Share

Di temukan Mark?

" Aw!" Sandra mengeluh saat tuan Formal membersihkan luka-luka di kakinya.

" Pelan-pelan dong!"

" Ck, manja sekali anda!"

" Kan yang sakit gue, elu mana tau apa yang gue rasain!" Sungut Sandra dengan kesal.

" Aw! Aw! Sakiiitt!" 

Tuan Formal dengan sengaja menekan luka Sandra.

Melihat Sandra yang mengaduh kesakitan malah membuat tuan Formal tertawa. 

Cara tuan Formal tertawa di perhatikan oleh Sandra, otak nya sedikit berfikir tentang tuan Formal yang baru kali ini dia liat tertawa sejak 3 kali pertemuan, pertama waktu malam hari, terus keesokan harinya dan hari ini.

" Sudah puas belum, Nona?" Tanya tuan Formal pada Sandra yang memperhatikannya.

" Udah tau sakit dibilang puas! Waras gak tuh?"

" Puas belum anda memperhatikan saya, Nona?"

Sandra terbelalak karena ketahuan sudah memperhatikan tuan Formal tertawa.

" Idih, kePeDean banget. Lagian kita baru beberapa kali ketemu, gue belum tau karakter elu kayak apa."

" Memangnya ada apa dengan karakter saya? "

" Kalo ternyata elu orang jahat plus cabul mesum gimana? Nyatanya elu asal gendong gue!"

" Saya hanya berniat menolong anda, Nona. Saya juga memang cabul dan mesum, tapi tidak pada anda," ujar tuan Formal.

" Tuh kan! Elu tu emang formal cabul mesum! Sekarang elu harus ganti rugi."

" Saya belum selesai berbicara. Memang saya cabul mesum tapi hanya pada pasangan saya kelak. Dan...untuk apa saya ganti rugi?"

" Terserah, pokoknya elu mesum!" Sandra menarik kakinya dari tangan tuan Formal.

Merebut perban yang sedang di pegang tuan Formal juga, berniat melanjutkan sendiri. Kaki yang belum selesai terperban malah terbentur sisi Soffa karena Sandra menarik kakinya lumayan keras.

" Elu ganti rugi karena berani gendong gue, 100 ribu aja!"

" Apakah anda tidak punya uang sama sekali untuk memesan taxi sampai memeras saya?"

Tuan Formal kembali merebut perban dan menarik kembali kaki Sandra.

" Sok tau lu!"

" Memang benar begitu kan?" 

" Kenapa anda kabur dari Mark? Dia akan memberi anda uang jika anda butuh untuk memesan taxi!"

" Udah-udah gak usah ngomongin Mark! Pokoknya elu jangan pernah bilang sama Mark kalo kenal sama gue. Jangan bilang juga kalo elu pernah pake jasa kantor gue!"

" Oke! Mudah sekali. Ini sudah selesai, anda harus hati-hati agar lukanya cepat sembuh."

" Hem, terimakasih ya. Lain kali bakal gue bayar, sekarang gue hutang dulu."

Sandra berusaha untuk berdiri tapi sakit di kakinya membuat harus kembali terduduk di Soffa lagi, berkali-kali berusaha namun tetap saja tak bisa berdiri dengan sempurna. Heels dan tas yang tergeletak di Soffa dekatnya langsung di raih, mencoba berdiri sekali lagi, tubuhnya limbung. Semua itu di perhatikan tuan Formal.

" Bantuin dong! " Ucap Sandra pada tuan Formal yang masih diam.

" Bukankah saya orang berkarakter cabul yang mesum? Nanti anda jadi merasa saya lecehkan karena di tolong lagi," ujar tuan Formal.

Sandra menghubungi taxi, terpaksa harus boros sedikit lagi. Nanti sisa uangnya akan di gunakan menginap di Hotel semalam saja karena tidak cukup.

" Buat apa menghubungi taxi? Apakah anda akan minta tolong sopir taxi untuk menggendong anda? Kalau si supir berkarakter cabul apa anda tidak takut?"

" Diam, cerewet banget."

" Baiklah, saya akan diam," ucap tuan Formal, kemudian berjalan keluar rumah, tepatnya berjalan ke arah mobilnya tadi.

Sandra bingung sekali untuk saat ini, uangnya tak akan cukup untuk menginap di Hotel dan makan besok, kalau kembali ke rusun pasti akan ketemu Mark! Mungkinkah dia harus meminta bantuan tuan Formal?

Tuan Formal kembali masuk rumah dengan plastik berisi Sop Iga di tanganya, rupanya Sop yang sempat di beli Sandra tadi masih ada, untung saja tidak tumpah.

" Ini makanan anda tertinggal di mobil saya," ujar tuan Formal sambil menyodorkan plastik itu.

" Tuan..." 

" Kenapa? "

" Bolehkah elu nolong gue lagi?"

" Tidak begitu caranya berbicara meminta tolong."

" Aish! Tuan Formal, gue mau minta tolong sekali lagi, boleh?" Sandra memohon, menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada.

" Apa yang anda butuhkan?"

" Gue numpang nginep semalem aja! Please! Gue gak punya duit untuk sewa kamar Hotel, kalaupun bisa pasti besok gak bisa makan."

*******

" Terimakasih ya tuan Formal, gue janji kalo taxi nya dateng pasti pergi kok!" Ucap Sandra di pagi hari saat sarapan yang di siapkan tuan Formal.

" Hem, baiklah. Tapi, apakah anda tidak akan pulang?"

" Itu...gue gak bisa pulang, pasti Mark sudah tau tempat tinggal gua. Rencananya nanti gue mau cari rusun baru lagi di pinggiran kota."

" Saya bisa bantu anda lagi, tapi anda harus menceritakan apa hubungan anda dengan Mark?"

" Dia...dia... Pokoknya dia berbahaya banget buat gue, jangan sampe dia nemuin gue lagi. Gue belum mau pulang ke rumah," terang Sandra sedikit, dia masih belum terlalu percaya dengan orang yang baru di kenal beberapa hari.

" Anda boleh tinggal di rumah ini untuk beberapa hari, setidaknya sampai luka anda sembuh. Saya jarang tinggal di sini hanya kalau Weekend saja."

" Terus elu tinggal dimana?"

" Saya pulang ke apartement. Kulkas sudah terisi kebutuhan perut anda, saya akan berangkat kerja 20 menit lagi," jelas tuan Formal sambil melihat jam di pergelangan tanganya.

Sandra benar-benar tidak menyangka akan kebaikan tuan Formal padanya, dia juga tak menyangka kalau tuhan membantunya terhindar dari Mark. Biarlah kesempatan ini dia gunakan dulu.

Ada suara klakson di luar rumah, tanda ada seseorang datang berkunjung. Tuan Formal langsung menuju ke pintu rumah untuk melihat siapa yang datang lewat fitur canggih yang dia pasang. 

Tuan Formal berlari kembali menemui Sandra, dia spontan membopong Sandra lagi tanpa izin, membawanya ke dalam kamar tuan Formal dan menguncinya dari luar. Sandra juga hanya diam dan syok karena tuan Formal tiba-tiba membopongnya lagi.

Tapi dia tak panik takut di sekap atau tuan Formal berulah karena tadi tuan Formal sempat berkata ada Mark dengan lirih. Sandra berfikir pasti yang datang adalah Mark.

" Apa kabar mu sepupuku!" Sapa Mark pada tuan Formal layaknya sudah lama tak bertemu.

" Baik-baik saja, kenapa anda datang sekarang, Mark? Saya harus berangkat kerja 14 menit lagi!" Ujar tuan Formal seperti tak senang di kunjungi Mark.

" Seorang CEO boleh kapan saja masuk kerja, lagian kan tidak ada rapat penting hari ini jadi kenapa berangkat terlalu tepat waktu, heh?"

" Bukankah anda sudah mengenal saya cukup lama, saya tidak akan meninggalkan 1 menit pun untuk bekerja, sebaiknya kita bertemu di kantor saja."

" Tidak biasanya kamu gak seneng begitu kalau aku datang? Pergilah kalau mau berangkat kerja, aku akan disini menunggumu pulang!" Mark berjalan kedalam rumah.

Tuan Formal dengan santai menyusulnya, tapi Mark berhenti di dapur dan mengambil air minum dalam kulkas. Matanya menangkap sesuatu.

" Ada siapa di rumahmu? Piring kotornya yang kamu cuci ada dua, bukankah selama ini hanya satu piring kotor di pagi hari yang kau cuci?" Mark begitu teliti sekali.

" Saya sedang menambah menu dalam sarapan!" Alasan tuan Formal.

" Ayo kita berangkat bersama, aku tidak bisa telat masuk kerja."

PRANKK!!!!

Dari kamar tuan Formal terdengar suara benda jatuh.

" Apa itu? Apa ada seseorang di rumahmu? Jangan sembunyikan sesuatu dariku!" Mark berjalan ke kamar tuan Formal, tentu saja tuan Formal sangat kesal dengan Sandra yang membuat suara.

Mark menyentuh knop pintu, mendorongnya tapi sia-sia karena sudah di kunci tuan Formal.

" Ada orang di dalam! Siapa yang kamu sembunyikan?" Tanya Mark sambil menempelkan telinganya di daun pintu.

" Dia j*langku! Aku memesanya tadi malam untuk menemaniku, aku kunci dia agar tak kabur!" Bohong sang tuan Formal.

" Benarkah? Bukanya kamu tidak tertarik dengan j*lang?" Mark tidak percaya pada sepupunya itu.

Didalam kamar Sandra menekan jantungnya agar tak berdebar terlalu kencang, nafasnya memburu karena takut Mark akan membuka pintunya dan menemukan dia, pasti Mark akan membawanya pulang ke rumah orang tua Sandra.

Ini tidak boleh terjadi, Sandra tak mau pulang ke rumah orang tuanya. Dia tak boleh di temukan Mark. Ingin berdiri dan bersembunyi di lemari malah menjatuhkan Vas di meja karena tersenggol tangannya saat oleng.

' Tuhan...tolong selamatkan aku!' batin Sandra dalam hati.

Pintu perlahan terbuka, Sandra yang terduduk dilantai hanya bisa menutupi mulutnya.

πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€

" Aw!" Sandra mengeluh saat tuan Formal membersihkan luka-luka di kakinya.

" Pelan-pelan dong!"

" Ck, manja sekali anda!"

" Kan yang sakit gue, elu mana tau apa yang gue rasain!" Sungut Sandra dengan kesal.

" Aw! Aw! Sakiiitt!" 

Tuan Formal dengan sengaja menekan luka Sandra.

Melihat Sandra yang mengaduh kesakitan malah membuat tuan Formal tertawa. 

Cara tuan Formal tertawa di perhatikan oleh Sandra, otak nya sedikit berfikir tentang tuan Formal yang baru kali ini dia liat tertawa sejak 3 kali pertemuan, pertama waktu malam hari, terus keesokan harinya dan hari ini.

" Sudah puas belum, Nona?" Tanya tuan Formal pada Sandra yang memperhatikannya.

" Udah tau sakit dibilang puas! Waras gak tuh?"

" Puas belum anda memperhatikan saya, Nona?"

Sandra terbelalak karena ketahuan sudah memperhatikan tuan Formal tertawa.

" Idih, kePeDean banget. Lagian kita baru beberapa kali ketemu, gue belum tau karakter elu kayak apa."

" Memangnya ada apa dengan karakter saya? "

" Kalo ternyata elu orang jahat plus cabul mesum gimana? Nyatanya elu asal gendong gue!"

" Saya hanya berniat menolong anda, Nona. Saya juga memang cabul dan mesum, tapi tidak pada anda," ujar tuan Formal.

" Tuh kan! Elu tu emang formal cabul mesum! Sekarang elu harus ganti rugi."

" Saya belum selesai berbicara. Memang saya cabul mesum tapi hanya pada pasangan saya kelak. Dan...untuk apa saya ganti rugi?"

" Terserah, pokoknya elu mesum!" Sandra menarik kakinya dari tangan tuan Formal.

Merebut perban yang sedang di pegang tuan Formal juga, berniat melanjutkan sendiri. Kaki yang belum selesai terperban malah terbentur sisi Soffa karena Sandra menarik kakinya lumayan keras.

" Elu ganti rugi karena berani gendong gue, 100 ribu aja!"

" Apakah anda tidak punya uang sama sekali untuk memesan taxi sampai memeras saya?"

Tuan Formal kembali merebut perban dan menarik kembali kaki Sandra.

" Sok tau lu!"

" Memang benar begitu kan?" 

" Kenapa anda kabur dari Mark? Dia akan memberi anda uang jika anda butuh untuk memesan taxi!"

" Udah-udah gak usah ngomongin Mark! Pokoknya elu jangan pernah bilang sama Mark kalo kenal sama gue. Jangan bilang juga kalo elu pernah pake jasa kantor gue!"

" Oke! Mudah sekali. Ini sudah selesai, anda harus hati-hati agar lukanya cepat sembuh."

" Hem, terimakasih ya. Lain kali bakal gue bayar, sekarang gue hutang dulu."

Sandra berusaha untuk berdiri tapi sakit di kakinya membuat harus kembali terduduk di Soffa lagi, berkali-kali berusaha namun tetap saja tak bisa berdiri dengan sempurna. Heels dan tas yang tergeletak di Soffa dekatnya langsung di raih, mencoba berdiri sekali lagi, tubuhnya limbung. Semua itu di perhatikan tuan Formal.

" Bantuin dong! " Ucap Sandra pada tuan Formal yang masih diam.

" Bukankah saya orang berkarakter cabul yang mesum? Nanti anda jadi merasa saya lecehkan karena di tolong lagi," ujar tuan Formal.

Sandra menghubungi taxi, terpaksa harus boros sedikit lagi. Nanti sisa uangnya akan di gunakan menginap di Hotel semalam saja karena tidak cukup.

" Buat apa menghubungi taxi? Apakah anda akan minta tolong sopir taxi untuk menggendong anda? Kalau si supir berkarakter cabul apa anda tidak takut?"

" Diam, cerewet banget."

" Baiklah, saya akan diam," ucap tuan Formal, kemudian berjalan keluar rumah, tepatnya berjalan ke arah mobilnya tadi.

Sandra bingung sekali untuk saat ini, uangnya tak akan cukup untuk menginap di Hotel dan makan besok, kalau kembali ke rusun pasti akan ketemu Mark! Mungkinkah dia harus meminta bantuan tuan Formal?

Tuan Formal kembali masuk rumah dengan plastik berisi Sop Iga di tanganya, rupanya Sop yang sempat di beli Sandra tadi masih ada, untung saja tidak tumpah.

" Ini makanan anda tertinggal di mobil saya," ujar tuan Formal sambil menyodorkan plastik itu.

" Tuan..." 

" Kenapa? "

" Bolehkah elu nolong gue lagi?"

" Tidak begitu caranya berbicara meminta tolong."

" Aish! Tuan Formal, gue mau minta tolong sekali lagi, boleh?" Sandra memohon, menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada.

" Apa yang anda butuhkan?"

" Gue numpang nginep semalem aja! Please! Gue gak punya duit untuk sewa kamar Hotel, kalaupun bisa pasti besok gak bisa makan."

*******

" Terimakasih ya tuan Formal, gue janji kalo taxi nya dateng pasti pergi kok!" Ucap Sandra di pagi hari saat sarapan yang di siapkan tuan Formal.

" Hem, baiklah. Tapi, apakah anda tidak akan pulang?"

" Itu...gue gak bisa pulang, pasti Mark sudah tau tempat tinggal gua. Rencananya nanti gue mau cari rusun baru lagi di pinggiran kota."

" Saya bisa bantu anda lagi, tapi anda harus menceritakan apa hubungan anda dengan Mark?"

" Dia...dia... Pokoknya dia berbahaya banget buat gue, jangan sampe dia nemuin gue lagi. Gue belum mau pulang ke rumah," terang Sandra sedikit, dia masih belum terlalu percaya dengan orang yang baru di kenal beberapa hari.

" Anda boleh tinggal di rumah ini untuk beberapa hari, setidaknya sampai luka anda sembuh. Saya jarang tinggal di sini hanya kalau Weekend saja."

" Terus elu tinggal dimana?"

" Saya pulang ke apartement. Kulkas sudah terisi kebutuhan perut anda, saya akan berangkat kerja 20 menit lagi," jelas tuan Formal sambil melihat jam di pergelangan tanganya.

Sandra benar-benar tidak menyangka akan kebaikan tuan Formal padanya, dia juga tak menyangka kalau tuhan membantunya terhindar dari Mark. Biarlah kesempatan ini dia gunakan dulu.

Ada suara klakson di luar rumah, tanda ada seseorang datang berkunjung. Tuan Formal langsung menuju ke pintu rumah untuk melihat siapa yang datang lewat fitur canggih yang dia pasang. 

Tuan Formal berlari kembali menemui Sandra, dia spontan membopong Sandra lagi tanpa izin, membawanya ke dalam kamar tuan Formal dan menguncinya dari luar. Sandra juga hanya diam dan syok karena tuan Formal tiba-tiba membopongnya lagi.

Tapi dia tak panik takut di sekap atau tuan Formal berulah karena tadi tuan Formal sempat berkata ada Mark dengan lirih. Sandra berfikir pasti yang datang adalah Mark.

" Apa kabar mu sepupuku!" Sapa Mark pada tuan Formal layaknya sudah lama tak bertemu.

" Baik-baik saja, kenapa anda datang sekarang, Mark? Saya harus berangkat kerja 14 menit lagi!" Ujar tuan Formal seperti tak senang di kunjungi Mark.

" Seorang CEO boleh kapan saja masuk kerja, lagian kan tidak ada rapat penting hari ini jadi kenapa berangkat terlalu tepat waktu, heh?"

" Bukankah anda sudah mengenal saya cukup lama, saya tidak akan meninggalkan 1 menit pun untuk bekerja, sebaiknya kita bertemu di kantor saja."

" Tidak biasanya kamu gak seneng begitu kalau aku datang? Pergilah kalau mau berangkat kerja, aku akan disini menunggumu pulang!" Mark berjalan kedalam rumah.

Tuan Formal dengan santai menyusulnya, tapi Mark berhenti di dapur dan mengambil air minum dalam kulkas. Matanya menangkap sesuatu.

" Ada siapa di rumahmu? Piring kotornya yang kamu cuci ada dua, bukankah selama ini hanya satu piring kotor di pagi hari yang kau cuci?" Mark begitu teliti sekali.

" Saya sedang menambah menu dalam sarapan!" Alasan tuan Formal.

" Ayo kita berangkat bersama, aku tidak bisa telat masuk kerja."

PRANKK!!!!

Dari kamar tuan Formal terdengar suara benda jatuh.

" Apa itu? Apa ada seseorang di rumahmu? Jangan sembunyikan sesuatu dariku!" Mark berjalan ke kamar tuan Formal, tentu saja tuan Formal sangat kesal dengan Sandra yang membuat suara.

Mark menyentuh knop pintu, mendorongnya tapi sia-sia karena sudah di kunci tuan Formal.

" Ada orang di dalam! Siapa yang kamu sembunyikan?" Tanya Mark sambil menempelkan telinganya di daun pintu.

" Dia j*langku! Aku memesanya tadi malam untuk menemaniku, aku kunci dia agar tak kabur!" Bohong sang tuan Formal.

" Benarkah? Bukanya kamu tidak tertarik dengan j*lang?" Mark tidak percaya pada sepupunya itu.

Didalam kamar Sandra menekan jantungnya agar tak berdebar terlalu kencang, nafasnya memburu karena takut Mark akan membuka pintunya dan menemukan dia, pasti Mark akan membawanya pulang ke rumah orang tua Sandra.

Ini tidak boleh terjadi, Sandra tak mau pulang ke rumah orang tuanya. Dia tak boleh di temukan Mark. Ingin berdiri dan bersembunyi di lemari malah menjatuhkan Vas di meja karena tersenggol tangannya saat oleng.

' Tuhan...tolong selamatkan aku!' batin Sandra dalam hati.

Pintu perlahan terbuka, Sandra yang terduduk dilantai hanya bisa menutupi mulutnya.

πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status