Entah kenapa Ester langsung melakukan tindakan seperti itu, dia juga tak tahu tubuhnya bergerak secara alamiah dan langsung mengambilnya begitu saja, Ravindra dia hanya bengong, tak mengerti apa yang akan terjadi sebenarnya. “Kenapa kau mengambilnya?” Dia bertanya heran pada Ester. Wanita itu hanya diam saja, dia bahkan tak mengerti gerakannya ini, dan tanpa sadar tangannya menggenggam erat tangan Ravindra yang mulai berkeringat. “Ah … maaf.” Ucapnya saat menyadari kalau dia melakukan tindakan yang sepertinya sedikit kurang sopan dengan laki-laki itu. Ravindra hanya tersenyum santai. “Coba kau kemarilah!” Ravindra lalu duduk, disalah satu sofa yang ada diruangan tengah itu. Dalam otaknya Ester masih berpikir tentang banyak hal, entah kenapa dia sepertinya banyak teka-teki yang harus diselesaikan. “Hei, Kau dengar aku tidak?” Ravindra berkata dengan suara yang sedikit meninggi. Dengan keraguan dia mendekati Ravindra, lalu duduk berseberangan dengannya yang saat ini mereka dipisa
Beku… Ester merasakan sebuah kebekuan, sedikit dan dia hanya menikmatinya sedikit saja. Kemudian dia tersadar lalu mendorong Ravindra kebelakang, dan Ravindra juga sepertinya tau benar apa yang barusan dia lakukan terhadap wanita didepannya ini. “Maaf… Aku… ” Ravindra terlihat sangat merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan barusan. “Aku anggap ini tidak pernah terjadi.” Ester berjalan masuk kedalam, pikirannya kacau, dia seperti tersihir dengan perbuatan Ravindra barusan. Apa yang sebenarnya dia perbuat tadi seakan dia membuka kesempatan besar untuk bunuh diri. Yah dia menyukai laki-laki dalam mimpinya, tapi dia tidak tau kalau ternyata mungkin mimpi itu berkaitan dengan hidupnya. Takdir macam apa ini, bagaimana mungkin kehidupan seperti sekarang ini masih ada hal-hal yang tidak masuk akal. Ester duduk dipinggir tempat tidur dengan pandangan kosong menatap cermin yang ada dilemari tepat bersebrangan dengan ranjang ini, dan
Jika waktu bisa berhenti atau Ester memiliki kekuatan untuk menghentikan waktu, maka saat ini dia sangat ingin mengunakan kekuatan itu. Dia menyukainya, dan rasa itu mengalir seperti apa adanya, tapi disisi lain, dia menyadari jika mereka tidak memiliki takdir untuk bersama.Seperti yang pernah dikatakan oleh pepatah air dan minyak dalam sebuah bejana tak pernah bisa menyatu, lebih kurang seperti itulah hubungan mereka jika dilanjutkan. Dia percaya apa yang barusan dia lakukan pada Ravindra membuat hubungan mereka nantinya malah menjadi lebih kaku karena hubungan ini sudah mulai bermain dengan hati. Ingin rasanya dia mengutuk takdir gila ini, tapi tidak mungkin, garis takdir itu sudah jelas dan takdir mereka tidak untuk bersama melainkan untuk melindungi, Aliester adalah satu-satunya pelindung untuk Altezza. Jika harus menjadi korban maka dirinyalah yang harus berkorban untuk sang Pangeran, karena sang Pangeran akan membuat dua dunia menjadi terkunci satu sama lain dan
AKKDYRA, Suatu tempat dimana daerah ini dikuasai oleh seorang Ratu bernama Visolela, dan dia memiliki anak laki-laki berwajah tampan bernama Altezza. Ratu ini bekerjasama dengan seorang dewi iblis untuk memperluas daerah kekuasaannya disepanjang garis pantaibarat hingga timur, rakyat hidup bahagia dengan harta yang melimpah, dan kesenangan tiada tara. Namun, terjadi kekeringan panjang setelah dua windu dari kemenangan puncaknya yang mengakibatkan air bersih susah didapat. Bahkan mata airpun berhenti mengalir. Saat itu tidak ada harapan banyak, kesenangan berubah menjadi kemalangan, sang Ratu menyalahkan Dewi Iblis karena merusak perjanjian mereka, tapi Olisha-Sang Dewi Iblis, sebenarnya tidak melakukan apapun terhadap bencana itu. Kemarahan Ratu membuat suasana semakin keruh, perjanjian manusia dan dunia lain itu menjadi malapetaka yang sangat runyam. Pangeran Altezza, berusaha menemukan air bersih bersama beberapa orang pengawal kepercayaan
Dari sudut pandang yang memiliki pengaruh besar pada jalannya kehidupan orang lain, biar kujelaskan siapa sebenarnya Aku dalam cerita ini. Aku memiliki segalanya, segala yang mereka inginkan, segala keindahan dunia, kepuasan serta kekuasaannya. Mungkin saat ini kau menganggapku sebagai Iblis! Yah siapa lagi yang hanya mengejar dunia dengan penuh gairah untuk menguasainya serta membuat orang lain takluk tunduk dibawah perintahku. Namun, wujudku tidak seperti Iblis yang kau maksud, dimana dalam sebuah dongeng, Iblis itu memiliki wajah yang jelek dan menakutkan dengan tanduknya, aku tidak seperti itu, aku mungkin terlihat seperti peri atau malaikat dalam cerita-cerita animasi anak-anak. Bahkan tidak hanya manusia yang mengalami kemajuan, Iblispun mengalami metamorfosa menjadi lebih baik dalam hal rupa. Bayangkan saja kalau aku ini wanita cantik dengan kulit putih mulus, tubuh yang ideal dibalut dalam pakaian yang sedang "IN"saat ini. Bahkan orang-orang ju
Wajah tampan nan rupawan Kau adalah seorang hartawan Yang mungkin akan banyak menawan Orang-orang yang kau perlakukan bagai hewan! *** Kamar tidur milik laki-laki berwajah tampan dengan tinggi yang semampai dan bentuk pahatan tubuh yang sempurna ini terlihat sangat rapi dan bersih, cat tembok bewarna putih dan list hitam memperlihatkan kalau dia menyukai hal yang terlihat tampak monoton dimata orang lain. Minimalis, itu seleranya. Ruang pakaian yang besar dan terdapat kaca yang mampu untuk memantulkan seluruh kesempurnaan fisik sang empunya ini terkesan seperti display toko pakaian mewah. Benar-benar tertata rapi dan tak ada debu sedikitpun! Perhatikan dari atas sampai bawah. Saat ini dia berdiri di depan cermin sambil memakai setelan jasnya, memutar badannya kesamping kanan dan kiri melihat apakah yang dia kenakansudah rapi atau belum, pria itu bernama Ravindra Altezza, merupakan direktur utama di perusahaan swasta yang sangat t
Dia adalah seorang wanita Dengan semua kemampuan yang tertata Membuatnya harus terus menjadi penjaga tahta Sayangnya kisah itu terlalu Nyata Untuk melihat semua kejadian yang ada didepan mata! *** Tempat yang jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota, ada seorang gadis yang cerdas bergaya apa adanya, Nafiza Alister, memiliki bibir tipis disaat orang-orang berlomba-lomba untuk mendobelkan bibirnya. Hidungnya, ya hidungnya juga tidak terlalu mancung, tapi juga tidak terlalu masuk kedalam sehingga batang hidungnya hanya terlihat sedikit saja dan dia tidak berusaha untuk melakukan fillerhidung disamping harga filler hidung termasuk mahal, uangnya juga sayang untuk dihamburkan barang sesaat, karena yang dia tau filler hidung itu tidak permanen, artinya bisa balik lagi seperti semula itu artinya mubazir! Lalu, kelebihan wajahnya ada di rahang yang tirus, alis lebat yang bisa dia modelkan sendiri tanpa harus menato alis, ma
Kemarin, jika saja Bu Maryam belum menceritakan hal ini pada Ester, mungkin saat kakinya melangkah ke Ree Charta Company Group Tower ini dia akan sangat bahagia sekali, tapi kali ini dia sepertinya mendapatkan sebuah beban yang berat, masa iya dihari pertama saja dia harus mencari tahu seorang yang bernama Ravindra Altezza, yang bahkan gambarnya di media apapun tak pernah ada. Selain dia mencari laki-laki itu, dia juga harus melindunginya? What! Kata-kata melindungi ini terdengar ganjil sekali, darimana ceritanya seorang wanita melindungi laki-laki yang bahkan mungkin sudah memiliki pengawal pribadi sendiri. Saat tiba di lobi Gedung pencakar langit ini, langkah kakinya makin berat, dia melihat pengumuman disana, kalau pegawai baru dari RCT harus naik menuju lantai 17 dengan menggunakan kartu akses yang diberikan di resepsionis dengan menunjukkan bukti pemanggilan dirinya, artinya sekarang ini dia harus pergi ke resepsionis dulu dan memperlihatkan email itu. Langkah kaki yang
AKKDYRA, Suatu tempat dimana daerah ini dikuasai oleh seorang Ratu bernama Visolela, dan dia memiliki anak laki-laki berwajah tampan bernama Altezza. Ratu ini bekerjasama dengan seorang dewi iblis untuk memperluas daerah kekuasaannya disepanjang garis pantaibarat hingga timur, rakyat hidup bahagia dengan harta yang melimpah, dan kesenangan tiada tara. Namun, terjadi kekeringan panjang setelah dua windu dari kemenangan puncaknya yang mengakibatkan air bersih susah didapat. Bahkan mata airpun berhenti mengalir. Saat itu tidak ada harapan banyak, kesenangan berubah menjadi kemalangan, sang Ratu menyalahkan Dewi Iblis karena merusak perjanjian mereka, tapi Olisha-Sang Dewi Iblis, sebenarnya tidak melakukan apapun terhadap bencana itu. Kemarahan Ratu membuat suasana semakin keruh, perjanjian manusia dan dunia lain itu menjadi malapetaka yang sangat runyam. Pangeran Altezza, berusaha menemukan air bersih bersama beberapa orang pengawal kepercayaan
Jika waktu bisa berhenti atau Ester memiliki kekuatan untuk menghentikan waktu, maka saat ini dia sangat ingin mengunakan kekuatan itu. Dia menyukainya, dan rasa itu mengalir seperti apa adanya, tapi disisi lain, dia menyadari jika mereka tidak memiliki takdir untuk bersama.Seperti yang pernah dikatakan oleh pepatah air dan minyak dalam sebuah bejana tak pernah bisa menyatu, lebih kurang seperti itulah hubungan mereka jika dilanjutkan. Dia percaya apa yang barusan dia lakukan pada Ravindra membuat hubungan mereka nantinya malah menjadi lebih kaku karena hubungan ini sudah mulai bermain dengan hati. Ingin rasanya dia mengutuk takdir gila ini, tapi tidak mungkin, garis takdir itu sudah jelas dan takdir mereka tidak untuk bersama melainkan untuk melindungi, Aliester adalah satu-satunya pelindung untuk Altezza. Jika harus menjadi korban maka dirinyalah yang harus berkorban untuk sang Pangeran, karena sang Pangeran akan membuat dua dunia menjadi terkunci satu sama lain dan
Beku… Ester merasakan sebuah kebekuan, sedikit dan dia hanya menikmatinya sedikit saja. Kemudian dia tersadar lalu mendorong Ravindra kebelakang, dan Ravindra juga sepertinya tau benar apa yang barusan dia lakukan terhadap wanita didepannya ini. “Maaf… Aku… ” Ravindra terlihat sangat merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan barusan. “Aku anggap ini tidak pernah terjadi.” Ester berjalan masuk kedalam, pikirannya kacau, dia seperti tersihir dengan perbuatan Ravindra barusan. Apa yang sebenarnya dia perbuat tadi seakan dia membuka kesempatan besar untuk bunuh diri. Yah dia menyukai laki-laki dalam mimpinya, tapi dia tidak tau kalau ternyata mungkin mimpi itu berkaitan dengan hidupnya. Takdir macam apa ini, bagaimana mungkin kehidupan seperti sekarang ini masih ada hal-hal yang tidak masuk akal. Ester duduk dipinggir tempat tidur dengan pandangan kosong menatap cermin yang ada dilemari tepat bersebrangan dengan ranjang ini, dan
Entah kenapa Ester langsung melakukan tindakan seperti itu, dia juga tak tahu tubuhnya bergerak secara alamiah dan langsung mengambilnya begitu saja, Ravindra dia hanya bengong, tak mengerti apa yang akan terjadi sebenarnya. “Kenapa kau mengambilnya?” Dia bertanya heran pada Ester. Wanita itu hanya diam saja, dia bahkan tak mengerti gerakannya ini, dan tanpa sadar tangannya menggenggam erat tangan Ravindra yang mulai berkeringat. “Ah … maaf.” Ucapnya saat menyadari kalau dia melakukan tindakan yang sepertinya sedikit kurang sopan dengan laki-laki itu. Ravindra hanya tersenyum santai. “Coba kau kemarilah!” Ravindra lalu duduk, disalah satu sofa yang ada diruangan tengah itu. Dalam otaknya Ester masih berpikir tentang banyak hal, entah kenapa dia sepertinya banyak teka-teki yang harus diselesaikan. “Hei, Kau dengar aku tidak?” Ravindra berkata dengan suara yang sedikit meninggi. Dengan keraguan dia mendekati Ravindra, lalu duduk berseberangan dengannya yang saat ini mereka dipisa
Sebelumnya di ruang Rawat Inap RC Hospital, Ester menatap wanita yang ada didepannya dengan heran, dia masih berusaha untuk mengingat dimana dia bertemu dengan wanita ini. Dia masih cantik walau mungkin boleh ditebak bahwa wanita ini umurnya sudah tua. “Bantulah anakku. Tolong jangan biarkan dia mengambilnya. Kau … hanya kau satu-satunya yang bisa menolong putraku.” Ucapnya pada Ester, saat ini jujur saja kepalanya masih sangat terasa sakit sekali. Seperti ada batu yang menghantamnya dengan sangat keras setelah suara yang makin besar memenuhi semua ruang dalam kepala dan rasanya hampir memecahkan gendang telinga yang dia punya. “Apa maksudnya?” Ester memandangnya dengan tatapan heran. “Aku orang yang mencarimu selama ini. Aku mohon bantulah dia. Jangan biarkan dia pergi bersama wanita jahat itu. Kau adalah harapanku satu-satunya saat aku mungkin tidak bisa melindunginya.” Ucapnya lagi dengan suara yang lemah. “Jelaskan perlahan. Saya masih tidak bisa mengerti maksud dari perkataa
Tiga puluh tahun yang lalu, Langit bewarna jingga, matahari perlahan-lahan menaiki singgasananya sehingga semakin lama warna langit berubah biru cerah, dan didedaunan masih menyisakan bulir-bulir embun dimalam hari. Lalu kita kemudian menengok sebuah rumah besar seperti kastil, duduk diteras luar tingkat dua menghadap bebukitan yang masih terlihat hijau seorang wanita cantik dengan tatapan mata yang tegas, rambut yang hanya sebatas bahu dan menggendong bayi laki-laki. Disebelah wanita itu, laki-laki tampan, dengan kulit bewarna agak coklat, berambut pendek yang terlihat bergelombang sambil menatap wanita dan bayi laki-laki itu dengan tatapan yang sangat teduh, sekilas ini adalah keluarga kecil dan bahagia. Apa yang diharapkan seseorang didunia ini jika bukan memiliki apa yang ingin dimiliki oleh orang banyak. Kekuasaan, harta, dan keluarga. Yah potret keluarga kecil ini sudah memiliki semuanya. Raveena Visolela seorang ibu yang penuh kasih sayang,
Saat ini Ester kembali membuka matanya, lagi-lagi dia berada ditempat yang sama seperti kemarin, ruang yang dominan warna putih, lalu matanya kembali mengerjap memastikan dia masih hidup, tidak mati setelah mendengar suara yang membuat gendang telinganya hampir pecah itu, benar-benar membuatnya gila. Kepalanya masih terasa pusing, bahkan tadi dia lebih seperti tak bisa bernafas dan susah untuk bergerak, bagai berada didalam air, penuh sesak dengan air dan banyak gelembung udara disekitarnya. Dia kemudian menyadari kalau lagi-lagi tangannya itu kembali di infus! Ah kesal sekali rasanya, padahal dari dulu dia tak pernah merasakan jarum masuk ke dalam tubuhnya, karena dia tak pernah mengalami sakit yang parah yang mengharuskan hal itu. Sekarang, baru saja bekerja tiga hari disini, dua kali dia sudah ditusuk jarum ini. Hanya hari pertama saja yang dia lewati dengan penuh kenormalan, sisanya banyak hal aneh yang dia pikir ini sangat tak masuk akal. Ester melihat l
Perlahan Ester membuka mata, sambil beberapa kali mengerjapkan matanya dan menahan rasa sakit kepala yang luar biasa, dia juga masih mendengar jelas dengungan ditelinganya itu, setelah perlahan suara itu menghilang, dia kemudian memerhatikan ruangan ini, ruangan nampak besar, dominasi warna putih, dalam hati dia bertanya apa dia sudah mati? Dia kembali mencoba untuk menarik kesadarannya dengan penuh sambil tangan memegang kepalanya dan dia menyadari sepertinya dia bukan mati, tapi lebih tepatnya ada dirumah sakit, karena tangan kanannya terlihat tusukan jarum infus. "Ester, akhirnya kau sadar juga nak." dia melihat ibu Maryam yang sedang menemaninya. "Ester kenapa bu?"Tanya Ester dengan penasaran, karena terakhir yang dia ingat adalah kejadian di dalam lift lalu dia diseret oleh orang yang bernama Ravindra Altezza, seseorang yang harus dia lindungi seperti ucapan Bu Maryam saat itu. "Ibu dapat telpon dari kantor kamu, katanya k
Ini adalah hari kedua Ester masuk kerja ditempat ini, lebih tepatnya tempat dimana dia harus melindungi seseorang itu. Walaupun dia tak tahu apa dan bagaiman dia melakukannya, tapi perasaan harus yang tiba-tiba muncul itu membuatnya benar-benar merasakan kalau itu bukan hanya sekedar ucapan omong kosong dari Bu Maryam saja. Pagi ini, dia masih belum bertemu dengan Manajer Pemasarannya, yang mereka bilang si Mister X itu, pun dia belum berhasil bertemu dengan CEO dari RCT ini, si Ravindra Altezza orang yang dimaksud oleh Bu Maryam. Ester sedari kemarin masih mempelajari produk-produk yang harus dia kuasai dan juga dia harus mengerti apa saja aturan main yang harus dipatuhi ditempat ini tak terasa jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul dua belas lebih lima belas menit, perut Ester memberikan instruksi agar dia segera mencari sesuatu untuk menenangkan bunyinya. Tapi sepertinya ini tidak digubrisnya, karena ada hal yang lebih penting yang menggelitik rasa in