“Kau aneh sekali, katanya tidak peduli pada tyaga. Tapi kau peduli pada penilaian semua orang terhadap hubungan kalian yang rumit ini.”
“…” bianca hanya diam tak bisa menjawab. Kata - kata bram sangat benar sekali untuk dielak.
Kenapa dia peduli, ya?
Bianca juga bingung untuk menjawabnya.
“Kau tidak bisa menjawab, kan? Karena kau memang peduli padanya.” Kata bram lagi.
“Aku tidak peduli padanya.”
“Benarkah? Tapi kau menunjukkan hal lain. Aku menangkap jika kau masih memiliki perasaan padanya.”
“Bohong!”
Setelah berlari dengan sekuat tenaga, akhirnya bram sampai di depan pintu apartemen kakaknya dalam waktu sepuluh menit tepat. Dia pun langsung menekan bel beberapa kali hingga akhirnya bianca membukanya.Gadis itu terlihat tersenyum dengan sangat lebar, seolah sedang memenangkan undian berhadiah.“Kau… kau kenapa?” tanya bram dengan terheran - heran sambil masuk ke dalam.“Aku? Aku baik - baik saja.” jawab bianca dengan santai.“CK!! Kau membohongiku, ya?” tuduh bram saat menyadari gerak - gerik kakaknya yang berbeda.“Sorry, aku bukan gadis pembohong seperti teman barumu itu.” kata - kata bianca penuh dengan nada menyindir.T
Bianca mengurung diri hingga malam hari tiba. Bram juga terus bersikap sangat tenang dan tak ingin memaksa kakaknya. Tadi dia sudah membicarakan semuanya dengan tyaga dan vero melalui pesan. Setidaknya untuk sekarang dia harus bersabar hingga bianca menceritakan yang sebenarnya terjadi.Bram sengaja memesan makanan untuk makan malamnya dengan bianca. Dia tidak bisa memasak dan tidak tahu apapun tentang urusan dapur. Jadi, daripada apartemen ini terbakar karena ulahnya memang sebaiknya bram memesan makanan saja.Setelah makanan yang dipesannya sudah sampai, bram meletakkannya di meja. Kemudian dia berjalan menuju ke arah pintu kamar bianca dan mengetuk pintunya dengan sangat hati - hati.Tok…. tok….“Kak… kau tidak ingin makan? Aku sudah p
Tyaga berusaha mengejar pria yang entah namanya abi atau siapalah itu. Kali ini dia tak akan melepaskan pria itu dengan begitu mudahnya. Setidaknya dia harus bisa berbicara langsung dengannya dan memastikan bahwa semua dugaannya salah. Namun, kenyataan berkata lain. Pria itu lolos dari pengejaran tyaga. Bahkan dia menghilang begitu saja dari pandangannya. Padahal tyaga sudah berlari dengan sekuat tenaga tadi.Sekarang saja tyaga sedang berdiri sambil terengah - engah di padang rumput yang begitu luas, letaknya ada di tengah - tengah kampus. Biasanya di musim ini akan banyak yang duduk di sana untuk menikmati suasana, ada juga yang belajar, dan ada juga yang piknik sederhana.“SIALAN!! Cepet banget dia!!” maki tyaga yang kini tengah kesal sendirian.Padahal kenyataannya, sekarang ini bianca sedang bersama
Kondisi sedikit membaik setelah satu minggu berlalu. Selama itu juga tyaga terus berdiam diri di hotel. Dia tidak pergi ke kampus untuk mengikuti bianca. Dia juga tidak datang ke apartemen bianca. Selama satu minggu tyaga hanya diam di hotel, dia menghabiskan waktu dengan membaca buku dan mengerjakan skripsinya.Bukan berarti tyaga berhenti memikirkan bianca atau berhenti mencintainya, dia hanya berusaha berhenti memaksakan kehendaknya untuk mendekati bianca.“Lo nggak keluar lagi besok, ga?” tanya vero saat baru keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.“Enggak. Gue mau nyelesain ini.” jawab tyaga sambil mengangkat buku yang ada di tangannya.“Oh… oke.”
Setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh bianca, tyaga hanya tersenyum singkat. Kemudian dia menyimpan kembali ponselnya. Kebetulan saat itu, vero sempat melihat senyuman tyaga. Tapi dia hanya diam dan berpura - pura tidak tahu. Setelah itu tentu saja dia membisikkan informasi ini pada bram.Siapa tahu kan rencana mereka sudah mulai berjalan atas bantuan kedua orang ini?Saat berada di lounge, ketiga pria ini memiliki kesibukan masing - masing. Vero menemukan teman main gim barunya yaitu bram, sedangkan tyaga hanya memandangi pesan bianca. Dia membaca ulang dan terus membacanya. Tapi selama membaca itu dia terus menahan senyumannya. Tak berselang lama terdengar panggilan untuk nomor penerbangan mereka. Vero dan bram langsung menghentikan kegiatan main gim mereka.Lalu tyaga yang pertama kali berdiri dan diikuti ve
Setelah membaca dan membalas pesan dari tyaga, senyuman terus menghiasi wajah bianca. Senna yang baru saja menyelesaikan urusan pendaftaran kursus memasak merasa sangat heran karena senyuman menghiasi wajah sahabatnya itu. Siapakah orang yang bisa membuat gadis cantik itu kembali tersenyum?“Bi?” panggil senna saat dia berjalan mendekat ke arah bianca. Gadis itu melihat bianca masih menggenggam ponselnya menggunakan kedua tangan didepan dada.“Hm, apa sen? Kau sudah selesai?” tanya bianca yang kini mulai menormalkan kembali wajahnya. Senyuman masih terlihat menghiasi wajah itu walaupun tidak terlalu mencolok seperti tadi. Dia juga sudah menyimpan kembali ponselnya.“Sudah.” jawab senna singkat.Kemudian, setelah itu keduanya berjalan m
Bianca sampai di apartemennya dengan tubuh yang terasa lebih capek dari biasanya. Dia langsung berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum memasak makan malamnya hari ini.Kemudian, setelah selesai mandi. Ternyata bram menghubunginya. Bianca membaca pesan bram sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.*Kak, apa kau sibuk? Aku ingin mengobrol denganmu.*Begitu isi pesannya. Lalu bianca mengetikkan pesan balasan untuk adiknya.*Oke, aku akan menemanimu mengobrol sambil memasak makan malam.*Begitu isi pesan balasan bianca. Tak berselang lama panggilan video masuk ke ponsel bianca. Dia langsung menekan tombol jawab di layar ponselnya, lalu muncullah wajah bram disana.
Keesokan paginya, bianca bangun lebih pagi. Dia memiliki janji dengan senna hari ini. Sebelum itu bianca sengaja menyempatkan waktu untuk sarapan terlebih dahulu. Tadi dia sudah melihat perkiraan cuaca hari ini dan ternyata suhunya akan lebih rendah dari hari - hari sebelumnya. Jadi pasti akan lebih mudah lapar, karena dingin.Setelah selesai mandi dan bersiap - siap, bianca memakan roti isi keju dan telurnya kemudian dia minum segelas susu hangat. Sebenarnya sejak semalam, bianca banyak berpikir tentang tyaga, juga senna. Karena cerita bram kemarin dia jadi khawatir jika pada akhirnya vero akan lebih memilih untuk menemani fareta. Kalau hal itu terjadi, berarti tyaga akan sendirian nanti.Bianca khawatir karena itu adalah masa - masa kritis untuk tyaga. Semua usahanya akan terbayar dengan nilai yang bagus atau berubah menjadi usaha yang sia - sia karena mendap
“Aku yakin kau datang bulan, Bi.” Kata Tyaga saat mereka tengah menikmati sarapan yang sudah diantarkan ke kamar.“Mungkin saja.” Jawab Bianca sambil mengangkat bahunya cuek. Sejujurnya dia juga baru tahu dan menyadari bahwa selama ini memang hanyalah kesalahpahaman saja. Untung saja tadi suaminya itu membahasnya.Saat Bianca sedang menyendokkan yogurt ke mulutnya, tiba - tiba Tyaga terlihat berdiri dan berjalan menuju ke arah salah satu laci dekat lemari. Lalu dia membawa sebuah surat dan memberikannya pada Bianca.“Coba baca ini, Bi.” Katanya.Walaupun bingung, Bianca tetap menerima surat itu. Dari depannya saja dia bisa melihat bahwa itu adalah sebuah laporan kesehatan dari rumah sakit yang mereka datangi kemarin. Untuk sejenak kedua alis Bianca mengerut.“Ray, kau tidak sedang sakit kan?” Tanyanya. Tyaga pun hanya menggeleng.“Buka aja, Bi. Nanti kamu bisa lihat sendiri isinya.”Bianca menuruti saja, dia membuka dan membaca hasil pemeriksaan yang mereka lakukan kemarin. Lembar pe
“Aku?” Tanya Bianca sambil menunjuk dirinya sendiri.Senyuman penuh rahasia itu nampak jelas di wajah Tyaga.“Jadi? Apa yang sebenarnya terjadi, Ray. Cepat katakan…” rengek Bianca sambil menggoyang - goyangkan lengan Tyaga dengan sangat manjanya.Bukannya menjawab, Tyaga malah mencondongkan bibirnya ke arah Bianca untuk meminta jatah sebelum menceritakan kisah panas mereka. Dengan senang hati Bianca membalas permintaan itu dengan sebuah kecupan. Hal kecil seperti itu ternyata bisa menjadi alat transaksi informasi diantara mereka. “Baiklah, jadi begini ceritanya…”FLASHBACK ON“Ray, aku ingin whisky milikmu.” Kata Bianca.“Tapi, Bi… Tadi kau…”“Sudah minum wine?” Lanjut Bianca, lalu Tyaga mengangguk.“Memangnya kenapa?” Nada bicara Bianca berubah galak.“Kau sudah mabuk, Bi.”“Siapa bilang aku mabuk? Aku sadar, Ray. Lihat ini.” Kata Bianca sambil berusaha berdiri tegak, namun tentu saja hal itu tidak berhasil karena Bianca hampir saja terjatuh lagi jika Tyaga tidak menahan pinggangnya
“Kalau begitu, jangan ditahan Ray! Lakukan sesukamu! Aku sudah menunggunya.” Kata - kata Bianca barusan bak sebuah mantra yang semakin membuat tubuh Tyaga panas.Ciumannya pun sudah mulai menjelajahi leher hingga ke tulang selangka Bianca. Bahkan tanpa Tyaga Sadari dia sudah membuat rambut istrinya semakin berantakan karena ulahnya. Bianca sendiri terus menggelinjang karena sentuhan Tyaga. Dia juga memejamkan matanya sambil menikmati hal yang yang tak bisa dibilang baru. Karena sebelumnya pun mereka pernah saling mencumbu satu sama lain.Semakin lama gerakan Tyaga semakin tak terarah, dia menyentuh semua bagian tubuh Bianca tanpa melewatkan satu pun. Bahkan tali yang menjadi penghubung pakaian tipis itu mulai melorot sampai ke lengan Bianca. Tentunya karena hal itu sebelah gundukan kenyal milik Bianca mulai terekspos.“Ray…” panggil Bianca dengan suara seraknya.“Hm?”“Dingin.” Katanya dengan tubuh bergetar. Menyadari bahwa tubuh mereka setengah telanjang, Tyaga lalu tersenyum dan m
Akhirnya serangkaian acara pernikahan hingga resepsi hari ini usai sudah. Tyaga dan Bianca sekarang berjalan bersama menuju ke arah kamar pengantin yang sudah disiapkan untuk mereka. Kamar yang tadi sudah mereka datangi.Keduanya jalan berdampingan sambil bergandeng tangan. Acara resepsi tadi benar - benar berjalan lancar tanpa adanya kendala. Hal itu membuat Tyaga merasakan kelegaan yang luar biasa. Sejak kehadiran Fareta tadi, sebenarnya Tyaga merasa begitu was - was. Belum lagi gaun istrinya begitu menggoda siapapun yang melihatnya, Tyaga semakin tidak rela jika sampai Fareta juga hadir dan semakin mengaguminya atau mungkin berniat menculiknya lagi. Gila memang pikiran dan ketakutan tuan Tyaga Rayshiva yang terhormat ini!Tadi saja rasanya ingin sekali dia meminta Bianca untuk terus duduk, jadi para tamu undangan dan keluarga yang hadir tidak harus mengagumi kecantikan istrinya. Padahal kan tujuan resepsi ini diadakan untuk bentuk syukur dan juga memperkenalkan hubungan sah mereka
Karena kejadian tadi, akhirnya mau tidak mau tyaga harus kembali membersihkan diri dengan mandi. Apalagi tadi bianca juga sempat melihat beberapa luka di punggung tangan tyaga. Belum lagi kemeja tyaga juga sudah tidak berbentuk lagi. Dan untungnya untuk acara resepsi nanti mereka menggunakan konsep yang berbeda. Jadi tyaga dan bianca menggunakan gaun dan jas tema lain.Sekarang ini bianca dan tyaga berada di kamar pengantin yang sudah dipersiapkan oleh oma, nenek, dan para mama untuk mereka. Tadi tyaga sengaja tidak mengajak bianca kembali ke kamar miliknya karena terlalu banyak orang disana. Dan tyaga tidak ingin menjelaskan apapun.Bianca terlihat duduk di sofa sambil memegang gelas wine sambil menunggu tyaga selesai mandi. Sejenak dia terdiam dan memikirkan semua kejadian yang terjadi selama seharian ini. Tak pernah bianca sangka fareta akan melakukan hal senekat itu padahal dirinya sudah resmi menikah dengan tyaga.Tiba - tiba terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka, tapi b
“Selamat, ga. Kau membuktikan bahwa kau berhasil merebut semua yang aku inginkan!” Orang lain yang mendengarnya saja bisa menilai betapa fareta membenci tyaga dari kata - katanya itu. Bahwa sejak awal dia memang hanya menganggap tyaga adalah saingan yang seimbang untuknya dalam hal apapun. Padahal kenyataan itu begitu berbanding terbalik bagi tyaga. Sejak awal dia menganggap fareta sebagai sahabatnya sama seperti vero. Tapi semenjak adanya masalah diantara mereka karena fareta berusaha merebut bianca, tyaga jadi tersadar akan hal itu.Dengan senyuman terbaiknya tyaga membalas uluran tangan fareta, namun sebelah tangannya langsung menggenggam tangan bianca.“Thanks.” katanya singkat.“Ternyata kau benar - benar menerima bianca dan juga anak dalam kandungannya. Padahal kau belum mengetahui anak siapa itu.” bisik fareta lagi.“Memangnya itu penting ya? Bagi gue yang terpenting adalah bisa bersama bianca selamanya dengan menikahinya.” balas tyaga sambil berbisik juga. Fareta hanya terse
Akhirnya, seseorang yang sangat ditunggu oleh banyak orang mulai menunjukkan tanda - tanda kehadirannya. Sang pengantin wanita yang diantarkan langsung oleh seorang pria yang menjadi cinta pertamanya sejak hari pertamanya lahir ke dunia yaitu sang papa tercinta untuk memasuki area pernikahan. Sedangkan sang pengantin pria yang memang sejak tadi sudah gugup sambil menunggu pujaan hatinya sekarang ini jantungnya semakin berdebar sangat kencang. Apalagi hampir semua orang mulai menolehkan kepala mereka ke arah pintu masuk utama.Tyaga berulang kali menarik nafas dan menghembuskannya untuk menenangkan diri. Ini adalah hari yang sangat dia tunggu selama beberapa tahun belakangan. Mengingat untuk bisa mewujudkan terjadinya hari ini pun cobaan dan rintangan yang harus dia hadapi juga tak mudah.Setiap hubungan memang memiliki ujian dan cobaannya sendiri - sendiri. Tyaga dan bianca sudah menjadi salah satu pasangan yang membuktikan sendiri bahwa mereka bisa melewati semuanya bersama. Selain
Setelah menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam untuk bersiap, akhirnya tyaga sudah terlihat sangat rapi, wangi, tampan, dan sangat mempesona dalam balutan jas berwarna hitam. Sebentar lagi dia akan segera resmi menjadi seorang suami untuk bianca. Itu berarti salah satu tujuan dalam hidupnya benar - benar tercapai.Buah kesabaran dan usaha tyaga akan terbayar sebentar lagi. Bianca benar - benar menjadi satu - satunya gadis yang membuatnya jatuh cinta hingga seperti ini. Bahkan jika diingat lagi tak pernah sekalipun tyaga jatuh cinta pada gadis lain.Walaupun ditengah perjalanan sempat muncul sosok bianca renata yang sempat mewarnai hidupnya. Tapi tetap saja bianca renata yang menjadi gadis taruhan tyaga adalah satu orang yang sama dengan bianca grizelle kekasih pertama dan satu - satunya seorang tyaga.Saat ini tyaga sudah keluar dari kamarnya untuk berjalan menuju ke area tempat pernikahannya dengan bianca. Di Tengah jalan ternyata yoshua sudah menunggu sambil duduk di sofa yang
Senna yang melihat bianca pergi setelah memutar kembali rekaman cctv yang yoshua berikan tadi tentu saja langsung menyusul. Dia tahu betul kondisi bianca saat ini, lagipula senna juga tahu bahwa semua ini memang rencana tyaga dan yoshua untuk bianca. Sejak semalam dia memang membantu calon suami sahabatnya itu agar menyudahi kecurigaannya.“Bi… tunggu aku!!” Panggil senna sambil berlari kecil untuk menyusul bianca.Mendengar namanya dipanggil bianca menghentikan langkahnya, lalu dia menarik pergelangan tangan sahabatnya untuk kembali ke kamar. “Aku beritahu saat sudah dikamar, sen.” Namun sayangnya saat sudah berada di kamar ternyata disana sudah ada beberapa orang.“Halo, bianca ya?” Sapa salah satu orang di dalam kamarnya.“Hai…” “Aku karin dan mereka semua adalah timku. Kami ditugaskan oleh nyonya panya dan nyonya kezia untuk mendandanimu.” Jelas seorang wanita yang memperkenalkan dirinya dengan nama karin. Dan ternyata tim MUA yang dipesan mama dan mama mertuanya sudah datang. H