Setelah berjalan bersama, bianca dan yoshua memutuskan untuk minum kopi di sebuah kedai yang berada tak jauh dari restoran sebelumnya. Keduanya kembali duduk berhadapan dengan secangkir kopi di hadapan mereka masing - masing.
Entah kenapa bianca terus memikirkan semua yang yoshua katakan tadi. Dia tak bisa mengelak jika ada perasaan nyaman saat bersama dengannya. Bagi bianca yoshua terlihat sangat dewasa dan penuh kasih sayang.
Mereka mengobrol selayaknya teman yang sudah berkenalan lama, ada saja bahasan yang bisa mereka jadikan bahan obrolan. Bahkan selama mengobrol dengan yoshua, senyuman terus menghiasi wajan bianca. Padahal gadis itu itu akhir - akhir sangat kesulitan merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Tapi hari ini seolah kesulitan itu hilang entah kemana.
“Baiklah, sekarang kau harus menceritakan sem
Bianca masuk ke dalam apartemennya setelah memastikan bahwa tyaga tidak mengikutinya. Dia tidak ingin pria itu mengetahui tempat tinggalnya. Bianca merasakan perasaan yang aneh. Sebenarnya dia merasakan sedikit perasaan bahagia saat melihat tyaga berdiri dihadapannya tadi. Tapi semuanya hancur ketika tyaga justru mempertanyakan hal yang memancing emosi bianca.“Dia masih saja tidak mempercayaiku!!” keluh bianca sendirian saat melepaskan mantelnya.Kemudian dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai mandi, bianca langsung membuka laptopnya dan mengerjakan tugasnya.Namun, tepat saat layar laptop bianca menyala saat itu juga sebuah notifikasi masuk ke ponsel tyaga.Ketika mendengar sebuah notifikasi yang khusus dipilih tyaga untuk aplikasi
Tyaga memilih kembali ke hotel. Gagal sudah semua usahanya untuk berjalan - jalan dan berdamai dengan dirinya. Karena sepertinya Tuhan tak mengizinkan, dia terus saja terlibat dengan urusan bianca. Sepertinya memang harus seperti itu, kesabaran tyaga benar - benar diuji kali ini. Bahkan saingannya juga masih belum jelas siapa orangnya.Sesampainya di hotel, tyaga kembali mandi karena tubuhnya penuh dengan keringat karena mengejar pria yang katanya bernama abi itu. Selain itu dia juga harus mengancam pria bernama rico karena berani mengganggu bianca. Kemudian dia berada disini sekarang, dibawah guyuran air dingin yang keluar dari shower. Tyaga memejamkan matanya sambil memikirkan semua kejadian yang baru saja terjadi seharian ini.“Kau sepertinya memang suka menguji kesabaranku ya, bi.” kata tyaga dengan suara dingin saat masih berada di kamar mandi.
“Kau aneh sekali, katanya tidak peduli pada tyaga. Tapi kau peduli pada penilaian semua orang terhadap hubungan kalian yang rumit ini.”“…” bianca hanya diam tak bisa menjawab. Kata - kata bram sangat benar sekali untuk dielak.Kenapa dia peduli, ya?Bianca juga bingung untuk menjawabnya.“Kau tidak bisa menjawab, kan? Karena kau memang peduli padanya.” Kata bram lagi.“Aku tidak peduli padanya.”“Benarkah? Tapi kau menunjukkan hal lain. Aku menangkap jika kau masih memiliki perasaan padanya.”“Bohong!”
Setelah berlari dengan sekuat tenaga, akhirnya bram sampai di depan pintu apartemen kakaknya dalam waktu sepuluh menit tepat. Dia pun langsung menekan bel beberapa kali hingga akhirnya bianca membukanya.Gadis itu terlihat tersenyum dengan sangat lebar, seolah sedang memenangkan undian berhadiah.“Kau… kau kenapa?” tanya bram dengan terheran - heran sambil masuk ke dalam.“Aku? Aku baik - baik saja.” jawab bianca dengan santai.“CK!! Kau membohongiku, ya?” tuduh bram saat menyadari gerak - gerik kakaknya yang berbeda.“Sorry, aku bukan gadis pembohong seperti teman barumu itu.” kata - kata bianca penuh dengan nada menyindir.T
Bianca mengurung diri hingga malam hari tiba. Bram juga terus bersikap sangat tenang dan tak ingin memaksa kakaknya. Tadi dia sudah membicarakan semuanya dengan tyaga dan vero melalui pesan. Setidaknya untuk sekarang dia harus bersabar hingga bianca menceritakan yang sebenarnya terjadi.Bram sengaja memesan makanan untuk makan malamnya dengan bianca. Dia tidak bisa memasak dan tidak tahu apapun tentang urusan dapur. Jadi, daripada apartemen ini terbakar karena ulahnya memang sebaiknya bram memesan makanan saja.Setelah makanan yang dipesannya sudah sampai, bram meletakkannya di meja. Kemudian dia berjalan menuju ke arah pintu kamar bianca dan mengetuk pintunya dengan sangat hati - hati.Tok…. tok….“Kak… kau tidak ingin makan? Aku sudah p
Tyaga berusaha mengejar pria yang entah namanya abi atau siapalah itu. Kali ini dia tak akan melepaskan pria itu dengan begitu mudahnya. Setidaknya dia harus bisa berbicara langsung dengannya dan memastikan bahwa semua dugaannya salah. Namun, kenyataan berkata lain. Pria itu lolos dari pengejaran tyaga. Bahkan dia menghilang begitu saja dari pandangannya. Padahal tyaga sudah berlari dengan sekuat tenaga tadi.Sekarang saja tyaga sedang berdiri sambil terengah - engah di padang rumput yang begitu luas, letaknya ada di tengah - tengah kampus. Biasanya di musim ini akan banyak yang duduk di sana untuk menikmati suasana, ada juga yang belajar, dan ada juga yang piknik sederhana.“SIALAN!! Cepet banget dia!!” maki tyaga yang kini tengah kesal sendirian.Padahal kenyataannya, sekarang ini bianca sedang bersama
Kondisi sedikit membaik setelah satu minggu berlalu. Selama itu juga tyaga terus berdiam diri di hotel. Dia tidak pergi ke kampus untuk mengikuti bianca. Dia juga tidak datang ke apartemen bianca. Selama satu minggu tyaga hanya diam di hotel, dia menghabiskan waktu dengan membaca buku dan mengerjakan skripsinya.Bukan berarti tyaga berhenti memikirkan bianca atau berhenti mencintainya, dia hanya berusaha berhenti memaksakan kehendaknya untuk mendekati bianca.“Lo nggak keluar lagi besok, ga?” tanya vero saat baru keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.“Enggak. Gue mau nyelesain ini.” jawab tyaga sambil mengangkat buku yang ada di tangannya.“Oh… oke.”
Setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh bianca, tyaga hanya tersenyum singkat. Kemudian dia menyimpan kembali ponselnya. Kebetulan saat itu, vero sempat melihat senyuman tyaga. Tapi dia hanya diam dan berpura - pura tidak tahu. Setelah itu tentu saja dia membisikkan informasi ini pada bram.Siapa tahu kan rencana mereka sudah mulai berjalan atas bantuan kedua orang ini?Saat berada di lounge, ketiga pria ini memiliki kesibukan masing - masing. Vero menemukan teman main gim barunya yaitu bram, sedangkan tyaga hanya memandangi pesan bianca. Dia membaca ulang dan terus membacanya. Tapi selama membaca itu dia terus menahan senyumannya. Tak berselang lama terdengar panggilan untuk nomor penerbangan mereka. Vero dan bram langsung menghentikan kegiatan main gim mereka.Lalu tyaga yang pertama kali berdiri dan diikuti ve