang untuk menyiapkan makanan yang dibawanya.Ayana sangat terharu, ibu mertuanya itu selalu saja baik meski dalam kondisi keterbatasan finansial.Deon memperhatikan ibunya yang selalu menomorsatukan Ayana, bahkan dia sebagai anak saja merasa tersingkirkan dari perhatian sang ibu jika sudah menyangkut soal Ayana.“Kalian merasa saingan, kan? Tuh, lawan ibuku. Ayana lebih perhatian ke ibuku daripada kalian,” ledek Deon karena Azlan dan Alex terus saja berdebat soal Ayana.Alex dan Azlan diam mendengar ledekan kakak iparnya itu, jelas jika mereka takkan berani bersaing dengan seorang ibu.“Bagaimana rasanya sakit diperhatikan ibu?” tanya Alex
“Semuanya sudah dimasukkan ke tas?” tanya Ayana ke Deon yang sedang mengemas barang-barang karena har ini Ayana sudah diperbolehkan pulang.Deon mengecek ulang tas, takut ada yang tertinggal, sebelum kemudian menoleh Ayana.“Sudah semua.” Deon menjinjing tas menuju ranjang.Deon meletakkan tas itu di lantai, lantas berdiri di depan Ayana yang duduk di tepian ranjang. Dia menatap istrinya itu, lantas menangkup kedua pipi Ayana.“Semua sudah baik-baik saja, jangan melakukan hal nekat lagi,” ujar Deon mengingatkan.Deon hanya cemas jika Ayana kembali melakukan hal gila seperti sebelumnya. Sungguh dia tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukannya jika terjadi sesuatu dengan Ayana.“Iya, maaf sudah membuatmu cemas,” balas Ayana sambil menggenggam telapak tangan Deon.Deon mengangguk, lantas membantu Ayana turun dari ranjang perlahan. Mereka bersiap pergi, hingga Alex datang ke kamar.“Kalian sudah siap pulang?” Alex melihat tas di lantai, juga Ayana yang baru saja turun dari ranjang.
Mita masih sesenggukan, Haikal sendiri begitu syok sampai wajahnya begitu pucat.Ayana duduk di samping Mita, terus mengusap punggung mertuanya itu agar lebih tenang.“Minum dulu, Bu, Yah.” Deon memberikan minum ke Mita dan Haikal.Ayana pun membantu Mita minum dengan penuh perhatian. Dia cemas melihat mertuanya seperti ini.Alex hanya jadi penonton, meski bisa saja pergi mengabaikan, nyatanya pria itu malah penasaran dengan apa yang terjadi. Alex bisa berbahasa Indonesia, jadi tentunya akan paham dengan apa yang diucapkan Mita dan Haikal.Ayana dan Deon menunggu sampai dua orang tua itu tenang. Sebelum mereka menanyakan kejelasan atas kejadian yang terjadi.“Bagaimana ceritanya Ibu dan Ayah bisa diusir?” tanya Deon pelan-pelan.Haikal menatap Deon yang duduk di singel sofa sebelahnya, hingga kemudian menjawab, “Satria kemarin mencuri sertifikat rumah, lalu pagi ini datang beberapa orang preman mengusir kami keluar.”Deon sangat terkejut mendengar cerita Haikal. Dia semakin geram kare
“Kamu terlalu keras ke Ibu dan Ayah, De.”Ayana dan Deon berada di kamar. Mereka baru saja menemani Mita dan Haikal membuat laporan di kantor polisi.Deon membalikkan badan, lantas menatap Ayana yang berdiri memandangnya. Dia pun mendekat ke sang istri, lantas mengusap perut Ayana sebelum membalas ucapan istrinya itu.“Bukannya aku keras tanpa alasan, Ay. Kamu tahu sendiri kalau Satria memang sudah keterlaluan,” ujar Deon yang benar-benar sudah tak bisa memaafkan perbuatan kakaknya itu.“Iya, aku paham.” Ayana mengusap lengan Deon agar tak emosi.“Seperti kamu sendiri. Kamu juga bersikap tegas dan keras ke orang tuamu, itu juga demi kebaikan bersama, kan.” Deon kembali bicara sambil memandang Ayana.Ayana mengangguk mendengar ucapan suaminya. Ya, memang sikap mereka sama ke orang tua masing-masing meski dengan cara yang berbeda.“Semoga polisi segera bisa menangani kasus ini, agar Ibu dan Ayah lega,” ucap Ayana kemudian.Deon mengembuskan napas kasar, hingga kemudian mengangguk.“Ya,
“Selamat, akhirnya kalian benar-benar akan maju ke jenjang selanjutnya,” ucap Ayana saat memberi selamat ke Azlan dan Hyuna. Acara pertunangan Hyuna dan Azlan berjalan lancar. Para tamu undangan kini sedang menikmati hidangan serta sajian musik yang dihadirkan. “Terima kasih,” ucap Hyuna terlihat bahagia. “Kapan rencana pernikahan kalian?” tanya Deon kemudian. Azlan dan Hyuna saling tatap, hingga Hyuna yang menjawab, “Sebenarnya kami belum tahu. Mungkin akan ikut para orang tua saja bagaimana keputusan mereka.” “Lagi pula, baik aku dan Hyuna masih bergantung dengan orang tua. Jadi ya kami ikut saja,” timpal Azlan. Ayana dan Deon mengangguk-angguk mendengar ucapan Azlan juga Hyuna. “Tidak masalah, kalian juga masih belajar bekerja. Soal menikah bisa dibahas nanti, yang penting kalian sudah saling memiliki. Ingat untuk saling memercayai karena tinggal selangkah lagi kalian bersama,” ujar Ayana menegaskan karena takut Hyuna dan Azlan hanya menjadikan hubungan keduanya sebagai sebu
Deon menepikan mobil dengan cepat. Bahkan dia langsung turun begitu mobil terparkir sempurna.Ayana, Mita, dan Haikal pun buru-buru turun saat melihat ke mana arah Deon pergi.“De!” Ayana memanggil karena takut suaminya melakukan tindakan gegabah.Deon tak mendengarkan panggilan Ayana. Dia terus berjalan mengejar Satria yang dilihatnya. Deon ingin meluapkan semua kekesalannya karena perbuatan sang kakak.“Dasar bajingan!”Deon menarik kerah baju Satria, lantas menghantamkan bogem mentah tepat di wajah kakaknya itu.Satria sangat terkejut hingga tersungkur di trotoar.“Apa-apaan kamu, hah?” Satria memandang Deon yang sedang menatap nyalang ke arahnya.“Kamu yang apa-apaan bajingan tak tahu diri!” Deon meraih kerah baju bagian depan Satria, lantas kembali menghajar sang kakak.“Kamu masih bisa hidup enak, jalan ke sana-kemari tanpa memikirkan Ibu dan Ayah yang terusir dari rumah karena ulahmu!” Deon memaki sambil terus menghajar Satria.Orang-orang yang ada di sekitar sana terkejut meli
Deon langsung membawa Ayana ke IGD. Di sana perawat langsung mendapat penanganan dari dokter. Deon terlihat begitu cemas. Dia sampai mondar-mandir di depan ruang perawatan menunggu dokter selesai memeriksa. “Tenang, De. Berdoa Ayana baik-baik saja. Ibu yakin dia mau melahirkan,” ujar Mita mencoba menenangkan Deon. “Tapi tetap saja, Bu. Aku tidak bisa tenang sampai tahu kondisi Ayana,” balas Deon. Perawat keluar dari ruang pemeriksaan lantas menemui Deon dan Mita. “Sudah ada pembukaan di jalan rahimnya. Serta terjadi kontraksi berulang. Melihat kondisi sang ibu yang kurang stabil, dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan operasi, sebab posisi janin sudah tidak bisa dipertahankan sampai siap dilahirkan sesuai HPL yang ditentukan,” ujar perawat menjelaskan. Deon sangat terkejut karena tebakan Mita ternyata benar. “Apa ini beresiko untuk istri dan bayiku?” tanya Deon memastikan sebelum mengambil keputusan. “Jika bayinya tidak segera dilahirkan, malah akan semakin beresiko untuk
“Lebih baik kamu jujur saja, Sat. jangan memperkeruh keadaan!” Haikal memaksa Satria untuk mengakui semua perbuatan yang sudah dilakukan. Satria menatap kesal ke ayahnya, hingga kemudian membalas, “Aku tidak melakukannya, lalu bagaimana bisa aku mengaku!” Polisi memandang perdebatan Haikal dan Satria, hingga mencoba menengahi masalah ini. “Pada tanggal 4, apa kamu tidak masuk ke rumah saudara Haikal, lantas mengobrak-abrik lemari dan mengambil sejumlah uang juga sertifikat rumah?” tanya polisi lagi setelah sebelumnya dibantah Satria. “Sudah aku bilang berapa kali. Aku tidak masuk ke sana setelah bertengkar dengan Ibu!” Satria tetap kekeh dengan penjelasannya sejak awal. “Kamu punya kunci rumah, Sat. Bagaimana bisa kamu bilang tidak mengambil, kemudian menjual rumah tanpa izin kami.” Haikal tetap berusaha membuat Satria mengaku. Satria menjambak rambutnya sendiri karena terus ditekan. Hingga dia terdiam seperti mengingat sesuatu. Polisi dan Haikal pun menatap Satria, menunggu ap