Wajah tampan nan rupawan
Kau adalah seorang hartawan
Yang mungkin akan banyak menawan
Orang-orang yang kau perlakukan bagai hewan!
***
Kamar tidur milik laki-laki berwajah tampan dengan tinggi yang semampai dan bentuk pahatan tubuh yang sempurna ini terlihat sangat rapi dan bersih, cat tembok bewarna putih dan list hitam memperlihatkan kalau dia menyukai hal yang terlihat tampak monoton dimata orang lain. Minimalis, itu seleranya. Ruang pakaian yang besar dan terdapat kaca yang mampu untuk memantulkan seluruh kesempurnaan fisik sang empunya ini terkesan seperti display toko pakaian mewah. Benar-benar tertata rapi dan tak ada debu sedikitpun!
Perhatikan dari atas sampai bawah. Saat ini dia berdiri di depan cermin sambil memakai setelan jasnya, memutar badannya kesamping kanan dan kiri melihat apakah yang dia kenakan sudah rapi atau belum, pria itu bernama Ravindra Altezza, merupakan direktur utama di perusahaan swasta yang sangat terkenal di negara Indonesia. Ree Charta Technology, perusahaan yang bergerak dibidang Penelitian dan Teknologi terbaru untuk membuat suatu kecerdasan buatan yang sangat banyak dimitani saat sekarang ini, yang juga merupakan salah satu bagian dari Ree Charta Company Group, grup dari perusahaan yang didirikan lebih dari tiga puluh tahun lalu oleh seorang wanita pekerja keras dan sangat sukses, Raveena Visolela, Ibunda yang sangat tegas dalam mendidiknya.
Sang Ibu merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam hidupnya, tapi dia tak banyak mengatur kehidupan anaknya. Dia membebaskan anaknya untuk melakukan apa yang dia rasa pantas, karena buah jatuh tak jauh dari pohonnya, artinya dia mirip sekali dengan sang Ibunda. Pekerja keras yang sungguh cerdas!
Ravindra Altezza kembali lagi dengan deskripsi hidup yang hampir sempurna, dengan wajah terlihat sangat maskulin, badan yang setiap hari melakukan olahraga, postur tubuh tinggi dengan berat badan ideal sehingga dia juga cocok untuk dijadikan sebagai model. Imajinasikan saja bahwa laki-laki tampan ini seperti laki-laki yang sekarang sedang kamu dekati.
Laki-laki tampan keturunan dari wanita pendiri perusahaan ini, walaupun dia adalah anaknya tetap laki-laki itu tidak begitu saja mendapatkan posisi CEO diperusahaan orang tuanya dengan mudah, karena dari kecil dia selalu diajarkan bagaimana cara untuk bertahan lalu menyerang disaat yang tepat. Dia harus melewati banyak hal mencapai posisi puncak tersebut.
Dia memiliki kepribadian yang bisa dikatakan pekerja keras, menyukai hal-hal yang tidak disukai oleh orang lain yaitu bekerja secara overtime. Hal inilah membuatnya menjadi dingin terhadap wanita. Dia hanya berbicara seperlunya saja, tidak akan membuka mulutnya untuk hal-hal yang tidak bisa menghasilkan uang. Dia sangat perfeksionis, segala sesuatu haruslah sempurna. Jika tidak, dia rela membuatnya menjadi sempurna walaupun itu akan mengulang kembali pekerjaannya dari awal, semua hal ini dia lakukan agar bisa memberikan yang terbaik untuk dirinya serta perusahaan ini.
Sekarang lihatlah rumah yang ditempatinya, bergaya minimalis dengan cat dinding dominan sentuhan warna putih dan hitam yang katanya warna itu bisa membuatnya tenang untuk berpikir. Lalu, ada beberapa kaca besar disudut ruangan yang membuatnya memiliki kesan luas didalamnya. Furniture yang ada di rumah ini dipadupadankan dengan warna senada. Yang paling utama pastinya, dia tidak menginginkan furniturenya dihiasi oleh debu sekecil apapun. Debu kecil yang ditangkap oleh matanya bisa membuat orang yang menangani kebersihan rumahnya bisa saja seketika kehilangan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga dan kejadian ini sudah terjadi beberapa kali.
Baiklah lanjut kembali dengan sosok Ravindra Altezza ini, dia sudah 30 tahun tanpa kencan! Yeah kencan, sesuatu hal yang harusnya bisa saja dia lakukan dengan mudah. Karena, wanita mana yang mau menolak untuk menjadi kekasih seorang pengusaha sukses? Tapi, kenyataannya kencan hanya membuang waktu dan uang yang dia miliki. Sedangkan waktu bisa menghasilkan banyak uang dan uang adalah hal yang paling disembahnya!
Kemarin malam, dia baru saja menyelesaikan rapatnya dengan rekan kerjanya di kantor untuk membahas kemajuan perusahaan dan apa saja yang harus dilakukan untuk memperkuat bisnisnya. Tapi, hasilnya yang melakukan presentasi tidak membuatnya merasa puas, akhirnya yang kebagian presentasi harus diberi surat peringatan! Kejam? Ah ini tidak kejam, dia hanya memberikan kesempatan, karena sampai tiga kali kesempatan tidak bisa memberikan kontribusi yang baik maka bersiap untuk meninggalkan perusahaan ini, karena itu orang yang bekerja disini adalah orang yang benar-benar disiplin dengan tipikal pekerja keras, jika bekerja saja sudah harus disiplin dengan berbagai aturan yang ketat artinya salary yang diterima jelas jauh lebih tinggi dari perusahaan manapun. Dia berani bayar mahal asal semuanya sesuai dengan yang seharusnya, semua haruslah sempurna dan tanpa cacat sedikitpun! Itulah kompensasi dari bayaran mahal itu, bukankah itu cukup sesuai?
Kali ini mari bicarakan tentang sisi monster dari seorang Ravindra, dia adalah orang yang tidak segan-segan memutuskan rejeki orang lain yang tidak memberikan kontribusi yang bagus untuk dirinya, walaupun itu masih dalam ikatan kekeluargaan. Yah seperti itulah yang diajarkan oleh Sang Ibu padanya, Bisnis urusan bisnis, keluarga urusan keluarga semuanya harus jelas pada batas dan perbedaanya.
Dia memang orang yang sangat dingin, tak banyak senyuman, wajahnya terpasang datar dan ucapannya tajam bagaikan silet yang siap mengoyak hati. Ravindra Altezza ini tak suka jika ada orang lain yang menyentuh barang-barangnya tanpa izin, dan dia juga sangat tak suka disupiri oleh orang lain! Bisa dibayangkan jika direktur utama saja tak memiliki supir pribadi, artinya semua direktur lain diperusahaan ini, lebih tepatnya jajaran posisi top management jelas tak memiliki supir, mereka harus dibiasakan tak manja, buruknya, karena dia tak memiliki supir pribadi maka siap-siap saja seorang sekretarisnya harus sigap melakukan semua apa yang dia inginkan! Terkadang juga, jika dia ingin pergi ke suatu pertemuan maka salah satu dari staff di kantor akan sangat merasa jantungan kalau dia menunjuk untuk menemaninya pergi bertemu dengan klien, karena selain menjadi supir pribadi, dia juga harus siap menjadi sekretaris pribadi dengan membawakan beberapa file yang harus dipresentasikan pada kliennya, karena pada saat itu, sekretarisnya biasanya akan dia suruh untuk tinggal di kantor.
Jangan bayangkan sekretarisnya adalah seorang wanita dengan fisik yang menggoda, wanita seksi dengan wajah bagai seorang model! No, jangan bermimpi untuk hal ini, karena sekretarisnya adalah seorang laki-laki yang haruslah bisa menerima semua perintahnya dengan sigap dan tanpa kurang sedikitpun! Dia adalah Aleando, biasa dipanggil Ando, laki-laki yang bergerak dengan cepat, mencatat dengan sigap serta mengerti Ravindra dengan sangat baik, sudah satu tahun ini dia bekerja menjadi sekretaris Ravindra, dia adalah salah satu orang yang akhirnya bisa bertahan dengan segala macam perubahan cuaca terhadap diri Ravindra, yang tiba-tiba mengeluarkan guntur disiang bolong atau memberikan hujan salju saat matahari sedang bersinar dengan cerahnya! Ravindra dengan mood yang tak bisa disangka ini berhasil menyingkirkan lebih dari tiga orang untuk posisi sekretaris saja, sampai akhirnya Ando bisa bertahan sangat lama karena semua yang dia inginkan bisa segera mungkin dia selesaikan.
Sebenarnya dibalik itu juga, Ravindra melihat bahwa laki-laki ini adalah orang yang sangat cerdas dan kebetulan saja dia tak bernasib terlalu bagus karena beberapa perusahaan lain tak melihat kecerdasan dibalik otaknya itu. Ravindra Altezza, pernah beberapa kali mencoba menguji Ando dalam hal rekayasa perangkat lunak dan jujur saja terkadang pikiran Ando ini membuat Ravindra Altezza merasa sangat puas dengan apa yang dia utarakan. Artinya dia ini adalah orang yang kompeten sebenarnya, karena itulah beberapa kesalahan kecil sering dia abaikan, karena di perusahaan ini yang benar-benar bisa setia padanya hanya laki-laki ini saja. Dia beberapa kali mendengar orang-orang mengumpat dibelakangnya, dia tahu mereka menggosipi dirinya, karena beberapa kali dia iseng dan meretas area pribadi dalam ponsel mereka. Semua orang yang mengumpat dibelakangnya hanya Ando sajalah yang tak pernah menanggapi dan dia hanya berkomentar singkat saja, itu yang dia suka!
Kembali ke pekerjaan di kantornya, jika dia ingin pergi keluar untuk melakukan sebuah pertemuan dengan orang lain, baik itu kliennya atapun investornya, maka dia akan merencanakannya minimal satu hari sebelumnya, karena dia akan menentukan siapa yang harus ikut bersamanya, dia juga mencatat semua apa yang harus dia lakukan, Ando akan sangat sigap tentang hal ini dan selalu mengkomunikasikan dengan staff yang akan ikut bersama dengan Ravindra apa saja yang harus dia persiapkan, semua dari mereka mengerti tentang hal ini dan bahkan mereka tahu apa saja yang harus mereka lakukan, dan satu hal yang paling penting adalah, jangan pernah melakukan kesalahan sedikitpun dan saat menyetir jangan mengeluarkan sepatah katapun, syarat paling penting, jangan menerima panggilan telpon saat sedang berkendara, labih baik membuat handphone mati saja, karena itu lebih aman.
Ravindra Altezza, Laki-laki ini benar-benar sangat populer dengan sebutan monster yang kejam, karena dia bagai predator yang siap mencabik mangsanya kapan saja dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tapi, disisi lain, dia tak segan-segan memberikan reward kepada orang yang dia anggap bisa memberikan dampak positif yang bagus untuk perusahaan, reward juga tak main-main bisa sampai liburan keluar negeri untuk sekeluarga, karena hal inilah yang membuat pekerjanya juga betah berada disini walau tempat ini penuh dengan tekanan kerja yang sangat berat dan bos yang … ah sudahlah tak perlu di ceritakan lagi kekejaman dirinya.
Sisi baik Ravindra Altezza yang diketahui oleh Ando tapi terlarang untuk diceritakan dengan orang lain adalah kalau dia sebenarnya orang yang mudah berempati pada orang lain, tapi rasa itu selalu dia tutupi dngan wajah dingin dan kaku yang dia miliki. Ravindra tak akan pernah mengadakan acara amal yang akan dia hadiri, karena dia tak ingin terbawa haru saat berada disana, semua kegiatan amal pasti akan diwakilkan oleh orang-orang yang ada di kantornya. Pernah beberapa kali juga Ando melihat bahwa Ravindra ini sebenarnya memiliki hati yang lembut, karena itulah dia tak pernah berkomentar terhadap apapun yang mengatakan kalau bosnya ini adalah seorang monster yang menyeramkan.
Dia bahkan di cap sebagai pesuruh paling setia, dan dia bahkan sering dijuluki babu bodoh! Tapi, baginya mereka mengatakan hal itu karena tak tahu dengan Ravindra yang sebenarnya. Sebenarnya bos mereka ini memiliki sisi yang sangat baik terhadap orang lain dan tak segan untuk membantu orang lain jika dia bisa membantunya, tapi dia tak pernah ingin menyebutkan namanya atau dia tak mau pamer dengan kebaikannya.
Misalnya saja saat salah satu staff dikantornya yang dia dengar sedang mengalami kesulitan masalah keuangan, dia akan mencari cara bagaimana orang tersebut bisa mendapatkan reward yang akan dia berikan, memang dengan hal yang tidak dengan cuma-cuma tapi dia tahu kalau orang itu akan mampu menyelesaikan misinya. Hal ini yang terkadang orang tak menyadarinya dan Ando tahu benar tentang masalah ini saat dia memperhatikan bosnya dalam kurun waktu tiga bulan dia menjadi sekretarisnya. Sayangnya mereka tak menyadari kebaikan bos mereka ini.
Sebenarnya suasana perusahaan ini kekeluargaannya sangat kental sekali walaupun memiliki pemimpin yang menyeramkan, sisi lainnya mereka memang harus siap dengan semua konsekuensi yang diberikan sehingga mereka akan memiliki rasa bahwa perusahaan ini adalah rumah yang nyaman bagi mereka.
***
Antonio sudah tiba dirumah Ravindra dengan waktu yang tepat, dia harus membawa semua apa yang diperlukan oleh Ravindra karena nanti siang akan ada pertemuan dengan beberapa calon investor yang sangat tertarik dengan proyek yang sedang mereka kerjakan, dia sengaja untuk tidak datang ke kantor, karena proyek ini adalah murni pemikirannya sendiri, dia harus menjelaskan itu dengan sempurna di hadapan investornya dan jelas jika hal seperti ini terjadi maka Ando harus siap sedia dan harus menemani dirinya untuk bertemu investor tersebut.
“Kau sudah membawa semuanya?” Tanya Ravindra pada Ando yang saat ini berdiri dihadapannya.
“Semuanya sudah diatur Pak Rav.” Jawabnya dengan sangat pasti.
“Duduk dan makanlah. Aku hanya menyiapkan sarapan roti dengan selai kacang dan juga susu untuk sarapan.” Ucapnya.
“Baik Pak, Saya akan meletakkan ini ke ruang kerja dulu.” Kemudian Ando berjalan ke ruang kerja Ravindra, sebuah tempat yang sebenarnya jarang sekali orang memasukinya, tapi tidak dengan Ando, dia sudah hafal setiap inci tempat ini, karena kadang jika ART itu tak ada maka siap-siap saja dia akan menjadi seseorang dengan label ART! Bukankah pekerjaan ini sungguh berat? Tapi bagi Ando, dia merasa bahwa sebenarnya Ravindra ini adalah orang yang kesepian, dengan topeng keangkuhan.
Setelah dia meletakkan file-file itu di atas meja kerja Ravindra, matanya menangkap sebuah sketsa lotus di dalam kotak sampah diruang kerja itu, dia lalu mengambil gambar itu dan melihatnya, tumben sekali Ravindra membuat hal semacam ini, dia bahkan tak menyukai bunga apapun didunia ini.
“Aneh … sepertinya aku melihat ini dimana ya?” Gumamnya pelan, sambil tampak berpikir sejenak.
“Kenapa?” Suara Ravindra mengejutkannya.
“Ah … tumben sekali Pak Rav menggambar ini.” Ando berkata begitu saja pada Ravindra.
“Memang kenapa? Kau pernah melihat dimana?” Tanyanya penasaran, ternyata dia mendengar gumaman ringan yang keluar dari mulut Ando.
“Ah … itu … aku …”
“Katakan saja, tak masalah aku tak akan memecatmu.” Ravindra berkata dengan tegas dan terdengar sangat dingin seperti biasanya.
“Entahlah tapi aku merasa aku pernah melihat gambar ini disuatu tempat.” Ando tak begitu yakin dengan ingatannya itu.
“Katakan saja aku tak akan memecatmu, sudah kubilang tadi.” Ulangnya lagi pada Ando.
“Iya nanti akan saya katakan pada Pak Rav kalau Saya ingat.” Ando nyengir sambill menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal karena tatapan mematikan milik Ravindra itu.
“ Sudah beberapa kali aku mimpi tentang bunga itu.” Ravindra akhirnya berkata pada Ando.
Jujur ini kali pertama Ravindra mengeluarkan kata-kata yang tak berkaitan dengan pekerjaan pada dirinya, ini terdengar seperti mendengar curahan hati orang lain.
“Mimpi bunga ini?” Tanya Ando.
“Makanya katakan padaku jika ingatanmu itu sudah kembali.” Ravindra lalu meninggalkan Ando seorang diri disana. Bagi Ando itu terdengar seperti kalau saat ini bosnya itu mulai mempercayainya untuk maslaah pribadi dan dia menyukainya.
“Ando! Keluarlah dari sana dan makanlah!” Perintahnya.
“Ba … baik Pak.” Jawabnya dengan cepat. Laki-laki inipun dengan cepat keluar dari ruang kerja itu.
“JIka sudah makan kita antar aku ke suatu tempat!” Ucapnya pada Laki-laki itu saat dia melewati ruang tengah menuju dapur.
“Baik Pak, Saya akan makan dengan cepat.” Jawab Ando.
“Tak perlu santai saja, harusnya kau bangga bisa menikmati makanan buatanku.”
Ando tak menjawab dia merasa senang akhirnya setelah setahun lebih dia bisa mendengar dan menyaksikan secara langsung Ravindra, sang Monster ini berperilaku seperti manusia pada umumnya.
***
Dia adalah seorang wanita Dengan semua kemampuan yang tertata Membuatnya harus terus menjadi penjaga tahta Sayangnya kisah itu terlalu Nyata Untuk melihat semua kejadian yang ada didepan mata! *** Tempat yang jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota, ada seorang gadis yang cerdas bergaya apa adanya, Nafiza Alister, memiliki bibir tipis disaat orang-orang berlomba-lomba untuk mendobelkan bibirnya. Hidungnya, ya hidungnya juga tidak terlalu mancung, tapi juga tidak terlalu masuk kedalam sehingga batang hidungnya hanya terlihat sedikit saja dan dia tidak berusaha untuk melakukan fillerhidung disamping harga filler hidung termasuk mahal, uangnya juga sayang untuk dihamburkan barang sesaat, karena yang dia tau filler hidung itu tidak permanen, artinya bisa balik lagi seperti semula itu artinya mubazir! Lalu, kelebihan wajahnya ada di rahang yang tirus, alis lebat yang bisa dia modelkan sendiri tanpa harus menato alis, ma
Kemarin, jika saja Bu Maryam belum menceritakan hal ini pada Ester, mungkin saat kakinya melangkah ke Ree Charta Company Group Tower ini dia akan sangat bahagia sekali, tapi kali ini dia sepertinya mendapatkan sebuah beban yang berat, masa iya dihari pertama saja dia harus mencari tahu seorang yang bernama Ravindra Altezza, yang bahkan gambarnya di media apapun tak pernah ada. Selain dia mencari laki-laki itu, dia juga harus melindunginya? What! Kata-kata melindungi ini terdengar ganjil sekali, darimana ceritanya seorang wanita melindungi laki-laki yang bahkan mungkin sudah memiliki pengawal pribadi sendiri. Saat tiba di lobi Gedung pencakar langit ini, langkah kakinya makin berat, dia melihat pengumuman disana, kalau pegawai baru dari RCT harus naik menuju lantai 17 dengan menggunakan kartu akses yang diberikan di resepsionis dengan menunjukkan bukti pemanggilan dirinya, artinya sekarang ini dia harus pergi ke resepsionis dulu dan memperlihatkan email itu. Langkah kaki yang
Ini adalah hari kedua Ester masuk kerja ditempat ini, lebih tepatnya tempat dimana dia harus melindungi seseorang itu. Walaupun dia tak tahu apa dan bagaiman dia melakukannya, tapi perasaan harus yang tiba-tiba muncul itu membuatnya benar-benar merasakan kalau itu bukan hanya sekedar ucapan omong kosong dari Bu Maryam saja. Pagi ini, dia masih belum bertemu dengan Manajer Pemasarannya, yang mereka bilang si Mister X itu, pun dia belum berhasil bertemu dengan CEO dari RCT ini, si Ravindra Altezza orang yang dimaksud oleh Bu Maryam. Ester sedari kemarin masih mempelajari produk-produk yang harus dia kuasai dan juga dia harus mengerti apa saja aturan main yang harus dipatuhi ditempat ini tak terasa jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul dua belas lebih lima belas menit, perut Ester memberikan instruksi agar dia segera mencari sesuatu untuk menenangkan bunyinya. Tapi sepertinya ini tidak digubrisnya, karena ada hal yang lebih penting yang menggelitik rasa in
Perlahan Ester membuka mata, sambil beberapa kali mengerjapkan matanya dan menahan rasa sakit kepala yang luar biasa, dia juga masih mendengar jelas dengungan ditelinganya itu, setelah perlahan suara itu menghilang, dia kemudian memerhatikan ruangan ini, ruangan nampak besar, dominasi warna putih, dalam hati dia bertanya apa dia sudah mati? Dia kembali mencoba untuk menarik kesadarannya dengan penuh sambil tangan memegang kepalanya dan dia menyadari sepertinya dia bukan mati, tapi lebih tepatnya ada dirumah sakit, karena tangan kanannya terlihat tusukan jarum infus. "Ester, akhirnya kau sadar juga nak." dia melihat ibu Maryam yang sedang menemaninya. "Ester kenapa bu?"Tanya Ester dengan penasaran, karena terakhir yang dia ingat adalah kejadian di dalam lift lalu dia diseret oleh orang yang bernama Ravindra Altezza, seseorang yang harus dia lindungi seperti ucapan Bu Maryam saat itu. "Ibu dapat telpon dari kantor kamu, katanya k
Saat ini Ester kembali membuka matanya, lagi-lagi dia berada ditempat yang sama seperti kemarin, ruang yang dominan warna putih, lalu matanya kembali mengerjap memastikan dia masih hidup, tidak mati setelah mendengar suara yang membuat gendang telinganya hampir pecah itu, benar-benar membuatnya gila. Kepalanya masih terasa pusing, bahkan tadi dia lebih seperti tak bisa bernafas dan susah untuk bergerak, bagai berada didalam air, penuh sesak dengan air dan banyak gelembung udara disekitarnya. Dia kemudian menyadari kalau lagi-lagi tangannya itu kembali di infus! Ah kesal sekali rasanya, padahal dari dulu dia tak pernah merasakan jarum masuk ke dalam tubuhnya, karena dia tak pernah mengalami sakit yang parah yang mengharuskan hal itu. Sekarang, baru saja bekerja tiga hari disini, dua kali dia sudah ditusuk jarum ini. Hanya hari pertama saja yang dia lewati dengan penuh kenormalan, sisanya banyak hal aneh yang dia pikir ini sangat tak masuk akal. Ester melihat l
Tiga puluh tahun yang lalu, Langit bewarna jingga, matahari perlahan-lahan menaiki singgasananya sehingga semakin lama warna langit berubah biru cerah, dan didedaunan masih menyisakan bulir-bulir embun dimalam hari. Lalu kita kemudian menengok sebuah rumah besar seperti kastil, duduk diteras luar tingkat dua menghadap bebukitan yang masih terlihat hijau seorang wanita cantik dengan tatapan mata yang tegas, rambut yang hanya sebatas bahu dan menggendong bayi laki-laki. Disebelah wanita itu, laki-laki tampan, dengan kulit bewarna agak coklat, berambut pendek yang terlihat bergelombang sambil menatap wanita dan bayi laki-laki itu dengan tatapan yang sangat teduh, sekilas ini adalah keluarga kecil dan bahagia. Apa yang diharapkan seseorang didunia ini jika bukan memiliki apa yang ingin dimiliki oleh orang banyak. Kekuasaan, harta, dan keluarga. Yah potret keluarga kecil ini sudah memiliki semuanya. Raveena Visolela seorang ibu yang penuh kasih sayang,
Sebelumnya di ruang Rawat Inap RC Hospital, Ester menatap wanita yang ada didepannya dengan heran, dia masih berusaha untuk mengingat dimana dia bertemu dengan wanita ini. Dia masih cantik walau mungkin boleh ditebak bahwa wanita ini umurnya sudah tua. “Bantulah anakku. Tolong jangan biarkan dia mengambilnya. Kau … hanya kau satu-satunya yang bisa menolong putraku.” Ucapnya pada Ester, saat ini jujur saja kepalanya masih sangat terasa sakit sekali. Seperti ada batu yang menghantamnya dengan sangat keras setelah suara yang makin besar memenuhi semua ruang dalam kepala dan rasanya hampir memecahkan gendang telinga yang dia punya. “Apa maksudnya?” Ester memandangnya dengan tatapan heran. “Aku orang yang mencarimu selama ini. Aku mohon bantulah dia. Jangan biarkan dia pergi bersama wanita jahat itu. Kau adalah harapanku satu-satunya saat aku mungkin tidak bisa melindunginya.” Ucapnya lagi dengan suara yang lemah. “Jelaskan perlahan. Saya masih tidak bisa mengerti maksud dari perkataa
Entah kenapa Ester langsung melakukan tindakan seperti itu, dia juga tak tahu tubuhnya bergerak secara alamiah dan langsung mengambilnya begitu saja, Ravindra dia hanya bengong, tak mengerti apa yang akan terjadi sebenarnya. “Kenapa kau mengambilnya?” Dia bertanya heran pada Ester. Wanita itu hanya diam saja, dia bahkan tak mengerti gerakannya ini, dan tanpa sadar tangannya menggenggam erat tangan Ravindra yang mulai berkeringat. “Ah … maaf.” Ucapnya saat menyadari kalau dia melakukan tindakan yang sepertinya sedikit kurang sopan dengan laki-laki itu. Ravindra hanya tersenyum santai. “Coba kau kemarilah!” Ravindra lalu duduk, disalah satu sofa yang ada diruangan tengah itu. Dalam otaknya Ester masih berpikir tentang banyak hal, entah kenapa dia sepertinya banyak teka-teki yang harus diselesaikan. “Hei, Kau dengar aku tidak?” Ravindra berkata dengan suara yang sedikit meninggi. Dengan keraguan dia mendekati Ravindra, lalu duduk berseberangan dengannya yang saat ini mereka dipisa
AKKDYRA, Suatu tempat dimana daerah ini dikuasai oleh seorang Ratu bernama Visolela, dan dia memiliki anak laki-laki berwajah tampan bernama Altezza. Ratu ini bekerjasama dengan seorang dewi iblis untuk memperluas daerah kekuasaannya disepanjang garis pantaibarat hingga timur, rakyat hidup bahagia dengan harta yang melimpah, dan kesenangan tiada tara. Namun, terjadi kekeringan panjang setelah dua windu dari kemenangan puncaknya yang mengakibatkan air bersih susah didapat. Bahkan mata airpun berhenti mengalir. Saat itu tidak ada harapan banyak, kesenangan berubah menjadi kemalangan, sang Ratu menyalahkan Dewi Iblis karena merusak perjanjian mereka, tapi Olisha-Sang Dewi Iblis, sebenarnya tidak melakukan apapun terhadap bencana itu. Kemarahan Ratu membuat suasana semakin keruh, perjanjian manusia dan dunia lain itu menjadi malapetaka yang sangat runyam. Pangeran Altezza, berusaha menemukan air bersih bersama beberapa orang pengawal kepercayaan
Jika waktu bisa berhenti atau Ester memiliki kekuatan untuk menghentikan waktu, maka saat ini dia sangat ingin mengunakan kekuatan itu. Dia menyukainya, dan rasa itu mengalir seperti apa adanya, tapi disisi lain, dia menyadari jika mereka tidak memiliki takdir untuk bersama.Seperti yang pernah dikatakan oleh pepatah air dan minyak dalam sebuah bejana tak pernah bisa menyatu, lebih kurang seperti itulah hubungan mereka jika dilanjutkan. Dia percaya apa yang barusan dia lakukan pada Ravindra membuat hubungan mereka nantinya malah menjadi lebih kaku karena hubungan ini sudah mulai bermain dengan hati. Ingin rasanya dia mengutuk takdir gila ini, tapi tidak mungkin, garis takdir itu sudah jelas dan takdir mereka tidak untuk bersama melainkan untuk melindungi, Aliester adalah satu-satunya pelindung untuk Altezza. Jika harus menjadi korban maka dirinyalah yang harus berkorban untuk sang Pangeran, karena sang Pangeran akan membuat dua dunia menjadi terkunci satu sama lain dan
Beku… Ester merasakan sebuah kebekuan, sedikit dan dia hanya menikmatinya sedikit saja. Kemudian dia tersadar lalu mendorong Ravindra kebelakang, dan Ravindra juga sepertinya tau benar apa yang barusan dia lakukan terhadap wanita didepannya ini. “Maaf… Aku… ” Ravindra terlihat sangat merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan barusan. “Aku anggap ini tidak pernah terjadi.” Ester berjalan masuk kedalam, pikirannya kacau, dia seperti tersihir dengan perbuatan Ravindra barusan. Apa yang sebenarnya dia perbuat tadi seakan dia membuka kesempatan besar untuk bunuh diri. Yah dia menyukai laki-laki dalam mimpinya, tapi dia tidak tau kalau ternyata mungkin mimpi itu berkaitan dengan hidupnya. Takdir macam apa ini, bagaimana mungkin kehidupan seperti sekarang ini masih ada hal-hal yang tidak masuk akal. Ester duduk dipinggir tempat tidur dengan pandangan kosong menatap cermin yang ada dilemari tepat bersebrangan dengan ranjang ini, dan
Entah kenapa Ester langsung melakukan tindakan seperti itu, dia juga tak tahu tubuhnya bergerak secara alamiah dan langsung mengambilnya begitu saja, Ravindra dia hanya bengong, tak mengerti apa yang akan terjadi sebenarnya. “Kenapa kau mengambilnya?” Dia bertanya heran pada Ester. Wanita itu hanya diam saja, dia bahkan tak mengerti gerakannya ini, dan tanpa sadar tangannya menggenggam erat tangan Ravindra yang mulai berkeringat. “Ah … maaf.” Ucapnya saat menyadari kalau dia melakukan tindakan yang sepertinya sedikit kurang sopan dengan laki-laki itu. Ravindra hanya tersenyum santai. “Coba kau kemarilah!” Ravindra lalu duduk, disalah satu sofa yang ada diruangan tengah itu. Dalam otaknya Ester masih berpikir tentang banyak hal, entah kenapa dia sepertinya banyak teka-teki yang harus diselesaikan. “Hei, Kau dengar aku tidak?” Ravindra berkata dengan suara yang sedikit meninggi. Dengan keraguan dia mendekati Ravindra, lalu duduk berseberangan dengannya yang saat ini mereka dipisa
Sebelumnya di ruang Rawat Inap RC Hospital, Ester menatap wanita yang ada didepannya dengan heran, dia masih berusaha untuk mengingat dimana dia bertemu dengan wanita ini. Dia masih cantik walau mungkin boleh ditebak bahwa wanita ini umurnya sudah tua. “Bantulah anakku. Tolong jangan biarkan dia mengambilnya. Kau … hanya kau satu-satunya yang bisa menolong putraku.” Ucapnya pada Ester, saat ini jujur saja kepalanya masih sangat terasa sakit sekali. Seperti ada batu yang menghantamnya dengan sangat keras setelah suara yang makin besar memenuhi semua ruang dalam kepala dan rasanya hampir memecahkan gendang telinga yang dia punya. “Apa maksudnya?” Ester memandangnya dengan tatapan heran. “Aku orang yang mencarimu selama ini. Aku mohon bantulah dia. Jangan biarkan dia pergi bersama wanita jahat itu. Kau adalah harapanku satu-satunya saat aku mungkin tidak bisa melindunginya.” Ucapnya lagi dengan suara yang lemah. “Jelaskan perlahan. Saya masih tidak bisa mengerti maksud dari perkataa
Tiga puluh tahun yang lalu, Langit bewarna jingga, matahari perlahan-lahan menaiki singgasananya sehingga semakin lama warna langit berubah biru cerah, dan didedaunan masih menyisakan bulir-bulir embun dimalam hari. Lalu kita kemudian menengok sebuah rumah besar seperti kastil, duduk diteras luar tingkat dua menghadap bebukitan yang masih terlihat hijau seorang wanita cantik dengan tatapan mata yang tegas, rambut yang hanya sebatas bahu dan menggendong bayi laki-laki. Disebelah wanita itu, laki-laki tampan, dengan kulit bewarna agak coklat, berambut pendek yang terlihat bergelombang sambil menatap wanita dan bayi laki-laki itu dengan tatapan yang sangat teduh, sekilas ini adalah keluarga kecil dan bahagia. Apa yang diharapkan seseorang didunia ini jika bukan memiliki apa yang ingin dimiliki oleh orang banyak. Kekuasaan, harta, dan keluarga. Yah potret keluarga kecil ini sudah memiliki semuanya. Raveena Visolela seorang ibu yang penuh kasih sayang,
Saat ini Ester kembali membuka matanya, lagi-lagi dia berada ditempat yang sama seperti kemarin, ruang yang dominan warna putih, lalu matanya kembali mengerjap memastikan dia masih hidup, tidak mati setelah mendengar suara yang membuat gendang telinganya hampir pecah itu, benar-benar membuatnya gila. Kepalanya masih terasa pusing, bahkan tadi dia lebih seperti tak bisa bernafas dan susah untuk bergerak, bagai berada didalam air, penuh sesak dengan air dan banyak gelembung udara disekitarnya. Dia kemudian menyadari kalau lagi-lagi tangannya itu kembali di infus! Ah kesal sekali rasanya, padahal dari dulu dia tak pernah merasakan jarum masuk ke dalam tubuhnya, karena dia tak pernah mengalami sakit yang parah yang mengharuskan hal itu. Sekarang, baru saja bekerja tiga hari disini, dua kali dia sudah ditusuk jarum ini. Hanya hari pertama saja yang dia lewati dengan penuh kenormalan, sisanya banyak hal aneh yang dia pikir ini sangat tak masuk akal. Ester melihat l
Perlahan Ester membuka mata, sambil beberapa kali mengerjapkan matanya dan menahan rasa sakit kepala yang luar biasa, dia juga masih mendengar jelas dengungan ditelinganya itu, setelah perlahan suara itu menghilang, dia kemudian memerhatikan ruangan ini, ruangan nampak besar, dominasi warna putih, dalam hati dia bertanya apa dia sudah mati? Dia kembali mencoba untuk menarik kesadarannya dengan penuh sambil tangan memegang kepalanya dan dia menyadari sepertinya dia bukan mati, tapi lebih tepatnya ada dirumah sakit, karena tangan kanannya terlihat tusukan jarum infus. "Ester, akhirnya kau sadar juga nak." dia melihat ibu Maryam yang sedang menemaninya. "Ester kenapa bu?"Tanya Ester dengan penasaran, karena terakhir yang dia ingat adalah kejadian di dalam lift lalu dia diseret oleh orang yang bernama Ravindra Altezza, seseorang yang harus dia lindungi seperti ucapan Bu Maryam saat itu. "Ibu dapat telpon dari kantor kamu, katanya k
Ini adalah hari kedua Ester masuk kerja ditempat ini, lebih tepatnya tempat dimana dia harus melindungi seseorang itu. Walaupun dia tak tahu apa dan bagaiman dia melakukannya, tapi perasaan harus yang tiba-tiba muncul itu membuatnya benar-benar merasakan kalau itu bukan hanya sekedar ucapan omong kosong dari Bu Maryam saja. Pagi ini, dia masih belum bertemu dengan Manajer Pemasarannya, yang mereka bilang si Mister X itu, pun dia belum berhasil bertemu dengan CEO dari RCT ini, si Ravindra Altezza orang yang dimaksud oleh Bu Maryam. Ester sedari kemarin masih mempelajari produk-produk yang harus dia kuasai dan juga dia harus mengerti apa saja aturan main yang harus dipatuhi ditempat ini tak terasa jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul dua belas lebih lima belas menit, perut Ester memberikan instruksi agar dia segera mencari sesuatu untuk menenangkan bunyinya. Tapi sepertinya ini tidak digubrisnya, karena ada hal yang lebih penting yang menggelitik rasa in