Sekarang ini ada tiga pria sedang sibuk dengan masing - masing pikiran mereka. Sejak bianca yang menolak kehadirannya tadi, tyaga tentu saja tidak kembali ke kantor. Karena memang hari ini dia tidak ingin pergi bekerja. Akhirnya dia memutuskan untuk menyusul vero dan bram ke cafe.
Tyaga menceritakan semua kejadian yang terjadi tadi, tak lupa dia juga menceritakan kehadiran fareta di kantor bianca. Vero yang awalnya hanya pusing karena cerita bram sekarang kepalanya semakin pusing karena cerita tyaga. Padahal vero pikir hubungan bianca dan tyaga ini sudah mulus - mulus saja, apalagi mereka juga akan segera menikah dalam waktu dekat. Lalu masalah seperti ini untuk apa?Vero semakin tidak mengerti saja dengan permasalahan dalam sebuah hubungan. Sepertinya hubungan yang selama ini dia jalani masih di tahap awal saja karena isinya hanya bersenang - senang dan manisnya awal hubungan. Lagipula vero memang tidak pernah menjalin hubungan lebih dari enam bulan saja. Sedangkan bram maPagi ini, tyaga terbangun dengan sedikit kebingungan karena saat dia membuka mata tapi tidak seperti dikamarnya. “Good morning.” Terdengar sapaan tak jauh dari ranjang. Tyaga langsung melihat ke arah sumber suara itu lalu menemukan bianca sedang duduk sambil tersenyum ke arahnya. “Bi…” “Semalam kau demam, ray. Jadi kau menginap di rumahku dan ini kamar bram.” Jelas bianca sebelum tyaga sempat bertanya. “Kau tidak lupa, kan?” Tanya bianca lagi. “Ah… sepertinya kemarin aku hanya ketiduran sebentar di sofa itu.” Kata tyaga. “Memang, tapi saat aku periksa kemarin ternyata kau demam.” Jelas bianca lagi. “Oh… maaf karena merepotkanmu, bi.” Ucap tyaga yang merasa tidak enak. Padahal ini bukan bagian dari rencananya, tapi entah kenapa malah jadi begini. Tak berselang lama pintu kamar kembali terbuka, kali ini wajah bram yang muncul dengan senyuman lebarnya.
Hari sudah berganti sore, akhirnya tyaga yang sejak tadi beristirahat karena pengaruh obat itu mulai bangun. Tubuhnya terasa lebih segar. Kepalanya juga sudah tidak pusing. Dia berusaha bangun untuk bersandar di sandaran ranjangnya. Lalu tyaga mengambil ponselnya.Saat kunci ponselnya terbuka, tyaga melihat banyak sekali notifikasi panggilan dari bram, vero, kanu, yoshua, dan sebuah pesan dari bianca. Senyuman langsung menghiasi wajah tyaga karena melihat nama bianca sedang mengirim pesan padanya.Dia membuka pesan itu, lalu membacanya. Senyuman yang tadi menghiasi wajah tyaga itu langsung pudar. Tapi dia berusaha tidak gegabah. Jadi tyaga kembali membaca isi pesannya lagi dan lagi hingga beberapa kali agar dia semakin yakin bahwa bianca sedang bersama fareta. Dan pesan itu sudah dikirim sejak tiga jam yang lalu.SHIT!Tyaga memaki dirinya sendiri karena kalah dengan obat hingga tertidur begitu lama. Setelah itu, tyaga juga membaca pesan
Bianca mulai membuka matanya perlahan, namun dia terkejut ketika menyadari bahwa dirinya sedang berada di tempat yang asing. Sejenak dia berusaha mengingat kejadian terakhir lagi sebelum ada ditempat ini. Setelah itu bianca melihat ke tubuhnya lalu dia kembali bernafas lega karena pakaian yang dipakainya masih sama dengan sebelumnya.Tak berhenti disitu, bianca juga mengecek barang yang dibawanya seperti tas dan ponselnya. Namun sayangnya dia tidak menemukan tas dan juga ponselnya. Bianca sempat panik tapi dia langsung berubah tenang ketika fareta dengan tiba - tiba masuk ke dalam kamar itu.“Bi, kau sudah bangun?” Tanyanya sambil membawa segelas jus jeruk dengan nampan ditangannya.“Sudah.”“Minumlah dulu.” Kata fareta sambil menyerahkan gelas jus je adaa bianca.Tapi bianca merasa curiga dengan minuman buatan farreta, terakhir kali saja dia bisa sampai ditempat ini. Jika kali ini dia minum lagi entah apa yang akan terjadi. Bianca tak bisa membayangkannya, tapi dia juga takut fareta
“Lalu, apa yang sekarang yang ingin kau lakukan denganku?” tanya bianca.“Aku? Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, bi.” jawab fareta.Bianca tak lantas menjawabnya, dia hanya terdiam karena tak memiliki jawaban untuk merespon fareta.“Apa hubunganmu dengan tyaga sedang renggang, bi?” tanya fareta lagi.“Tidak.” jawab bianca singkat.“Aku lihat kau menjaga jarak dengannya.” bianca kembali diam saja.“Apa karena dia melakukan sesuatu padamu, bi?” pertanyaan fareta seperti sedang mengorek sebuah informasi.“Sebenarnya apa yang ingin kamu tanyakan? Kau bisa langsung saja bertanya.” kata bianca to the point.“Aku… melihatmu membeli testpack. Apa kau sedang hamil, bi?” mendengar pertanyaan itu jantung bianca langsung berdebar tak karuan. Dia menaruh curiga dengan pertanyaan fareta ini.Sebenarnya saat bertanya seperti ini hati fareta terasa sangat sakit. Dalam bayangannya dan dugaannya dia berpikir jika tyaga dan bianca sudah melakukan hal yang sejauh itu. Apalagi dia mengetahu
“Berikan aku satu ciuman untuk memastikan semuanya, bi.” mendengar permintaan tidak masuk akal itu tentu saja sangat mengejutkan untuk bianca.“Apa yang ingin kau pastikan? Aku tidak bisa melakukan apapun yang melanggar prinsipku.” jawab bianca dengan tegas. Dia tidak mungkin melakukan hal yang mengkhianati tyaga. Sudah cukup satu orang saja yang mengacau dengan berkhianat hingga semua orang ikut menanggung akibatnya.“Aku mohon, bi.” fareta masih berusaha membujuk bianca agar mengikuti kemauannya.“Aku bisa membantumu memastikan semuanya, tapi tidak dengan hal yang membuatku mengkhianati ray!” kali ini bianca mengatakannya dengan lugas dan wajahnya yang serius.Fareta mulai kehabisan cara untuk membujuk bianca, dia tidak bisa menggantungkan semuanya seperti ini. Jika yang dikatakan bianca benar seharusnya dia bisa memastikannya sendiri. Hanya cara ini yang terlintas di otak seorang fareta sekarang.K
Tyaga keluar dari ruangan dengan wajah yang datar, semua orang termasuk bianca menatapnya dengan perasaan harap - harap cemas. Tidak ada yang berani bertanya padanya, terutama bianca. Biar bagaimanapun tadi tyaga datang disaat yang tidak tepat. Siapapun yang melihat pemandangan seperti yang dia lakukan dengan fareta pasti akan salah paham. Apapun alasannya pasti kesalahpahaman menjadi momok.Tapi belum sempat bianca memikirkan semuanya lebih jauh, tangannya langsung ditarik oleh tyaga. Pria itu menggenggam tangannya tanpa mengatakan sepatah kata pun. Vero dan bram pun hanya melihat semua itu dalam diam. Terlebih vero, dia tahu dengan pasti jika sekarang ini sahabatnya tidak bisa didekati sama sekali. Tyaga sedang marah, selama ini pun tidak akan ada yang berani mendekat saat dia marah. Termasuk vero.Namun lain hal dengan bram, dia khawatir dengan sang kakak karena melihat tampilan wajah sangar calon kakak iparnya itu. Untungnya vero memberikan kode agar bram tidak bertindak gegabah d
Pagi ini bianca bangun lebih siang karena sejak kemarin banyak sekali yang terjadi padanya. Dia membuka matanya dan menyadari bahwa semalaman ia tidur hanya mengenakan pakaian dalam saja. Hal itu terjadi karena semalam dirinya dan tyaga melakukan ‘kegiatan panas’ bersama. Karena mengingat hal itu bianca jadi teringat tentang keberadaan tyaga di apartemennya.Setelah itu bianca mengambil bathrobenya agar bisa keluar dari kamar. Dia mencari ke kamar lain yang mungkin tyaga tempati semalam, namun sayangnya pria itu tidak dia temukan dimana - mana. Kemudian bianca mencari ponselnya, tapi tidak ketemu juga. Dia lupa kemarin fareta secara diam - diam menyembunyikan ponselnya.Karena hal itu jugalah akhirnya membuat bianca berusaha menghubungi tyaga menggunakan jam pintarnya. Kebetulan kemarin bianca memakai kemeja panjang, sehingga fareta sepertinya tidak menyadari keberadaan jam pintarnya. Dan saat itulah akhirnya tyaga bisa melacak keberadaan.Bianca akhirnya mencari keberadaan jamnya, la
“Aku… lebih baik kita dengarkan penjelasan dokter aja, ray.” elak bianca. Dia juga tidak tahu harus menjawab apa sekarang. Tadi saja dia tidak menangkap maksud dokter dengan baik, jadi daripada salah bianca pikir memang sebaiknya langsung dengarkan saja dari mulut dokter.Tyaga semakin merasa sikap bianca aneh, walaupun dia tahu kecurigaan tentang kehamilannya dari bram. Tapi semakin kesini tyaga rasa semuanya semakin aneh. Apalagi dia juga sempat mendengar kata - kata fareta yang membuatnya marah sampai detik ini.Sebenarnya pun tadi tyaga memang sengaja datang ke rumah sakit untuk membuktikan bahwa kecurigaannya salah. Tapi melihat sikap bianca barusan kenapa hati tyaga jadi ragu?Akhirnya mereka berdua kembali duduk di kursi mereka yang tadi. Kedua tangan bianca dingin dan juga memutih karena dia meremasnya untuk mengurangi rasa gugup. Dan hal itu begitu ketara di mata tyaga, dia ingin sekali mencecar banyak pertanyaan pada calon istrinya itu. Walaupun dia tidak tahu kebenaran yang