Dia adalah seorang wanita
Dengan semua kemampuan yang tertata
Membuatnya harus terus menjadi penjaga tahta
Sayangnya kisah itu terlalu Nyata
Untuk melihat semua kejadian yang ada didepan mata!
***
Tempat yang jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota, ada seorang gadis yang cerdas bergaya apa adanya, Nafiza Alister, memiliki bibir tipis disaat orang-orang berlomba-lomba untuk mendobelkan bibirnya. Hidungnya, ya hidungnya juga tidak terlalu mancung, tapi juga tidak terlalu masuk kedalam sehingga batang hidungnya hanya terlihat sedikit saja dan dia tidak berusaha untuk melakukan filler hidung disamping harga filler hidung termasuk mahal, uangnya juga sayang untuk dihamburkan barang sesaat, karena yang dia tau filler hidung itu tidak permanen, artinya bisa balik lagi seperti semula itu artinya mubazir!
Lalu, kelebihan wajahnya ada di rahang yang tirus, alis lebat yang bisa dia modelkan sendiri tanpa harus menato alis, mata yang tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil dengan kelopak mata yang terlihat nyata. Kulitnya tidak putih seperti porselen tapi juga tidak hitam, yah mungkin bisa dibilang kulitnya bewarna putih kekuningan, rambut agak bergelombang sebatas punggung. Tinggi badan yang tidak terlalu tinggi mungkin sekitar seratus lima puluh sembilan sentimeter saja dan untungnya punya berat badan ideal sehingga penampilannya cukup oke juga kalau dilihat.
Dia tinggal di sebuah panti asuhan. Lebih tepatnya, sekarang mengurus panti tersebut karena dari kecil dia memang tidak memiliki orang tua, berdasarkan cerita ibu pengurus panti asuhan, dia menemukan Nazifah di dekat rumah ibadah pada saat siang hari yang sangat panas, bayi mungil ini diselimuti dengan pakaian tebal beserta catatan singkat untuk namanya dan juga pesan untuk tetap merawatnya apapun yang terjadi. Ibu Maryam yang memiliki panti asuhan akhirnya memutuskan untuk tidak membiarkan bayi mungil ini diadopsi. Itulah singkat kehidupan Nazifah Aliester. Hidup akan terus memiliki rahasia dan rahasia besar tentang bayi perempuan ini sampai sekarang masih tersimpan rapat oleh Ibu pemilik 'Panti Asuhan Pelangi Ceria'. Kejadian yang terjadi dua puluh enam tahun yang lalu, tentang sebuah surat rahasia dan juga pesan yang sangat membuatnya benar-benar menjaga Ester sampai detik ini.
Hari ini wajah Nazifah Aliester, dihiasi senyum merekah setelah mendapatkan pesan elektronik dari ponselnya, karena akhirnya setelah sekian lama dia mengharapkan untuk bekerja di perusahaan besar, dia lolos seleksi juga dan yang membuat bangga adalah perusahaan kelas internasional memilihnya dari sekian banyak peserta yang mengikuti wawancara sampai tahap akhir!
Ree Charta Technology, siapa yang tidak ingin masuk ke perusahaan ini adalah orang bodoh! Penghasilan yang besar sudah pasti, insentif, dan tunjangan lain seperti tunjangan makan, transport, pulsa dan yang paling utama adalah tunjangan kesehatan yang sangat baik! Ree Charta Company ini memiliki stasiun siaran televisi swasta nasional, media cetak, pusat perbelanjaan megah, rumah sakit elite, bidang properti, perbankan, asuransi dan salah satunya adalah bidang teknologi yang bernama Ree Charta Technology atau biasa dikenal RCT, anak perusahaan ini dipegang langsung oleh anak satu-satunya dari presiden direktur Ree Charta Company Group.
Surat elektronik yang diterima oleh Ester, yang merupakan nama panggilannya dari Nazifah Aliester, mengatakan bahwa dia berhak atas jabatan Asisten Manajer Pemasaran di RCT, mungkin karena pengalaman pekerjaan sebelumnya di bagian yang sama dan juga dia juga pernah bekerja di bidang pengembangan teknologi jadi sedikit banyak dia paham tentang hal ini.
Ester, dia ini wanita yang sangat pintar, dan sangat unggul dalam bidang pemasaran apalagi terkait dengan dunia teknologi, entah kenapa otaknya sangat encer berpikir tentang hal ini, seolah susunan syaraf-syarafnya sangat cepat merespon. Apa itu ada hubungan dengan kehidupannya atau tidak, mungkin akan terjawab dengan sendirinya nanti karena rahasia yang dia miliki ini sampai sekarang belum diungkap oleh Pemilik Panti Asuhan, Ibu Maryam.
Dia sangat menyukai tempat ini, tempat dimana dia tumbuh besar dan juga beberapa kali dia melihat anak-anak yang diadopsi oleh keluarga baru mereka. Kadang dia berpikir kenapa orang tak pernah mau mengadopsinya, padahal dia terlihat cukup baik. Lalu akhirnya Ibu Maryam mengatakan kalau dia harus mengurus semua yang ada disini. Bu Maryam mengatakan kalau Ester harus tetap ada disini sampai waktunya tiba, Sebulan yang lalu Bu Maryam memanggil Ester yang saat itu sedang bekerja di kota untuk kembali kesana, Ester tahu, pasti yang dimaksud Bu Maryam tentang kehidupan masa lalunya akan diceritakan.
Namun, sayangnya setelah kembali kemari Bu Maryam tak mengeluarkan sepatah katapun kenapa dia menyuruhnya untuk kembali pulang, dia hanya mengatakan kalau di kota akan sangat berbahaya untuk dirinya. Dia ingin sekali bertanya tapi tak semudah mengutarakan apa yang dia pikirkan, ternyata menyuruh bibir untuk mengungkapkan sebuah perasaan itu jauh lebih sulit, dari sekedar mengajak orang lain untuk membeli produknya. Bibirnya tetap bungkam tak mampu berkata-kata saat melihat raut wajah Bu Maryam yang terlihat sangat sedih jika Ester mulai menyinggung tentang dirinya. Ester tak ingin melihat wanita yang sudah membesarkannya dengan penuh kasih sayang ini menjadi sedih, dia bersedia menunggu sampai Bu Maryam akan menceritakan semuanya dengan jelas padanya. Ester yakin waktunya pasti akan ada.
Panti Asuahan ini adalah tempat paling nyaman dan juga paling membuat Ester merasakan banyak pengalaman seru, disini adalah tempat dimana mereka tak seluruhnya tak memiliki orang tua, dari tiga puluh anak yang ada disini, yang benar-benar mereka tak punya orang tua hanya sepuluh orang saja, sisanya ada yang masih punya ayah, ada yang masih punya Ibu, atau masih ada keduanya tapi keadaan ekonomi yang menghimpit sehingga mereka dititipkan ditempat ini.
Di Panti Asuhan Pelangi Ceria ini, semua anak-anak selalu diajarkan hal yang baik dan juga dilatih untuk berwirausaha, dan dilihat kearah mana mereka menguasi bidangnya masing-masing, atau lebih kepada apa yang mereka bisa kuasai dengan sangat baik, karena kemampuan anak itu pada umumnya berbeda satu sama lain, ada yang pintar berhitung tapi lemah dalam bidang hafalan, ada yang pintar hafalan tapi tak suka menghitung, pokoknya ditempat ini mereka akan diajarkan hal apa saja yang menjadi kelebihan mereka masing-masing, sehingga nantinya apabila mereka tak ada keluarga yang mengadopsinya, mereka akan bisa bertahan hidup sebagaimana orang yang memiliki keluarga yang utuh.
Dipanti ini ada anak laki-laki bernama Rico, yang dia adalah seorang yang sama seperti Ester, saat ini dia berusia tiga belas tahun, dan sekarang dia sedang menngikuti olimpiade Teknologi Informasi tingkat dunia, Yah! Tingkat dunia! Dia menguasai beberapa bahasa pemrograman sejak kecil dan otaknya bisa dengan cepat mengerti apa yang diajarkan oleh Ester.
Ester juga adalah salah satu wanita yang akhirnya mengenyam pendidikan di sebuah perguruan tinggi negeri mengambil jurusan teknologi informasi dan semuanya full beasiswa karena kecerdasan yang dia miliki. Selanjutnya dia juga akan dibiayai unutk pendidikan gelar master, tapi dia menolaknya, karena saat itu Ibu Maryam mengalami sakit yang harus membutuhkan perawatan intensif, untuk itu, kemudian dia membuang mimpinya meneruskan pendidikannya.
***
Pagi hari setelah anak-anak berangkat sekolah, Ibu Maryam memanggil Ester ke dalam bilik kamarnya.
“Kenapa Bu?” Tanya Ester, dia tahu bahwa arah obrolan ini akan sangat menarik sekali, sepertinya ini tentang kehidupannya, tentang bagaimana kisahnya dia ada disini.
“Duduklah disini sebentar.” Ucapnya pada Ester menunjuk pinggir ranjangnya.
“Iya Bu.” Ester berjalan mendekati wanita itu, lalu duduk ditempat yang dia perintahkan barusan.
Ester tersenyum memandang wanita itu, wanita yang sekarang guratan kening dan juga pipinya sudah terlihat jelas, membuat keriput disana-sini. Wanita itu kian menua, dan mungkin saat ini sudah tepat bagi Ester untuk mengetahui kisah sejarah hidupnya, bukankah hal itu yang selalu di gaung-gaungkan oleh wanita ini pada Ester sejak dulu.
“Kau … namamu Nazifah Aliester, jika kau tahu, dunia ini ada banyak tempat yang sebenarnya kita harus tahu dimana tempat yang seharusnya kita huni.” Kalimat pembuka yang dilontarkan oleh wanita ini membuat Ester tak mengerti, sepertinya hal rumit akan segera terjadi.
Wanita yang bernama Maryam itu, dia mengambil sebuah benda dari dalam nakas disamping tempat tidurnya, sebuah benda yang dibungkus dengan kain bewarna emas dan hijau dengan hiasan bunga lotus, saat dia membuka kain itu, didalamnya ada sebuah belati, yang didalamnya terdapat ukiran bunga lotus tapi sepertinya belati itu tidak utuh, lebih terlihat terbelah dua.
“Apa itu Bu?” Tanya Ester penasaran.
“Ini sebuah belati yang akan menghubungkan kembali kemana dunia yang seharusnya kau tempati.” Ucapan ini makin menimbulkan tanda tanya yang luar biasa dikepala Ester.
“Maksudnya?”
“Kau akan tahu sendiri kemana kau akan berlabuh nantinya. Kau adalah seorang Aliester, seorang penjaga yang akan menjaga pangeran agar dia tak dihancurkan oleh Iblis jahat yang saat ini sedang mengumpulkan kekuatannya untuk merusak dua dunia.” Ucapan yang keluar dari mulut Bu Maryam ini terdengar seperti dongeng anak-anak ditelinga Ester, dia bahkan berpikir mungkin Bu Maryan sekarang sedang mendongeng.
“Bu, bisa dijelaskan secara perlahan? Aku bahkan tak mengerti maksud dari semuanya, apa ini cerita dongeng?” Ester menolak untuk mengerti, karena otaknya tak pernah berfantasi terlalu jauh tentang hal ini.
“Nak, mungkin waktuku ditempat ini tak akan banyak lagi, aku juga sudah bicara pada Amita, kalau nanti dia akan mengurus tempat ini jika Aku dan kamu sudah tak ada lagi disini.” Kalimat ini jujur membuat Ester terperangah, maksudnya apa? Apa maksudnya dia harus segera mati?
“Bu, bisa dibuat sederhana? Aku tak mengerti maksud perkataanmu.” Ucap Ester.
“Mungkin ini tak masuk akal bagimu, tapi ini nyata terjadi. Dulu ada sebuah dunia pecahan kaca, didalamnya ada sebuah negeri bernama Akkdyra, disana semuanya sangat damai, sampai akhirnya sang penyihir bersekutu dengan seorang iblis yang akhirnya dia menguasai semua negeri, lalu para penjaga itu, lari bersembunyi, termasuklah salah satunya Ibumu.”
“Ibuku? Dunia lain?” Ester mencoba perlahan mencerna ucapan wanita ini barusan.
“Yah, kita ini berasal dari tempat itu, semua para penjaga negeri Akkdyra berusaha untuk memusnahkan iblis wanita itu, tapi kita belum mampu, dan dia juga sudah membuat kesepakatan dengan seseorang dari dunia ini, artinya dia akan membuat dirinya jauh lebih kuat, hanya ada satu caranya.” Wanita itu lalu menatap ke depan dengan pandangan kosong, tapi otaknya bermain tentang pertempuran yang terjadi kala itu, pasukan Wanita iblis dan juga seluruh penjaga Akkdya, yang akhirnya membuat Akkdyra menjadi diselimuti oleh kabut gelap.
“Bagaimana?” Ester bertanya dengan cepat.
“Kau harus menyelamatkan anak laki-laki dari wanita pembuat kesepakatan itu dengan sepenuh jiwa ragamu dari cengkraman wanita iblis itu.” Ucapnya lalu memandang Ester dengan tatapan penuh keyakinan.
“Aku? Bagaimana caranya?” Ester sebenarnya masih mencoba untuk mencerna ucapan Bu Maryam ini.
“Waktunya tinggal sedikit lagi, tak lebih dari empat bulan empat hari lagi dari sekarang.” Ucap wanita itu.
“Siapa anak laki-lakinya? Apa kau sudah tahu?” Ester mencoba mencari tahu dari sorot mata wanita itu.
“Anak pemilik Ree Charta Company, Ravindra Altezza.” Ucap wanita itu.
Ester tercekat mendengar apa yang baru saja dia dengar, sepertinya hal sulit akan benar-benar terjadi kali ini. Bagaimana caranya? Bagaimana cara melindungi orang yang sudah dilindungi dengan sangat ketat?
“Ibu tahu darimana?” Ester bertanya dengan penasaran.
“Mimpinya makin nyata jika waktunya sudah mulai dekat. Ini adalah kesempatan kita untuk menyelamatkan juga negeri kita, semuanya ada padamu, dan dua dunia ini akan bergantung padamu Nak!” Ucapnya.
Ester masih terdiam, otaknya berpikir kalau saja ini hanya mimpi biasa, lebih baik dia tak tahu cerita tentang hidupnya saja.
“Belati ini sebelahnya ada pada pangeran itu, kau harus menemukan pasangannya, karena itu adalah salah satu sumber kekuatanmu dan juga kekuatanmu untuk melindungi dirimu sendiri.”
***
Ester yang baru saja mendapatkan cerita itu segera memikirkan cara apa yang harus dia perbuat saat ini? Kenapa sepertinya semua sudah benar-benar teratur? Dia bisa diterima di perusahaan Ree Charta Techonology, dimana perusahaan itu yang memimpinnya adalah seorang anak dari pemilik RCCG, Ravindra Aliester, lantas bagaimana caranya untuk mendekati laki-laki itu?
Dia hanya seorang wanita yang tak terlalu paham bagaimana cara mendekati laki-laki, yang dia tahu dari seringnya menonton drama diwaktu senggang biasanya hanya dengan membuat kesan pertama yang tak akan pernah dilupakan olehnya, misalnya saja menabrakkan dirinya, atau pura-pura jatuh dihadapannya?
Dari semua cara itu, tak ada satupun yang bisa menunjukkan itu adalah Ester yang sesungguhnya, tak mungkin dia akan berpura-pura menabrak laki-laki itu agar dia bisa dilirik, yang ada nanti malah pemimpin perusahaan itu malah akan menjauhinya.
“Bagaimana caranya aku mendekati laki-laki itu?” Dia berpikir dengan keras, saat ini dia sedang mencari cara yang ampuh untuk mendekati seorang CEO, semuanya itu mengarahkannya pada bacaan novel-novel romantis dengan genre erotis, tak mungkin dia melakukan hal seperti itu!
Dia kembali mencari cara ampuh lainnya, tapi semuanya percuma sepertinya semua tak masuk akal bagi Ester, dia tak mirip seperti perempuan murahan yang harus menggoda laki-laki kaya.
Hari pertama besok, yah besok, dia harus mencari cara agar bisa bertemu dengan pimpinan perusahaan itu, bukankah harusnya dia menjadi sekretaris saja biar bisa dekat dengan bosnya seperti drama yang dia tonton dan juga cerita-cerita romance yang dia baca barusan.
“Ah! Kenapa semuanya sangat rumit sih?! Apa sesusah itu mendekati laki-laki? Apa mendekati laki-laki kaya harus dengan membuka baju terlebih dahulu?” Ester lalu mengacak-acak rambutnya sampai kusut.
“Semangat! Semangat Ester! Besok hari pertama, dan kau harus berhasil menemukan caranya!” teriaknya menyemangati diri sendiri.
***
Kemarin, jika saja Bu Maryam belum menceritakan hal ini pada Ester, mungkin saat kakinya melangkah ke Ree Charta Company Group Tower ini dia akan sangat bahagia sekali, tapi kali ini dia sepertinya mendapatkan sebuah beban yang berat, masa iya dihari pertama saja dia harus mencari tahu seorang yang bernama Ravindra Altezza, yang bahkan gambarnya di media apapun tak pernah ada. Selain dia mencari laki-laki itu, dia juga harus melindunginya? What! Kata-kata melindungi ini terdengar ganjil sekali, darimana ceritanya seorang wanita melindungi laki-laki yang bahkan mungkin sudah memiliki pengawal pribadi sendiri. Saat tiba di lobi Gedung pencakar langit ini, langkah kakinya makin berat, dia melihat pengumuman disana, kalau pegawai baru dari RCT harus naik menuju lantai 17 dengan menggunakan kartu akses yang diberikan di resepsionis dengan menunjukkan bukti pemanggilan dirinya, artinya sekarang ini dia harus pergi ke resepsionis dulu dan memperlihatkan email itu. Langkah kaki yang
Ini adalah hari kedua Ester masuk kerja ditempat ini, lebih tepatnya tempat dimana dia harus melindungi seseorang itu. Walaupun dia tak tahu apa dan bagaiman dia melakukannya, tapi perasaan harus yang tiba-tiba muncul itu membuatnya benar-benar merasakan kalau itu bukan hanya sekedar ucapan omong kosong dari Bu Maryam saja. Pagi ini, dia masih belum bertemu dengan Manajer Pemasarannya, yang mereka bilang si Mister X itu, pun dia belum berhasil bertemu dengan CEO dari RCT ini, si Ravindra Altezza orang yang dimaksud oleh Bu Maryam. Ester sedari kemarin masih mempelajari produk-produk yang harus dia kuasai dan juga dia harus mengerti apa saja aturan main yang harus dipatuhi ditempat ini tak terasa jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul dua belas lebih lima belas menit, perut Ester memberikan instruksi agar dia segera mencari sesuatu untuk menenangkan bunyinya. Tapi sepertinya ini tidak digubrisnya, karena ada hal yang lebih penting yang menggelitik rasa in
Perlahan Ester membuka mata, sambil beberapa kali mengerjapkan matanya dan menahan rasa sakit kepala yang luar biasa, dia juga masih mendengar jelas dengungan ditelinganya itu, setelah perlahan suara itu menghilang, dia kemudian memerhatikan ruangan ini, ruangan nampak besar, dominasi warna putih, dalam hati dia bertanya apa dia sudah mati? Dia kembali mencoba untuk menarik kesadarannya dengan penuh sambil tangan memegang kepalanya dan dia menyadari sepertinya dia bukan mati, tapi lebih tepatnya ada dirumah sakit, karena tangan kanannya terlihat tusukan jarum infus. "Ester, akhirnya kau sadar juga nak." dia melihat ibu Maryam yang sedang menemaninya. "Ester kenapa bu?"Tanya Ester dengan penasaran, karena terakhir yang dia ingat adalah kejadian di dalam lift lalu dia diseret oleh orang yang bernama Ravindra Altezza, seseorang yang harus dia lindungi seperti ucapan Bu Maryam saat itu. "Ibu dapat telpon dari kantor kamu, katanya k
Saat ini Ester kembali membuka matanya, lagi-lagi dia berada ditempat yang sama seperti kemarin, ruang yang dominan warna putih, lalu matanya kembali mengerjap memastikan dia masih hidup, tidak mati setelah mendengar suara yang membuat gendang telinganya hampir pecah itu, benar-benar membuatnya gila. Kepalanya masih terasa pusing, bahkan tadi dia lebih seperti tak bisa bernafas dan susah untuk bergerak, bagai berada didalam air, penuh sesak dengan air dan banyak gelembung udara disekitarnya. Dia kemudian menyadari kalau lagi-lagi tangannya itu kembali di infus! Ah kesal sekali rasanya, padahal dari dulu dia tak pernah merasakan jarum masuk ke dalam tubuhnya, karena dia tak pernah mengalami sakit yang parah yang mengharuskan hal itu. Sekarang, baru saja bekerja tiga hari disini, dua kali dia sudah ditusuk jarum ini. Hanya hari pertama saja yang dia lewati dengan penuh kenormalan, sisanya banyak hal aneh yang dia pikir ini sangat tak masuk akal. Ester melihat l
Tiga puluh tahun yang lalu, Langit bewarna jingga, matahari perlahan-lahan menaiki singgasananya sehingga semakin lama warna langit berubah biru cerah, dan didedaunan masih menyisakan bulir-bulir embun dimalam hari. Lalu kita kemudian menengok sebuah rumah besar seperti kastil, duduk diteras luar tingkat dua menghadap bebukitan yang masih terlihat hijau seorang wanita cantik dengan tatapan mata yang tegas, rambut yang hanya sebatas bahu dan menggendong bayi laki-laki. Disebelah wanita itu, laki-laki tampan, dengan kulit bewarna agak coklat, berambut pendek yang terlihat bergelombang sambil menatap wanita dan bayi laki-laki itu dengan tatapan yang sangat teduh, sekilas ini adalah keluarga kecil dan bahagia. Apa yang diharapkan seseorang didunia ini jika bukan memiliki apa yang ingin dimiliki oleh orang banyak. Kekuasaan, harta, dan keluarga. Yah potret keluarga kecil ini sudah memiliki semuanya. Raveena Visolela seorang ibu yang penuh kasih sayang,
Sebelumnya di ruang Rawat Inap RC Hospital, Ester menatap wanita yang ada didepannya dengan heran, dia masih berusaha untuk mengingat dimana dia bertemu dengan wanita ini. Dia masih cantik walau mungkin boleh ditebak bahwa wanita ini umurnya sudah tua. “Bantulah anakku. Tolong jangan biarkan dia mengambilnya. Kau … hanya kau satu-satunya yang bisa menolong putraku.” Ucapnya pada Ester, saat ini jujur saja kepalanya masih sangat terasa sakit sekali. Seperti ada batu yang menghantamnya dengan sangat keras setelah suara yang makin besar memenuhi semua ruang dalam kepala dan rasanya hampir memecahkan gendang telinga yang dia punya. “Apa maksudnya?” Ester memandangnya dengan tatapan heran. “Aku orang yang mencarimu selama ini. Aku mohon bantulah dia. Jangan biarkan dia pergi bersama wanita jahat itu. Kau adalah harapanku satu-satunya saat aku mungkin tidak bisa melindunginya.” Ucapnya lagi dengan suara yang lemah. “Jelaskan perlahan. Saya masih tidak bisa mengerti maksud dari perkataa
Entah kenapa Ester langsung melakukan tindakan seperti itu, dia juga tak tahu tubuhnya bergerak secara alamiah dan langsung mengambilnya begitu saja, Ravindra dia hanya bengong, tak mengerti apa yang akan terjadi sebenarnya. “Kenapa kau mengambilnya?” Dia bertanya heran pada Ester. Wanita itu hanya diam saja, dia bahkan tak mengerti gerakannya ini, dan tanpa sadar tangannya menggenggam erat tangan Ravindra yang mulai berkeringat. “Ah … maaf.” Ucapnya saat menyadari kalau dia melakukan tindakan yang sepertinya sedikit kurang sopan dengan laki-laki itu. Ravindra hanya tersenyum santai. “Coba kau kemarilah!” Ravindra lalu duduk, disalah satu sofa yang ada diruangan tengah itu. Dalam otaknya Ester masih berpikir tentang banyak hal, entah kenapa dia sepertinya banyak teka-teki yang harus diselesaikan. “Hei, Kau dengar aku tidak?” Ravindra berkata dengan suara yang sedikit meninggi. Dengan keraguan dia mendekati Ravindra, lalu duduk berseberangan dengannya yang saat ini mereka dipisa
Beku… Ester merasakan sebuah kebekuan, sedikit dan dia hanya menikmatinya sedikit saja. Kemudian dia tersadar lalu mendorong Ravindra kebelakang, dan Ravindra juga sepertinya tau benar apa yang barusan dia lakukan terhadap wanita didepannya ini. “Maaf… Aku… ” Ravindra terlihat sangat merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan barusan. “Aku anggap ini tidak pernah terjadi.” Ester berjalan masuk kedalam, pikirannya kacau, dia seperti tersihir dengan perbuatan Ravindra barusan. Apa yang sebenarnya dia perbuat tadi seakan dia membuka kesempatan besar untuk bunuh diri. Yah dia menyukai laki-laki dalam mimpinya, tapi dia tidak tau kalau ternyata mungkin mimpi itu berkaitan dengan hidupnya. Takdir macam apa ini, bagaimana mungkin kehidupan seperti sekarang ini masih ada hal-hal yang tidak masuk akal. Ester duduk dipinggir tempat tidur dengan pandangan kosong menatap cermin yang ada dilemari tepat bersebrangan dengan ranjang ini, dan
AKKDYRA, Suatu tempat dimana daerah ini dikuasai oleh seorang Ratu bernama Visolela, dan dia memiliki anak laki-laki berwajah tampan bernama Altezza. Ratu ini bekerjasama dengan seorang dewi iblis untuk memperluas daerah kekuasaannya disepanjang garis pantaibarat hingga timur, rakyat hidup bahagia dengan harta yang melimpah, dan kesenangan tiada tara. Namun, terjadi kekeringan panjang setelah dua windu dari kemenangan puncaknya yang mengakibatkan air bersih susah didapat. Bahkan mata airpun berhenti mengalir. Saat itu tidak ada harapan banyak, kesenangan berubah menjadi kemalangan, sang Ratu menyalahkan Dewi Iblis karena merusak perjanjian mereka, tapi Olisha-Sang Dewi Iblis, sebenarnya tidak melakukan apapun terhadap bencana itu. Kemarahan Ratu membuat suasana semakin keruh, perjanjian manusia dan dunia lain itu menjadi malapetaka yang sangat runyam. Pangeran Altezza, berusaha menemukan air bersih bersama beberapa orang pengawal kepercayaan
Jika waktu bisa berhenti atau Ester memiliki kekuatan untuk menghentikan waktu, maka saat ini dia sangat ingin mengunakan kekuatan itu. Dia menyukainya, dan rasa itu mengalir seperti apa adanya, tapi disisi lain, dia menyadari jika mereka tidak memiliki takdir untuk bersama.Seperti yang pernah dikatakan oleh pepatah air dan minyak dalam sebuah bejana tak pernah bisa menyatu, lebih kurang seperti itulah hubungan mereka jika dilanjutkan. Dia percaya apa yang barusan dia lakukan pada Ravindra membuat hubungan mereka nantinya malah menjadi lebih kaku karena hubungan ini sudah mulai bermain dengan hati. Ingin rasanya dia mengutuk takdir gila ini, tapi tidak mungkin, garis takdir itu sudah jelas dan takdir mereka tidak untuk bersama melainkan untuk melindungi, Aliester adalah satu-satunya pelindung untuk Altezza. Jika harus menjadi korban maka dirinyalah yang harus berkorban untuk sang Pangeran, karena sang Pangeran akan membuat dua dunia menjadi terkunci satu sama lain dan
Beku… Ester merasakan sebuah kebekuan, sedikit dan dia hanya menikmatinya sedikit saja. Kemudian dia tersadar lalu mendorong Ravindra kebelakang, dan Ravindra juga sepertinya tau benar apa yang barusan dia lakukan terhadap wanita didepannya ini. “Maaf… Aku… ” Ravindra terlihat sangat merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan barusan. “Aku anggap ini tidak pernah terjadi.” Ester berjalan masuk kedalam, pikirannya kacau, dia seperti tersihir dengan perbuatan Ravindra barusan. Apa yang sebenarnya dia perbuat tadi seakan dia membuka kesempatan besar untuk bunuh diri. Yah dia menyukai laki-laki dalam mimpinya, tapi dia tidak tau kalau ternyata mungkin mimpi itu berkaitan dengan hidupnya. Takdir macam apa ini, bagaimana mungkin kehidupan seperti sekarang ini masih ada hal-hal yang tidak masuk akal. Ester duduk dipinggir tempat tidur dengan pandangan kosong menatap cermin yang ada dilemari tepat bersebrangan dengan ranjang ini, dan
Entah kenapa Ester langsung melakukan tindakan seperti itu, dia juga tak tahu tubuhnya bergerak secara alamiah dan langsung mengambilnya begitu saja, Ravindra dia hanya bengong, tak mengerti apa yang akan terjadi sebenarnya. “Kenapa kau mengambilnya?” Dia bertanya heran pada Ester. Wanita itu hanya diam saja, dia bahkan tak mengerti gerakannya ini, dan tanpa sadar tangannya menggenggam erat tangan Ravindra yang mulai berkeringat. “Ah … maaf.” Ucapnya saat menyadari kalau dia melakukan tindakan yang sepertinya sedikit kurang sopan dengan laki-laki itu. Ravindra hanya tersenyum santai. “Coba kau kemarilah!” Ravindra lalu duduk, disalah satu sofa yang ada diruangan tengah itu. Dalam otaknya Ester masih berpikir tentang banyak hal, entah kenapa dia sepertinya banyak teka-teki yang harus diselesaikan. “Hei, Kau dengar aku tidak?” Ravindra berkata dengan suara yang sedikit meninggi. Dengan keraguan dia mendekati Ravindra, lalu duduk berseberangan dengannya yang saat ini mereka dipisa
Sebelumnya di ruang Rawat Inap RC Hospital, Ester menatap wanita yang ada didepannya dengan heran, dia masih berusaha untuk mengingat dimana dia bertemu dengan wanita ini. Dia masih cantik walau mungkin boleh ditebak bahwa wanita ini umurnya sudah tua. “Bantulah anakku. Tolong jangan biarkan dia mengambilnya. Kau … hanya kau satu-satunya yang bisa menolong putraku.” Ucapnya pada Ester, saat ini jujur saja kepalanya masih sangat terasa sakit sekali. Seperti ada batu yang menghantamnya dengan sangat keras setelah suara yang makin besar memenuhi semua ruang dalam kepala dan rasanya hampir memecahkan gendang telinga yang dia punya. “Apa maksudnya?” Ester memandangnya dengan tatapan heran. “Aku orang yang mencarimu selama ini. Aku mohon bantulah dia. Jangan biarkan dia pergi bersama wanita jahat itu. Kau adalah harapanku satu-satunya saat aku mungkin tidak bisa melindunginya.” Ucapnya lagi dengan suara yang lemah. “Jelaskan perlahan. Saya masih tidak bisa mengerti maksud dari perkataa
Tiga puluh tahun yang lalu, Langit bewarna jingga, matahari perlahan-lahan menaiki singgasananya sehingga semakin lama warna langit berubah biru cerah, dan didedaunan masih menyisakan bulir-bulir embun dimalam hari. Lalu kita kemudian menengok sebuah rumah besar seperti kastil, duduk diteras luar tingkat dua menghadap bebukitan yang masih terlihat hijau seorang wanita cantik dengan tatapan mata yang tegas, rambut yang hanya sebatas bahu dan menggendong bayi laki-laki. Disebelah wanita itu, laki-laki tampan, dengan kulit bewarna agak coklat, berambut pendek yang terlihat bergelombang sambil menatap wanita dan bayi laki-laki itu dengan tatapan yang sangat teduh, sekilas ini adalah keluarga kecil dan bahagia. Apa yang diharapkan seseorang didunia ini jika bukan memiliki apa yang ingin dimiliki oleh orang banyak. Kekuasaan, harta, dan keluarga. Yah potret keluarga kecil ini sudah memiliki semuanya. Raveena Visolela seorang ibu yang penuh kasih sayang,
Saat ini Ester kembali membuka matanya, lagi-lagi dia berada ditempat yang sama seperti kemarin, ruang yang dominan warna putih, lalu matanya kembali mengerjap memastikan dia masih hidup, tidak mati setelah mendengar suara yang membuat gendang telinganya hampir pecah itu, benar-benar membuatnya gila. Kepalanya masih terasa pusing, bahkan tadi dia lebih seperti tak bisa bernafas dan susah untuk bergerak, bagai berada didalam air, penuh sesak dengan air dan banyak gelembung udara disekitarnya. Dia kemudian menyadari kalau lagi-lagi tangannya itu kembali di infus! Ah kesal sekali rasanya, padahal dari dulu dia tak pernah merasakan jarum masuk ke dalam tubuhnya, karena dia tak pernah mengalami sakit yang parah yang mengharuskan hal itu. Sekarang, baru saja bekerja tiga hari disini, dua kali dia sudah ditusuk jarum ini. Hanya hari pertama saja yang dia lewati dengan penuh kenormalan, sisanya banyak hal aneh yang dia pikir ini sangat tak masuk akal. Ester melihat l
Perlahan Ester membuka mata, sambil beberapa kali mengerjapkan matanya dan menahan rasa sakit kepala yang luar biasa, dia juga masih mendengar jelas dengungan ditelinganya itu, setelah perlahan suara itu menghilang, dia kemudian memerhatikan ruangan ini, ruangan nampak besar, dominasi warna putih, dalam hati dia bertanya apa dia sudah mati? Dia kembali mencoba untuk menarik kesadarannya dengan penuh sambil tangan memegang kepalanya dan dia menyadari sepertinya dia bukan mati, tapi lebih tepatnya ada dirumah sakit, karena tangan kanannya terlihat tusukan jarum infus. "Ester, akhirnya kau sadar juga nak." dia melihat ibu Maryam yang sedang menemaninya. "Ester kenapa bu?"Tanya Ester dengan penasaran, karena terakhir yang dia ingat adalah kejadian di dalam lift lalu dia diseret oleh orang yang bernama Ravindra Altezza, seseorang yang harus dia lindungi seperti ucapan Bu Maryam saat itu. "Ibu dapat telpon dari kantor kamu, katanya k
Ini adalah hari kedua Ester masuk kerja ditempat ini, lebih tepatnya tempat dimana dia harus melindungi seseorang itu. Walaupun dia tak tahu apa dan bagaiman dia melakukannya, tapi perasaan harus yang tiba-tiba muncul itu membuatnya benar-benar merasakan kalau itu bukan hanya sekedar ucapan omong kosong dari Bu Maryam saja. Pagi ini, dia masih belum bertemu dengan Manajer Pemasarannya, yang mereka bilang si Mister X itu, pun dia belum berhasil bertemu dengan CEO dari RCT ini, si Ravindra Altezza orang yang dimaksud oleh Bu Maryam. Ester sedari kemarin masih mempelajari produk-produk yang harus dia kuasai dan juga dia harus mengerti apa saja aturan main yang harus dipatuhi ditempat ini tak terasa jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul dua belas lebih lima belas menit, perut Ester memberikan instruksi agar dia segera mencari sesuatu untuk menenangkan bunyinya. Tapi sepertinya ini tidak digubrisnya, karena ada hal yang lebih penting yang menggelitik rasa in