46Earlene terbahak seusai mendengar rekaman percakapan Jauhari dan Gwenyth kemarin malam, yang dikirimkan Miguel pada Chyou. Perempuan berambut panjang kesulitan menghentikan tawanya, karena berbagai celotehan rekan-rekan Jauhari yang mengomentari adegan dalam taksi. Chyou mengulum senyuman. Dia senang menyaksikan Earlene yang jauh lebih ceria dibandingkan saat masih menetap di Guangzhou. Chyou menyadari jika sebetulnya Earlene berkepribadian hangat dan terpaksa harus tampil serius karena tuntutan keluarga. Pria bermata sipit membandingkan cara keluarganya dan keluarga Earlene dalam metode pengasuhan anak. Chyou bersyukur karena orang tuanya berpikiran terbuka dan jarang sekali memaksakan kehendak pada Chyou serta Jianzhen. "Aku sepertinya harus sedia banyak tisu, saat bertemu dengan tim Indonesia," tutur Earlene sambil menyeka sudut matanya yang berair dengan ujung jemari. "Kenapa?" tanya Chyou. "Mereka sangat lucu. Aku pasti akan sering tertawa seperti tadi." "Hmm, ya. Miguel
47Sudut bibir Grandel melengkungkan senyuman ketika melihat sejumlah uang dalam tasnya. Pria bersetelan jas marun, baru saja mencairkan dana yang dipinjamkan Kanz alias Yusuf.Grandel menghela napas lega. Dia akhirnya bisa tenang, karena sebentar lagi semua masalahnya dengan bandar untuk akan selesai. Selain itu, Grandel juga bisa membelikan hadiah buat Yvete, untuk mengambil hati sang istri, yang belakangan bersikap dingin padanya.Pria beralis tebal menutup tas dan meletakkannya di pangkuan. Grandel mengalihkan pandangan ke luar kaca mobil untuk mengamati sekeliling. Dia sama sekali tidak menduga jika tengah diikuti beberapa orang menggunakan motor. Kala mobil Grandel berhenti di depan butik milik Yvete, pengendara motor pertama menyerempetnya hingga nyaris terjatuh. Penumpang motor turun untuk merampas tas yang dipegangi Grandel yang spontan melawan demi mempertahankan hartanya. Kedua pengawal Grandel membantu bos mereka hingga berhasil menjatuhkan penyerang. Namun, seunit moto
48Satu pesawat kecil mendarat di bandara Shenzen. Setelah pintunya terbuka, Loko dan Michael turun terlebih dahulu sambil memindai sekitar. Mereka memastikan situasi aman, kemudian memberikan kode agar Chyou dan Earlene bisa keluar. Gibson dan Cedric menjadi orang terakhir yang turun dari pesawat. Keenam orang tersebut bergegas memasuki dua mobil MPV mewah yang segera melaju menjauhi bandara. Miguel yang mengemudikan mobil pertama dengan didampingi Wirya, menjelaskan semua peristiwa di kantor Yang Grup pada Chyou dan Earlene, yang berada di kursi tengah bersama Zulfi. Sementara Yusuf dan Jauhari menempati kursi belakang sambil terus waspada. Berbeda halnya dengan mobil pertama yang percakapannya serius, mobil kedua yang dikemudikan Steve dan ditumpangi Harun, Wahyudi serta keempat pengawal Chyou, justru ricuh akibat tawa mereka yang nyaris tidak berhenti. "Jadi, yang menyerang Grandel adalah orang-orang sewaan kalian dari bandar judi?" tanya Loko, sesaat setelah tawanya menghilan
49Pesawat kecil sewaan mengudara di langit gelap. Kabin yang sebetulnya cukup luas, mendadak penuh karena kelompok Chyou dan tim Indonesia terpaksa menaiki pesawat beramai-ramai. Sebab mereka bergerak dari Shenzen sudah larut, dan tidak ada lagi penerbangan komersil yang beroperasi. Kendatipun harus duduk di lantai, Jauhari, Yusuf, Harun dan Wahyudi tetap santai. Sepanjang penerbangan, mereka berbaring dan mengikat diri ke kursi rekan-rekannya. Wahyudi sampai terlelap dan mendengkur keras hingga diprotes yang lainnya. Setibanya di bandara Guangzhou, Bobby dan Neuman sudah menunggu di area depan terminal kedatangan. Mereka hanya berbincang singkat, kemudian langsung menuju mobil-mobil di tempat parkir terdekat. Puluhan menit terlewati, kediaman Graham yang sebelumnya sepi, mendadak terlihat ramai. Para penghuni keluar dari kamar masing-masing untuk menyambut Earlene, Chyou dan rekan-rekannya. Graham mengajak mereka berbincang selama belasan menit di ruang tamu. Kemudian, semua ang
50Diana kembali menangis ketika harus melepaskan putrinya berangkat bersama rombongan pria berkemeja putih dan celana jin hitam. Perempuan tua mengusap sudut matanya dengan saputangan krem, sambil memperhatikan punggung sang putri yang kian menjauh. Kendatipun mereka akan kembali bertemu bulan depan, Diana tetap sedih. Terutama karena dia tidak bisa ikut sibuk menyiapkan semua detail untuk pernikahan Earlene. Padahal, sejak dulu Diana sudah berandai-andai akan melakukan banyak hal, demi suksesnya pelaksanaan hari bahagia putri satu-satunya.Setelah orang terakhir dalam rombongan pimpinan Loko menghilang dari pandangan, Graham mengajak istri dan kedua putranya untuk pulang. Bobby memimpin kelompok tersebut hingga tiba di tempat khusus, di mana keempat mobil MPV beserta sopirnya telah menunggu sejak tadi. Sementara di bagian dalam bandara, Michael mendatangi kantor khusus penyewaan pesawat, untuk memastikan pesawat carteran mereka telah ditukar dengan yang berkapasitas lebih besar
51Matahari belum naik sepenggalah ketika kelompok pimpinan Michael tiba di kediaman Edward Zheung. Lelaki tua bertongkat hitam menyambut kehadiran tim Indonesia dengan senyuman lebar. Edward menyalami Wirya dan Zulfi, kemudian memeluk keduanya secara bersamaan. Mereka sempat berbincang sesaat, kemudian Edward bersalaman dengan keempat pengawal junior yang sudah dikenalnya sejak beberapa tahun silam. To Mu mengajak semua orang berpindah ke ruang keluarga yang lebih luas dibandingkan ruang tamu. Mereka menempati empat set kursi hitam berbentuk huruf L, kemudian bercakap-cakap mengenai banyak hal. Edward menanyakan tentang kejadian di Guangzhou. Dia sangat penasaran dengan orang-orang yang merupakan mata-mata dari keluarga Zhang, yang berhasil menipu keluarga Yang. "Kakek tidak paham. Kenapa Yang Grup tidak sadar telah disusupi dan dirugikan sedemikian banyak?" tanya Edward menggunakan bahasa Indonesia yang cukup fasih. Dia tidak mau menyinggung perasaan Earlene hingga memutuskan un
52Langit malam masih menurunkan hujan ketika seorang pria keluar dari mobil sedan hitam bersama keempat lelaki berjaket tebal. Mereka jalan tergesa-gesa sambil menutupi kepala masing-masing dengan tas ataupun jaket. Hingga tiba di dalam gedung tujuh lantai yang terlihat lengang. Beberapa orang bertubuh besar menghadang mereka. Setelah berbincang sesaat dengan pria berkacamata, para penjaga mengizinkan tamu-tamu memasuki lift untuk menuju lantai lima. Sesampainya di lantai tersebut, mereka kembali dihadang sekelompok orang berkaus hitam. Simon kembali menjelaskan maksud kedatangan tim-nya, hingga diperbolehkan meneruskan langkah menuju ruangan di ujung lorong. Sekian menit berlalu, Simon dan Grandel telah duduk berhadapan dengan pria tua berkumis yang merupakan tangan kanan bandar judi terbesar di Guangzhou. Keduanya menunggu pria di seberang meja yang sedang mengecek jumlah uang dalam koper kecil. "Bagaimana?" tanya Grandel. Dia sudah tidak bisa lagi menunggu dan ingin segera pe
53Jalinan waktu terus bergulir. Hubungan Earlene dan Chyou berubah dingin. Semenjak perdebatan mereka tempo hari, Earlene yang marah pada Chyou, mengabaikan lelaki tersebut. Bahkan, dia tidak mau tidur sekamar. Chyou tidak mau memperburuk keadaan. Dia memutuskan untuk mengalah dan pindah ke ruang kerja. Pada semua pegawai, Chyou menjelaskan alasannya pindah adalah karena suasana hati Earlene yang memburuk. Pagi itu, Chyou terbangun dengan tubuh panas. Kepalanya berdenyut dan perut pun bergolak. Pria bertubuh jangkung bangkit dari kasur sembari meringis. Dia berdiri dan melangkah gontai ke toilet di depan kamar. Niat awal Chyou hanya membersihkan wajah seadanya, dan menuntaskan panggilan alam. Namun, perutnya tidak bisa diajak kompromi hingga semua isinya terpaksa dikeluarkan di kloset. Fadhil yang kebetulan sedang melintas, terkejut mendengar suara orang dari toilet di bawah tangga. Dia mendekati tempat itu dan mengetuk pintunya. "Koko, kenapa?" tanya Fadhil ketika pintu terbuk
124Jalinan waktu terus bergulir. Hari berganti menjadi minggu, hingga bulan terlewati dengan kecepatan maksimal. Situasi di Hong Kong, Shanghai, Guangzhou dan beberapa kota lainnya telah kembali kondusif. Tidak ada lagi perkelahian antara kelompok mafia yang tergabung dalam koalisi. Di Kota Taipei, kondisinya telah jauh lebih aman dan nyaman. Hingga warganya bisa beraktivitas dengan tenang dan santai. Tanpa perlu khawatir akan adanya perkelahian kelompok mafia lokal. Kehidupan rumah tangga Chyou dan Earlene pun kian harmonis. Mereka benar-benar menikmati kebersamaan dan nyaris tidak terpisahkan. Meskipun Chyou beberapa kali harus berangkat ke luar kota ataupun luar negeri, Earlene tetap merasa diperhatikan sekaligus dicintai. Walaupun terpisah jarak.Bila tengah berada di Kota Taipei, setiap pagi Chyou akan menemani istrinya jalan kaki mengelilingi kompleks. Pria bermata sipit kian takjub dengan kepopuleran Earlene yang selalu disapa para tetangga. Baik yang muda maupun tua, akan m
123Hari berganti hari. Waktu yang diberikan pada kelompok Mùyáng Fheng pun usai. Chyou meminta Flint untuk menghubungi Tengfei, karena hanya dia yang bisa diajak bicara dengan tenang. Tengfei mengajak bertemu nanti malam di tempat yang telah ditentukan. Namun, Flint mengubah lokasinya, karena khawatir ada jebakan menanti di tempat yang diketahuinya sebagai restoran milik kerabat Mùyáng Fheng. Tengfei menyanggupi dan berjanji untuk datang tepat waktu. Setelah menutup sambungan telepon, pria berpipi tirus memandangi kakaknya yang sedang berbincang dengan sang bos. Mùyáng Fheng telah menyetujui ketiga syarat yang diajukan pihak Aiguo. Namun, Zimo masih bersikeras untuk tidak melakukan syarat pertama. Tengfei berdebat dalam hati. Dia bimbang, antara mendukung Zimo, atau memaksa pria tersebut menyerahkan diri. Tengfei berpindah ke dekat jendela. Dia mengetikkan pesan dan mengirimkannya pada Flint. Tidak berselang lama anak tertua Fang Xie membalas pesan dengan mengirimkan nomor tele
122Dante, Jianzhen, To Mu dan Yuze memasuki ruangan besar di lantai tiga sambil merunduk untuk menghindari peluru yang ditembakkan beberapa orang lainnya. Zulfi, Yanuar dan Yoga menyusul. Bila kedua rekannya balas menembaki pihak lawan dengan pistol masing-masing, Yanuar melepaskan banyak anak panah yang berhasil melumpuhkan para penjaga. Wirya masih baku hantam dengan Jingguo. Sementara Chyou bertarung melawan Quan. Sedangkan Alvaro berhadapan dengan Kang. Dante dan yang lainnya memilih lawan masing-masing, kemudian berkelahi dengan mengeluarkan tenaga penuh. Seunit mobil MPV hitam berhenti di dekat belasan motor di halaman depan. Salman turun sambil membawa kamera beresolusi tinggi miliknya. Yanzou dan Rangga mendampingi Salman yang hendak memanjati dinding, menggunakan tali yang diulurkan Gwenyth dan Dionna dari balkon lantai dua. Rangga memanah siapa pun yang hendak mendekat. Benton yang menjadi sopir mobil tadi, bergegas turun sembari menembakkan pistolnya ke pihak lawan. C
121Sekelompok orang memasuki pekarangan sebuah vihara. Mereka bergegas menghampiri kelima anggota keluarga Bao yang sedang duduk di kursi-kursi, di tengah-tengah halaman depan. Zimo Kuang berhenti 10 meter dari para kerabatnya, tepat di garis pembatas yang telah dibuat tim PBK muda. Asisten kepercayaan Mùyáng Fheng memperhatikan sekeliling sambil menghitung jumlah orang yang menjaga tawanan. "Kupikir Chyou yang akan datang langsung. Tahunya dia hanya mengirim ajudan," ledek Zimo Kuang sambil memandangi Alvaro dan rekan-rekannya yang berada di belakang para tawanan. "Menghadapi babi sepertimu, cukup hanya kami," balas Yusuf yang berdiri di sebelah kanan Alvaro."Bahasamu kasar, Anak muda!" desis Zimo Kuang. "Tidak perlu berlaku sopan santun pada kalian. Karena bagi kami, kalian cuma sekumpulan babi bau dan jorok." "Jaga bicaramu!" Yusuf mengacungkan jari tengah kanan tangannya. "Aku tidak takut padamu." Zimo Kuang hendak maju, tetapi tangannya ditarik sang adik. Tengfei mengge
120Malam harinya, tiga unit mobil MPV hitam berhenti di depan rumah milik Paman Rebecca. Beberapa penjaga segera mendatangi mobil untuk membantu menurunkan barang-barang yang dibawa kelompok terakhir, yang akan bergabung dengan pasukan besar. Boris Dǒng keluar dari mobil pertama bersama Fernando. Keenam ajudan sang mantan mafia bergegas keluar sambil membawa beberapa koper berukuran sedang. Simon, Albern dan Noel turun dari mobil kedua bersama Haryono, Rangga dan kedua pengawal muda. Para penumpang mobil ketiga keluar dengan santai. Mereka melenggang memasuki ruang tamu dengan diikuti kedua kelompok lainnya. Dante menggertakkan gigi saat melihat kelima adiknya tiba di ruangan tersebut. Dia mengumpat pelan, sebelum memelototi pria tertinggi di keluarga Adhitama, yang telah tiba di hadapannya. "Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Dante sambil menatap sepupunya dengan tajam."Koko beraksi sendirian, aku kesal!" geram Samudra. "Betul, harusnya kita juga ikut kemarin dulu," timpal Har
119Matahari sudah menyorot ketika Chyou terbangun. Dia seketika mengaduh karena seluruh badannya sakit. Selama beberapa menit Chyou menggerak-gerakkan jemarinya sambil mengatur napas. Setelah rasa sakitnya mereda, pria berhidung mancung mengerjap-ngerjapkan mata, lalu memindai sekitar. Terlihat seorang lelaki yang tengah berbaring di sofa bed. Chyou hendak memanggil, tetapi suaranya tidak keluar. Pria berkaus putih berusaha menggerakkan bibirnya hingga berhasil berdeham. Shen spontan membuka mata, kemudian dia bangkit. Putra kedua Richard Cheung berdiri dan jalan menyambangi Kakak sepupunya yang berada di kasur besar. "Koko, mau minum?" tanya Shen yang dibalas Chyou dengan kedipan mata. Pria yang lebih muda mengambil botol minuman dari lantai..Dia membuka tutupnya, lalu mendekatkan botol agar Chyou bisa meminumnya. Sekian menit terlewati, suara Chyou telah berhasil dikeluarkan. Dia memegangi tangan Shen yang spontan memandanginya saksama. "Kita ada di mana?" tanya Chyou. "Ruma
118Loko yang masih berada di balkon, meminta Andri untuk merusak kunci pintu. Namun, usaha Andri gagal karena ada seseorang yang menembaki mereka dari jendela sisi kanan. Fajar balas menembaki orang yang tidak terlihat, sedangkan Loko dan Andri bekerjasama mendobrak pintu. Fabian mengangkat pot bunga di sudut kanan balkon, kemudian dia melemparkan benda itu sekuat tenaga hingga kaca pintu pecah. Loko melompat masuk tanpa memedulikan lengan dan kakinya tergores sisa kaca. Andri mundur sedikit, kemudian dia melompat dengan posisi tubuh miring agar tidak terkena pinggir kaca. Fabian dan ketujuh rekannya turut memasuki ruangan. Dia menerobos orang-orang di sekitar ruang tengah untuk mendatangi kamar ujung. Ketua regu pengawal Dante tersebut membuka pintu kamar sambil menunduk. Kemudian Fabian lari untuk menerjang sang penembak yang seketika gelagapan. Fabian menghentikan serangan kala menyadari bila lawannya adalah perempuan. Pria berambut cepak mundur dan hanya menangkis, saat perem
117Pesawat dari Hong Kong mendarat dengan mulus di bandara Taiwan awal malam itu. Lucas yang memimpin kelompok kecil, meminta anggotanya untuk menunggu hingga semua penumpang lainnya turun. Setelah orang terakhir keluar dari pesawat, Lucas mengajak kelompoknya jalan ke pintu. Pria bermata sipit memegangi lengan kanan Ying dan menuntun bibinya dengan hati-hati.Sekian menit terlewati, kelompok tersebut telah berada di tempat pengambilan bagasi. Lucas meminta kedua ajudannya untuk memindahkan semua barang ke troli. Sementara dia dan kedua pengawal lainnya menjaga ketiga perempuan dan dua bocah laki-laki. Putra tertua Gui Xie ikut membantu Lucas memindai sekitar. Dia menyipitkan mata saat melihat sekelompok laki-laki yang sejak tadi mengamati mereka dari dekat pintu menuju toilet. "Paman, coba perhatikan sekelompok orang di sana," tutur Honghui sembari mengarahkan dagunya ke kanan. Lucas tidak langsung menoleh, melainkan berpura-pura merapikan kancing kemeja sang keponakan yang bada
116Benton terkejut ketika sekelompok orang memasuki ruang perawatannya malam itu. Pria berkumis tipis hendak turun dari ranjang, tetapi dicegah Jacob yang langsung menyambangi dan memeluknya erat. Benton mengurai pelukan seraya tersenyum. Dia senang bisa bertemu kembali dengan tangan kanan Flint Xie, yang memang cukup dekat dengannya selama beberapa tahun terakhir. Anak ketiga Fang Xie menyalami Chyou yang datang bersama ketiga adiknya, dan beberapa orang yang dikenali Benton sebagai kerabat keluarga Cheung dan Zheung. Donnel dan Scott bergegas menyiapkan kursi-kursi agar semua tamu bisa duduk. Kemudian mereka keluar untuk bergabung dengan ketiga rekannya, dan tim Loko. Benton dan Jacob berbincang mengenai keadaan masing-masing. Jason turut menimpali dengan beberapa informasi yang tidak diketahui keduanya. "Aku tidak menduga, jika kedua asisten Mùyáng Fheng yang menjadi otak pelaku kericuhan di banyak tempat," tutur Benton. "Saya pikir, mereka memanfaatkan celah runtuhnya kekua