44Carver dan Darren saling melirik, lalu mereka kembali mengarahkan pandangan pada sepupu yang berada di kursi seberang. Carver dan Darren tidak menyangka bila Kinsey berniat menjebak Grandel dan menjauhkan sang ipar dari keluarganya. Carver menoleh ke kanan dan meminta pertimbangan dari Wirya. Tuan muda Yang memercayai pria yang lebih tua, karena sudah mengetahui kinerja Wirya selama beberapa tahun terakhir di PBK dan BPAGK."Menurut saya, itu ide yang bagus, Tuan muda," tukas Wirya setelah berpikir sesaat. "Tapi, kita benar-benar harus hati-hati agar keterlibatan Tuan muda tidak diketahui Grandel," sambungnya. "Apa kamu punya usul tentang surat perjanjiannya?" tanya Carver. "Syarat bagian atas, biasa saja. Bahkan bisa dibuat lebih longgar agar dia tenang dan kian memercayai perjanjian. Misalnya, batas akhir pengembalian dana, enam bulan dari sekarang." "Hmm, ya." "Poin terakhir, Tuan muda bisa meminta jaminan. Yakni harta paling berharga miliknya sendiri." Carver mengangguk p
45Hari masih pagi ketika terjadi kericuhan di divisi keuangan kantor Yang Grup. Asisten manajer keuangan tidak bisa berkutik ketika dicecar Albert sambil menunjukkan bukti-bukti pengeluaran dana yang tidak dilaporkan oleh lelaki berkacamata tersebut. Sementara di sebelahnya, perempuan berbaju ungu muda tengah terisak-isak karena keterlibatannya dalam kasus itu terbongkar. Dia tidak berani menengadah karena takut beradu pandang dengan Albert yang memasang tampang garang. Staf lain juga tidak berani urun suara. Mereka pun terkejut atas kejadian itu, karena memang tidak mengetahuinya. Manajer keuangan berbisik-bisik pada Zulfi yang membalas dengan anggukan. Keduanya menunggu Albert selesai mengoceh, kemudian mereka mengikuti langkah direktur keuangan menuju ruang rapat khusus direksi. "Malcolm, rombak anak buahmu!" titah Albert sembari mengendurkan dasi hitamnya. "Baik, Tuan muda," jawab manajer keuangan. "Cek benar-benar kinerja mereka. Jangan merekrut orang yang tidak kompeten."
46Earlene terbahak seusai mendengar rekaman percakapan Jauhari dan Gwenyth kemarin malam, yang dikirimkan Miguel pada Chyou. Perempuan berambut panjang kesulitan menghentikan tawanya, karena berbagai celotehan rekan-rekan Jauhari yang mengomentari adegan dalam taksi. Chyou mengulum senyuman. Dia senang menyaksikan Earlene yang jauh lebih ceria dibandingkan saat masih menetap di Guangzhou. Chyou menyadari jika sebetulnya Earlene berkepribadian hangat dan terpaksa harus tampil serius karena tuntutan keluarga. Pria bermata sipit membandingkan cara keluarganya dan keluarga Earlene dalam metode pengasuhan anak. Chyou bersyukur karena orang tuanya berpikiran terbuka dan jarang sekali memaksakan kehendak pada Chyou serta Jianzhen. "Aku sepertinya harus sedia banyak tisu, saat bertemu dengan tim Indonesia," tutur Earlene sambil menyeka sudut matanya yang berair dengan ujung jemari. "Kenapa?" tanya Chyou. "Mereka sangat lucu. Aku pasti akan sering tertawa seperti tadi." "Hmm, ya. Miguel
47Sudut bibir Grandel melengkungkan senyuman ketika melihat sejumlah uang dalam tasnya. Pria bersetelan jas marun, baru saja mencairkan dana yang dipinjamkan Kanz alias Yusuf.Grandel menghela napas lega. Dia akhirnya bisa tenang, karena sebentar lagi semua masalahnya dengan bandar untuk akan selesai. Selain itu, Grandel juga bisa membelikan hadiah buat Yvete, untuk mengambil hati sang istri, yang belakangan bersikap dingin padanya.Pria beralis tebal menutup tas dan meletakkannya di pangkuan. Grandel mengalihkan pandangan ke luar kaca mobil untuk mengamati sekeliling. Dia sama sekali tidak menduga jika tengah diikuti beberapa orang menggunakan motor. Kala mobil Grandel berhenti di depan butik milik Yvete, pengendara motor pertama menyerempetnya hingga nyaris terjatuh. Penumpang motor turun untuk merampas tas yang dipegangi Grandel yang spontan melawan demi mempertahankan hartanya. Kedua pengawal Grandel membantu bos mereka hingga berhasil menjatuhkan penyerang. Namun, seunit moto
48Satu pesawat kecil mendarat di bandara Shenzen. Setelah pintunya terbuka, Loko dan Michael turun terlebih dahulu sambil memindai sekitar. Mereka memastikan situasi aman, kemudian memberikan kode agar Chyou dan Earlene bisa keluar. Gibson dan Cedric menjadi orang terakhir yang turun dari pesawat. Keenam orang tersebut bergegas memasuki dua mobil MPV mewah yang segera melaju menjauhi bandara. Miguel yang mengemudikan mobil pertama dengan didampingi Wirya, menjelaskan semua peristiwa di kantor Yang Grup pada Chyou dan Earlene, yang berada di kursi tengah bersama Zulfi. Sementara Yusuf dan Jauhari menempati kursi belakang sambil terus waspada. Berbeda halnya dengan mobil pertama yang percakapannya serius, mobil kedua yang dikemudikan Steve dan ditumpangi Harun, Wahyudi serta keempat pengawal Chyou, justru ricuh akibat tawa mereka yang nyaris tidak berhenti. "Jadi, yang menyerang Grandel adalah orang-orang sewaan kalian dari bandar judi?" tanya Loko, sesaat setelah tawanya menghilan
49Pesawat kecil sewaan mengudara di langit gelap. Kabin yang sebetulnya cukup luas, mendadak penuh karena kelompok Chyou dan tim Indonesia terpaksa menaiki pesawat beramai-ramai. Sebab mereka bergerak dari Shenzen sudah larut, dan tidak ada lagi penerbangan komersil yang beroperasi. Kendatipun harus duduk di lantai, Jauhari, Yusuf, Harun dan Wahyudi tetap santai. Sepanjang penerbangan, mereka berbaring dan mengikat diri ke kursi rekan-rekannya. Wahyudi sampai terlelap dan mendengkur keras hingga diprotes yang lainnya. Setibanya di bandara Guangzhou, Bobby dan Neuman sudah menunggu di area depan terminal kedatangan. Mereka hanya berbincang singkat, kemudian langsung menuju mobil-mobil di tempat parkir terdekat. Puluhan menit terlewati, kediaman Graham yang sebelumnya sepi, mendadak terlihat ramai. Para penghuni keluar dari kamar masing-masing untuk menyambut Earlene, Chyou dan rekan-rekannya. Graham mengajak mereka berbincang selama belasan menit di ruang tamu. Kemudian, semua ang
50Diana kembali menangis ketika harus melepaskan putrinya berangkat bersama rombongan pria berkemeja putih dan celana jin hitam. Perempuan tua mengusap sudut matanya dengan saputangan krem, sambil memperhatikan punggung sang putri yang kian menjauh. Kendatipun mereka akan kembali bertemu bulan depan, Diana tetap sedih. Terutama karena dia tidak bisa ikut sibuk menyiapkan semua detail untuk pernikahan Earlene. Padahal, sejak dulu Diana sudah berandai-andai akan melakukan banyak hal, demi suksesnya pelaksanaan hari bahagia putri satu-satunya.Setelah orang terakhir dalam rombongan pimpinan Loko menghilang dari pandangan, Graham mengajak istri dan kedua putranya untuk pulang. Bobby memimpin kelompok tersebut hingga tiba di tempat khusus, di mana keempat mobil MPV beserta sopirnya telah menunggu sejak tadi. Sementara di bagian dalam bandara, Michael mendatangi kantor khusus penyewaan pesawat, untuk memastikan pesawat carteran mereka telah ditukar dengan yang berkapasitas lebih besar
51Matahari belum naik sepenggalah ketika kelompok pimpinan Michael tiba di kediaman Edward Zheung. Lelaki tua bertongkat hitam menyambut kehadiran tim Indonesia dengan senyuman lebar. Edward menyalami Wirya dan Zulfi, kemudian memeluk keduanya secara bersamaan. Mereka sempat berbincang sesaat, kemudian Edward bersalaman dengan keempat pengawal junior yang sudah dikenalnya sejak beberapa tahun silam. To Mu mengajak semua orang berpindah ke ruang keluarga yang lebih luas dibandingkan ruang tamu. Mereka menempati empat set kursi hitam berbentuk huruf L, kemudian bercakap-cakap mengenai banyak hal. Edward menanyakan tentang kejadian di Guangzhou. Dia sangat penasaran dengan orang-orang yang merupakan mata-mata dari keluarga Zhang, yang berhasil menipu keluarga Yang. "Kakek tidak paham. Kenapa Yang Grup tidak sadar telah disusupi dan dirugikan sedemikian banyak?" tanya Edward menggunakan bahasa Indonesia yang cukup fasih. Dia tidak mau menyinggung perasaan Earlene hingga memutuskan un