“Boleh aku minta nomor ponselmu?” bianca langsung terdiam setelah mendengar pertanyaan yoshua. Dia langsung menaruh perasaan curiga pada pria didepannya ini.
“Untuk apa?” tanya bianca dengan tegas untuk apa pria ini meminta nomor ponselnya. Hal ini cukup pribadi menurutnya, jadi untuk memberikan nomor ponsel kepada orang yang baru dikenal menjadi hal yang harus dipertimbangkan.
“Aku akan menjelaskannya semua padamu.” kata yoshua. Mendengar hal itu bianca semakin bingung saja.
“Menjelaskan? Tentang apa?” tanya bianca lagi.
“Kau ingin tau tentang abi, kan?” tanya balik yoshua. Kemudian bianca mengangguk.
“Aku bisa menjelaskan tentang abi padamu.” lanjut yos
BUGH!!!Terdengar suara pukulan yang cukup keras hingga tangan bianca terlepas dari genggaman rico. Kemudian bianca melihat pria yang datang membantunya. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat yoshua datang menolongnya. Dengan sekali tarikan, pria itu menarik bianca untuk berdiri disampingnya.Lalu, yoshua berdebat dengan rico. Perdebatan mereka ini terdengar cukup alot. Bahkan rico mengira jika tunangan yang bianca maksud adalah yoshua. Orang lain yang melihat atau mendengarnya juga pasti salah paham.Cara yoshua menyelesaikan masalah seperti ini dinilai bianca cukup dewasa. Walaupun tadi sempat ada kekerasan di awal, namun setelah itu yoshua mempertanyakan cara rico untuk mendekati bianca.Tentu saja orang seperti rico tak akan bisa menerimanya dengan mudah, hin
Setelah berjalan bersama, bianca dan yoshua memutuskan untuk minum kopi di sebuah kedai yang berada tak jauh dari restoran sebelumnya. Keduanya kembali duduk berhadapan dengan secangkir kopi di hadapan mereka masing - masing.Entah kenapa bianca terus memikirkan semua yang yoshua katakan tadi. Dia tak bisa mengelak jika ada perasaan nyaman saat bersama dengannya. Bagi bianca yoshua terlihat sangat dewasa dan penuh kasih sayang.Mereka mengobrol selayaknya teman yang sudah berkenalan lama, ada saja bahasan yang bisa mereka jadikan bahan obrolan. Bahkan selama mengobrol dengan yoshua, senyuman terus menghiasi wajan bianca. Padahal gadis itu itu akhir - akhir sangat kesulitan merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Tapi hari ini seolah kesulitan itu hilang entah kemana.“Baiklah, sekarang kau harus menceritakan sem
Bianca masuk ke dalam apartemennya setelah memastikan bahwa tyaga tidak mengikutinya. Dia tidak ingin pria itu mengetahui tempat tinggalnya. Bianca merasakan perasaan yang aneh. Sebenarnya dia merasakan sedikit perasaan bahagia saat melihat tyaga berdiri dihadapannya tadi. Tapi semuanya hancur ketika tyaga justru mempertanyakan hal yang memancing emosi bianca.“Dia masih saja tidak mempercayaiku!!” keluh bianca sendirian saat melepaskan mantelnya.Kemudian dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai mandi, bianca langsung membuka laptopnya dan mengerjakan tugasnya.Namun, tepat saat layar laptop bianca menyala saat itu juga sebuah notifikasi masuk ke ponsel tyaga.Ketika mendengar sebuah notifikasi yang khusus dipilih tyaga untuk aplikasi
Tyaga memilih kembali ke hotel. Gagal sudah semua usahanya untuk berjalan - jalan dan berdamai dengan dirinya. Karena sepertinya Tuhan tak mengizinkan, dia terus saja terlibat dengan urusan bianca. Sepertinya memang harus seperti itu, kesabaran tyaga benar - benar diuji kali ini. Bahkan saingannya juga masih belum jelas siapa orangnya.Sesampainya di hotel, tyaga kembali mandi karena tubuhnya penuh dengan keringat karena mengejar pria yang katanya bernama abi itu. Selain itu dia juga harus mengancam pria bernama rico karena berani mengganggu bianca. Kemudian dia berada disini sekarang, dibawah guyuran air dingin yang keluar dari shower. Tyaga memejamkan matanya sambil memikirkan semua kejadian yang baru saja terjadi seharian ini.“Kau sepertinya memang suka menguji kesabaranku ya, bi.” kata tyaga dengan suara dingin saat masih berada di kamar mandi.
“Kau aneh sekali, katanya tidak peduli pada tyaga. Tapi kau peduli pada penilaian semua orang terhadap hubungan kalian yang rumit ini.”“…” bianca hanya diam tak bisa menjawab. Kata - kata bram sangat benar sekali untuk dielak.Kenapa dia peduli, ya?Bianca juga bingung untuk menjawabnya.“Kau tidak bisa menjawab, kan? Karena kau memang peduli padanya.” Kata bram lagi.“Aku tidak peduli padanya.”“Benarkah? Tapi kau menunjukkan hal lain. Aku menangkap jika kau masih memiliki perasaan padanya.”“Bohong!”
Setelah berlari dengan sekuat tenaga, akhirnya bram sampai di depan pintu apartemen kakaknya dalam waktu sepuluh menit tepat. Dia pun langsung menekan bel beberapa kali hingga akhirnya bianca membukanya.Gadis itu terlihat tersenyum dengan sangat lebar, seolah sedang memenangkan undian berhadiah.“Kau… kau kenapa?” tanya bram dengan terheran - heran sambil masuk ke dalam.“Aku? Aku baik - baik saja.” jawab bianca dengan santai.“CK!! Kau membohongiku, ya?” tuduh bram saat menyadari gerak - gerik kakaknya yang berbeda.“Sorry, aku bukan gadis pembohong seperti teman barumu itu.” kata - kata bianca penuh dengan nada menyindir.T
Bianca mengurung diri hingga malam hari tiba. Bram juga terus bersikap sangat tenang dan tak ingin memaksa kakaknya. Tadi dia sudah membicarakan semuanya dengan tyaga dan vero melalui pesan. Setidaknya untuk sekarang dia harus bersabar hingga bianca menceritakan yang sebenarnya terjadi.Bram sengaja memesan makanan untuk makan malamnya dengan bianca. Dia tidak bisa memasak dan tidak tahu apapun tentang urusan dapur. Jadi, daripada apartemen ini terbakar karena ulahnya memang sebaiknya bram memesan makanan saja.Setelah makanan yang dipesannya sudah sampai, bram meletakkannya di meja. Kemudian dia berjalan menuju ke arah pintu kamar bianca dan mengetuk pintunya dengan sangat hati - hati.Tok…. tok….“Kak… kau tidak ingin makan? Aku sudah p
Tyaga berusaha mengejar pria yang entah namanya abi atau siapalah itu. Kali ini dia tak akan melepaskan pria itu dengan begitu mudahnya. Setidaknya dia harus bisa berbicara langsung dengannya dan memastikan bahwa semua dugaannya salah. Namun, kenyataan berkata lain. Pria itu lolos dari pengejaran tyaga. Bahkan dia menghilang begitu saja dari pandangannya. Padahal tyaga sudah berlari dengan sekuat tenaga tadi.Sekarang saja tyaga sedang berdiri sambil terengah - engah di padang rumput yang begitu luas, letaknya ada di tengah - tengah kampus. Biasanya di musim ini akan banyak yang duduk di sana untuk menikmati suasana, ada juga yang belajar, dan ada juga yang piknik sederhana.“SIALAN!! Cepet banget dia!!” maki tyaga yang kini tengah kesal sendirian.Padahal kenyataannya, sekarang ini bianca sedang bersama