“Bagaimana tadi?” tanya Deon saat baru pulang.Deon langsung menemui Ayana yang ada di kamar bersama Ansel.“Saat bertemu mertuanya, aku tidak menemani untuk meminimkan prasangka jika ku mempengaruhi pikiran Nabila. Hanya saja tadi saat bertemu Bibi, aku menemaninya,” jawab Ayana sambil meletakkan Ansel yang sudah anteng setelah menyusu.“Jadi? Bagaimana hasilnya?” tanya Deon sambil duduk di samping Ayana.“Nabila bilang mertuanya percaya jika Dafa berselingkuh dan akan memberikan hukuman ke Dafa. Tapi tentunya Nabila tidak peduli, karena yang dipedulikannya hanya bisa lepas dari Dafa,” jawab Ayana menjelaskan soal mertua Nabila.“Orang tua Nabila juga setuju jika dia bercerai?” tanya Deon yang penasaran karena bagaimanapun dia juga ikut geram dengan kelakuan Dafa.“Hm … Bibi sepertinya sangat sakit hati. Dia bilang akan membuat Dafa dilengserkan dari posisinya sekarang. Meski itu perusahaan Dafa, tapi pemilik saham terbanyak di sana adalah anggota keluarga Nabila yang notabene benci
“Benar, Nabila sudah punya buktinya. Aku ingin minta kamu membantuku mengakuisi perusahaan itu. Enak saja dia menikmati bantuan kita, tapi kemudian membuat Nabila menderita.”Ibu Nabila menghubungi adiknya untuk membantu melengserkan Dafa.“Kamu tenang saja, Kak. Aku dan yang lain pasti akan membantu,” ujar tante Nabila dari seberang panggilan.Keluarga ibu Nabila kebanyakan perempuan, sebab itu mereka memiliki komitmen untuk menolak perselingkuhan.“Baik, terima kasih,” ucap ibu Nabila yang sejak tadi sudah sibuk menghubungi beberapa saudaranya.Nabila memandang sang mama, merasa jika sebenarnya yang paling tersakiti adalah wanita itu. Dulu dia meyakinkan sang mama jika pilihannya terbaik, tapi sekarang dia datang lantas mengungkap keburukan suaminya.“Ma.” Nabila memanggil sambil menggenggam telapak tangan sang mama.Wanita itu menoleh dan melihat bola mata Nabila berkaca-kaca.“Ada apa, hm?” tanya wanita itu lembut.“Maaf karena sekarang harus membuat Mama ikut susah,” ucap Nabila
“Siapa yang menghubungi?” tanya Deon karena melihat Ayana fokus ke ponsel.“Nabila,” jawab Ayana sambil menyelesaikan apa yang diketik, kemudian menoleh suaminya yang sedang menyetir.“Apa ada info terbaru?” tanya Deon penasaran.Ayana mengangguk, hingga kemudian menjawab, “Nabila bilang Amar bersedia membantunya mengurus perceraian karena tahu jika Dafa tak mungkin melepas begitu saja. Bibi juga sudah bertindak, dia meminta ke seluruh keluarga untuk membantu mengakuisisi perusahaan Dafa.”Deon sangat terkejut mendengar jawaban Ayana, tidak menyangka jika keluarga Nabila akan semenakutkan itu.“Dafa selama ini bisa menjalankan bisnis dengan baik karena bantuan dari keluarga Nabila. Kini dia harus menghadapi masalah dari orang yang mendukungnya,” ujar Ayana kemudian.“Itu lebih menakutkan dari menghadapi musuh,” balas Deon mendadak merinding dengan apa yang akan dilakukan keluarga Nabila ke Dafa.“Ya, karena itu, musuh terbesar seseorang sebenarnya adalah orang yang dipercaya. Dafa men
“Bagaimana sekarang?” tanya Ayana saat bertemu Nabila di kafe Deon.Di sana tak hanya ada Ayana dan Nabila, tapi juga ada Deon, Kyle, dan Amar.“Siang ini Dafa sudah dapat karmanya. Para pemegang saham selain keluargaku juga menuntut dia mundur karena sudah melakukan hal tak bermoral di kantor. Bahkan sekretarisnya sudah dipecat atas desakan petinggi perusahaan, kini tinggal melengserkan Dafa saja,” jawab Nabila menceritakan semua yang terjadi di perusahaan Dafa siang ini.Nabila memang tidak datang, tapi ibu juga keluarganya yang menceritakan bagaimana mereka berusaha menekan Dafa agar lengser.“Baguslah, orang seperti Dafa memang harus segera dihempaskan,” ucap Ayana penuh kelegaan.Nabila mengangguk-angguk, lantas berterima kasih ke Ayana.“Terima kasih ya, Ay. Jika bukan karenamu, mungkin aku akan terus dibohongi. Untung saja feelingmu juga benar jika Dafa berselingkuh dengan sekretarisnya, hingga kita punya bukti. Ya, meski kita tak punya bukti banyak, tapi itu sudah cukup mengha
Nabila mengemudikan mobil menuju rumah ibunya. Dia kini sedang menerima panggilan dari putrinya yang berusia empat tahun. “Iya, mama sedang dalam perjalanan pulang,” ucap Nabila saat Citra bertanya kapan dia pulang. “Mama, Citra mau beli es krim tapi kata Oma tidak boleh keluar. Citra maunya makan es krim di dekat sekolah.” Suara putrinya terdengar merengek dari seberang panggilan. Nabila sendiri harus banyak bersabar menghadapi Citra yang tak tahu apa-apa. Dia harus bisa memberikan alasan yang jelas agar putrinya itu tidak bingung setiap meminta keluar rumah tapi tidak diizinkan. “Di luar sedang tidak bagus, Sayang. Bagaimana kalau nanti saat cuacanya sudah bagus, kita makan es krim sepuasnya, terserah Citra mau makan sebanyak apa pun, mama tidak akan melarang,” ujar Nabila agar putrinya tidak terus merengek. “Janji? Tidak boleh bohong?” “Tidak, Sayang. Mama janji akan mengajakmu makan es krim sepuasnya, tapi tidak sekarang,” ucap Nabila meyakinkan. “Oke, Citra percaya. Citra
“Kamu tidak apa-apa, kan?”Ibu Nabila sangat syok mendengar cerita jika putrinya mengalami penyerangan di jalan.“Aku tidak apa-apa, Ma. Untung Amar dan yang lain datang tepat waktu sehingga aku selamat. Pelakunya juga sudah ditangkap, meski yang lain kabur,” ujar Nabila menjelaskan agar sang mama tidak terlalu cemas.Wanita itu begitu bersyukur putrinya selamat, lantas berterima kasih ke semua orang yang menolong juga kini mengantar sampai rumah.“Kami sudah meminta polisi untuk menyelidiki kasus ini, Bibi. Semoga saja ada titik terang untuk mengantisipasi kejadian yang tak diinginkan lagi,” ujar Ayana menjelaskan.“Iya, mungkin untuk sementara kalau ada keperluan keluar rumah harus ada yang menemani, jika tidak ada keperluan lebih baik di rumah saja,” ucap ibu Nabila yang cemas jika terjadi sesuatu dengan putrinya lagi.Ayana mengangguk mendengar ucapan wanita itu. Dia dan yang lain pun akhirnya pamit pulang.“Kalau ada apa-apa. Segera beritahu kami. Kuharap masalah penyerangan ini
“Ada apa ini?” tanya Dafa panik saat melihat dua orang berpakaian penegak hukum berdiri saat melihat dirinya. “Kami dari kepolisian datang kemari untuk melakukan penangkapan terhadap saudara Dafa Adiwiyata atas kasus perencanaan penculikan terhadap saudari Nabila Adiyansyah.” Salah satu polisi memberikan surat penangkapan Dafa. Dafa sangat terkejut mendengar ucapan polisi. Dia ingin mengelak tapi tak mungkin karena membawa surat penangkapannya. “Ini pasti ada kesalahan,” ujar Dafa tak mau mengakui. “Untuk memastikannya, kami harap Anda mau bekerjasama dengan ikut kami ke kantor polisi untuk memberikan keterangan. Jika memang terbukti Anda tak bersalah, kami pasti akan membebaskan,” ujar polisi. “Anda juga berhak mendapat kuasa hukum untuk menangani kasus Anda ini. Tapi untuk sekarang, kami harap Anda bisa bekerjasama,” timpal polisi satunya. Dafa tak berkutik, meski dia mengelak dan memberontak pun tak ada gunanya Dafa pun akhirnya dibawa polisi atas kasus penyerangan yang menju
“Kenapa kamu menemuinya?” tanya Amar yang cemas jika Nabila berubah pikiran, belum lagi dirinya tidak diajak bertemu Dafa.Nabila menoleh Amar yang berjalan di sampingnya, hingga kemudian membalas, “Aku hanya menegaskan kepadanya, jika nanti dia bebas setelah menjalani masa hukuman, aku tidak ingin dia menemuiku atau Citra. Aku tidak mau dia mengganggu hidup kami lagi.”Amar mengangguk-angguk paham, keresahan jika Nabila akan berubah pikiran kini hilang sudah.“Baguslah, dengan begitu dia tidak akan macam-macam lagi,” ucap Amar kemudian.Nabila menganggukkan kepala, dia pun sekarang lega karena dengan begini proses perceraiannya dengan Dafa akan semakin lancar, mengingat Dafa terjerat kasus penyerangan juga percobaan penculikan yang sangat menguntungkan baginya.“Aku sudah menghubungi Ayana, kita ke kafe Deon untuk merayakan ini. Aku yang traktir,” ucap Nabila dengan senyum merekah penuh kebahagiaan.Amar mengangguk mengiakan ajakan Nabila, mereka pun pergi bersama setelah berpisah de