Bianca yang berada di dalam toilet hanya bisa menghembuskan nafasnya berat, dia lupa bahwa didalam sini pasti sangat minim sekali sinyal. Maka dari itu tadi panggilannya sempat terputus secara tiba - tiba. Jika sudah begini bisa dipastikan nantinya bram akan sangat marah karena hal sepele seperti ini. Apalagi sebelum panggilannya terputus mereka sempat membahas fareta.
“Pasti salah paham tuh anak!” keluh bianca dengan suara lirih.
Kemudian saat sudah keluar dari toilet, tak berselang lama bram kembali menghubunginya. Tapi sayangnya bianca tak bisa menerima panggilan itu karena peraturan yang cukup ketat di dalam museum ini. Saat bram menghubunginya tadi, bianca langsung berusaha menjauh dengan beralasan ke kamar mandi pada fareta. Dengan terburu - buru bianca lari dengan cepat hingga akhirnya dia mengangkat panggilan bram dengan nafas ya
Tyaga sedang berada di pesawat setelah membuat kehebohan karena dia dengan tiba - tiba meminta vero dan bram mencarikan tiket untuknya. Padahal sebelum itu ada perdebatan masalah visa yang terjadi. Hal itu juga melibatkan tyaga. Dia merasa tak bisa berkutik karena masalah itu.Kenyataannya, saat tyaga sudah menemukan lokasi bianca dari laptop yang dia berikan untuknya. Saat itu juga tyaga mengajukan permohonan visa untuk bisa pergi menyusul bianca. Namun sayangnya saat itu permintaan visanya belum mendapatkan persetujuan, jadi tyaga tidak bisa segera menyusul. Kemudian kabar mengenai fareta akhirnya berhembus. Awalnya tyaga merasa terlambat karena fareta datang terlebih dahulu.Apalagi kejadian kemarin benar - benar menghebohkan banyak pihak selain mereka bertiga. Beberapa teman mereka bertanya pada vero mengenai hubungan fareta dengan bianca. Ada yang terkejut
Dengan sisa - sisa tenaganya, bianca membawa sepeda pemberian fareta ke apartemen miliknya. Lalu, setelah masuk dia hanya meletakkannya di dekat pintu masuk. Bianca duduk di kursi meja makan sambil menahan pipinya menggunakan tangan. Tatapannya terus menuju ke arah sepeda itu.Kemudian, dia menghembuskan nafas beratnya dan menggeleng - gelengkan kepala. Setelah itu dia kembali masuk ke dalam kamarnya. Bianca duduk ditepi ranjang kemudian dia menjatuhkan tubuhnya ke belakang. Rasanya ada yang mengganjal di hatinya. Dan semua ini tentunya karena fareta.Drrtt…. Drrtt…Tiba - tiba ponsel bianca bergetar, dia melihat nama bram muncul di layar. Lalu bianca langsung menjawab panggilan itu.‘Hmm.’ Sapa bianca.
Wajah tyaga masih penuh kecurigaan saat melihat pria yang sedang duduk disebelahnya ini. Dia khawatir jika ternyata pria itu memiliki perasaan pada bianca. Bagaimana tidak, sejak tadi dia juga sempat melihat pria itu sedang memperhatikan bianca.“Kau mahasiswa disini juga?” Tiba - tiba tyaga mengajukan pertanyaan kepada pria itu setelah dia diam beberapa saat.“Tidak. Aku sedang berlibur disini.” Jawab si pria dengan wajah yang sangat santai dan datar.“Kau berlibur ? Disini? Di sebuah kampus?” Seolah tak percaya dengan jawaban yang diberikan oleh pria itu, pikiran tyaga terus penuh dengan kecurigaan dan banyak sekali pertanyaan.“Memangnya kenapa? Tidak boleh?” Tanya balik si pria.
“Tuan rayshiva ada di kamar nomor 308.” Kata sang resepsionis dengan senyuman di wajahnya.Entah kenapa dunia bianca terasa berhenti.Ternyata pria tadi benar - benar tyaga. Dia tidak bermimpi ataupun berkhayal. Pria itu benar - benar menemukan keberadaannya. Setelah fareta pergi kenapa sekarang tyaga yang datang ?Ada apa ini ?Mereka seolah tak ingin melepaskan bianca.Mereka tak ingin bianca sendirian disini.Pikiran bianca terus melayang - layang. Dia benar - benar terkejut dan merasa dikhianati oleh dirinya sendiri. Ada rasa bahagia dan juga takut yang sekarang dia rasakan. Ada juga harapan yang bisa bianca lihat karena tyaga ada disini.
Setelah selesai kelas, bianca sempat berbicara dengan teman barunya yang bernama viona. Mereka membicarakan masalah tugas yang diberikan dosen untuk minggu depan. Bianca harus beradaptasi lebih cepat dengan kampusnya. Karena tugas yang diberikan pun pasti jauh berbeda dengan kampusnya yang dulu.Kemudian, tiba - tiba terdengar suara seorang gadis yang menyapa mereka dari arah belakang bianca.“Hai…” terdengar sapaan dari senna.Sontak bianca menolehkan kepalanya, lalu tersenyum. “Oh, hai…” sapanya.“Kau sedang sibuk, ya?” tanya senna pada bianca.“Ah, nggak juga. Setelah ini aku mau pergi kesana.” jawab bianca sambil menunjuk ke sebuah kedai kopi yang berada diseki
“Boleh aku minta nomor ponselmu?” bianca langsung terdiam setelah mendengar pertanyaan yoshua. Dia langsung menaruh perasaan curiga pada pria didepannya ini.“Untuk apa?” tanya bianca dengan tegas untuk apa pria ini meminta nomor ponselnya. Hal ini cukup pribadi menurutnya, jadi untuk memberikan nomor ponsel kepada orang yang baru dikenal menjadi hal yang harus dipertimbangkan.“Aku akan menjelaskannya semua padamu.” kata yoshua. Mendengar hal itu bianca semakin bingung saja.“Menjelaskan? Tentang apa?” tanya bianca lagi.“Kau ingin tau tentang abi, kan?” tanya balik yoshua. Kemudian bianca mengangguk.“Aku bisa menjelaskan tentang abi padamu.” lanjut yos
BUGH!!!Terdengar suara pukulan yang cukup keras hingga tangan bianca terlepas dari genggaman rico. Kemudian bianca melihat pria yang datang membantunya. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat yoshua datang menolongnya. Dengan sekali tarikan, pria itu menarik bianca untuk berdiri disampingnya.Lalu, yoshua berdebat dengan rico. Perdebatan mereka ini terdengar cukup alot. Bahkan rico mengira jika tunangan yang bianca maksud adalah yoshua. Orang lain yang melihat atau mendengarnya juga pasti salah paham.Cara yoshua menyelesaikan masalah seperti ini dinilai bianca cukup dewasa. Walaupun tadi sempat ada kekerasan di awal, namun setelah itu yoshua mempertanyakan cara rico untuk mendekati bianca.Tentu saja orang seperti rico tak akan bisa menerimanya dengan mudah, hin
Setelah berjalan bersama, bianca dan yoshua memutuskan untuk minum kopi di sebuah kedai yang berada tak jauh dari restoran sebelumnya. Keduanya kembali duduk berhadapan dengan secangkir kopi di hadapan mereka masing - masing.Entah kenapa bianca terus memikirkan semua yang yoshua katakan tadi. Dia tak bisa mengelak jika ada perasaan nyaman saat bersama dengannya. Bagi bianca yoshua terlihat sangat dewasa dan penuh kasih sayang.Mereka mengobrol selayaknya teman yang sudah berkenalan lama, ada saja bahasan yang bisa mereka jadikan bahan obrolan. Bahkan selama mengobrol dengan yoshua, senyuman terus menghiasi wajan bianca. Padahal gadis itu itu akhir - akhir sangat kesulitan merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Tapi hari ini seolah kesulitan itu hilang entah kemana.“Baiklah, sekarang kau harus menceritakan sem