Mengikuti apa yang Galih inginkan, saat tangan Galih menarik Tania menghadapnya, membuka pakaian yang Tania gunakan. Tania baru menyadari saat ini Galih hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya, menarik dagu Tania dengan melumat bibirnya lembut, terkejut dengan apa yang Galih lakukan membuat Tania hanya bisa diam dan tidak membalasnya. Gerakan bibir Galih membuat Tania melakukan hal yang sama, membalas ciuman dan lumatan yang Galih lakukan, saat ini mereka memainkan lidahnya dalam mulut masing-masing.
Tangan Tania melingkar di leher Galih membuat ciuman mereka semakin dalam, melepaskan ciuman membuat mereka saling menatap satu sama lain. Galih mengangkat tubuh Tania agar berdiri, membuka pakaiannya pelan sampai akhirnya hanya menggunakan pakaian dalam. Galih mengajak Tania ke ranjang, membaringkannya di ranjang dengan pelan dan kembali melumat bibirnya dengan kasar.Tangan Galih tidak tinggal diam memberikan gerakan lembut pada payudara Tania, mePernyataan atau pengakuan Wijaya membuat Tania diam, tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Selama ini dirinya menganggap Wijaya adalah pria tanpa cela, tidak mungkin mengkhianati istrinya meskipun tanpa cinta, hubungan harmonis yang terlihat tidak selamanya tampak baik-baik saja. Dalam benak Tania para pria semua saja, tidak jauh berbeda dengan pria pada umumnya.Lama mereka terdiam, Wijaya menanti reaksi Tania yang hanya diam dan tidak tahu apa didalam isi kepalanya saat ini. Tangan Wijaya saling bertautan satu sama lain, takut dengan reaksi Tania padahal selama ini dirinya menyembunyikan ini semua dengan sangat rapi dan tidak peduli jika nantinya Vita tahu, tapi Tania benar-benar berbeda dimana rasa takut kehilangan benar-benar besar.“Lalu kenapa kamu nggak pernah cerita sama almarhumah? Apa kamu menyembunyikan ini dihadapan almarhumah? Wanita yang merawat Via dengan baik, lalu kenapa sekarang terbuka sama aku? Aku bukan orang penting di masa lalumu, sehar
Mempunyai satu rahasia yang lain, rahasia yang tidak diketahui banyak orang terutama Tania. Dahulu, Bobby tahu tentang apa yang terjadi pada dirinya dengan Helen. Saat ini tidak ada satupun yang tahu tentang ini, hubungan gilanya dengan mahasiswi yang menggunakan pakaian tertutup. Sebelum dengan mahasiswi yang bernama Aisah, Wijaya berkenalan dengan sahabatnya Anisa. Mereka berdua jelas berbeda, Anisa lebih agresif dibandingkan Aisah, tapi ternyata salah Wijaya mendapatkan kepuasan dari Aisah.Wijaya bukan tidak puas dengan Tania, sangat puas karena Tania bisa mengimbanginya dalam hubungan intim, tapi godaan yang Aisah lakukan tidak bisa dirinya hindari sama sekali. Wanita muda ini lebih berani dibandingkan kedua putrinya, Aisah benar-benar bisa mengimbangi dirinya yang tua ini. Hubungan mereka terjalin sebelum Wijaya bertemu dengan Tania, wanita yang sudah benar-benar mengubah hidupnya menjadi lebih hidup dengan anak-anak yang lucu.Kejadian itu benar-benar ti
“Sayang, mau sampai kapan marahnya?” Tania mendekati Wijaya yang duduk disalah satu kursi menghadap pemandangan kota.Mereka berdua memutuskan ke apartement tempat mereka berdua melakukan hal gila, Lucas dititipkan pada Via yang ingin belajar merawat anak kecil. Kandungan Tania sendiri sudah berjalan mendekati lima bulan, mereka memutuskan bulan madu kecil-kecilan di apartement ini.“Kamu nggak lihat aku lagi apa?” Tania berdiri dihadapan Wijaya dengan tubuh telanjangnya.“Shit! Kamu selalu membuatku tidak pernah bisa marah.” Wijaya menarik Tania duduk di pangkuannya dan langsung menarik payudaranya untuk dihisap dan dijilat, jemari Wijaya berada di belahan vagina Tania dengan bergerak didalamnya. Tangan Tania meremas rambut Wijaya atas apa yang dilakukannya, mendorong kepala Wijaya membuat hisapan pada payudaranya terlepas. Memilih berdiri dan membuka pintu balkon membuat udara luar langsung masuk kedalam, berjalan sambil menggoyangkan b
“Kenapa di dorong?” Wijaya menatap bingung kearah Tania.“Kamu nggak ingat Lucas bilang apa tadi?” Wijaya terdiam dan menggelengkan kepalanya “Jangan disini kalau mau begituan.”“Terus dimana? Kita melarikan diri lagi ke apartemen?” pukulan ringan Tania berikan pada Wijaya di lengannya dan hampir saja teriak jika Tania tidak memberikan tatapan tajam. “Pertanyaanku benar, memang mau dimana?”“Jangan disini, kamu juga harus jaga tu burung biar bisa tahan diri.” Tania menatap tajam pada penis Wijaya yang langsung di tutupi dengan tangan.Menggelengkan kepalanya, reaksi Wijaya memang sangat drama. Langkah Tania membuat Wijaya langsung beranjak dari ranjang, mengikuti dalam diam dan tidak lupa menutup pintu kamar mereka. Wijaya hanya diam mengikuti kemana langkah Tania, hampir saja teriak saat Tania membuka pintu kamar tamu, dalam bayangannya adalah mereka akan memasuki ruang kerja dan ternyata salah dimana pilihannya adalah kamar tamu.
Wijaya menatap Tania berkedip beberapa kali, tatapan yang membuat Tania semakin bingung dibuatnya. Dirinya tersadar jika tadi membayangkan Aisah, wanita muda yang sekarang sudah bahagia dengan cintanya atau mantan kakak iparnya. “Kita pulang?” tanya Wijaya mengalihkan perhatian Tania.“Maunya, tapi Via kasihan belum bisa apa-apa.” Tania menggelengkan kepalanya lemah.“Anak-anak pasti paham.” Wijaya menenangkan Tania.“Kamu pasti sudah bilang aneh-aneh? Abang tu terutama yang sering kamu racuni.” Tania menatap malas pada Wijaya, pria ini selalu suka berbicara hal aneh dengan anak-anak.“Kok racuni? Salah aku bicara sama anak-anak?”Tania memutar bola matanya melihat drama yang akan Wijaya lakukan, menggelengkan kepala meninggalkan Wijaya seorang diri. Langkahnya menuju ke kamar kembar, kata-katanya memang benar dimana kembar dan Via belum bisa dilepas. Pekerjaan Wijaya bisa melakukannya disini, bersama dengan Bima dan
Tania memutuskan menghentikan semua alat-alat pencegah kehamilan, memang dirinya tidak memasang kontrasepsi tapi bukan berarti tidak membuat persiapan agar tidak hamil terlebih dahulu. Melihat ketiga anak-anaknya sudah siap untuk memiliki adik baru lagi, keputusannya bulat dengan memberikan mereka adik baru dan semua itu tanpa sepengetahuan Wijaya.Menatap penampilannya depan kaca kamar mandi, tersenyum puas tidak lupa memberikan parfum di seluruh tubuhnya. Membuka pintu kamar mandi mendapati Wijaya masih sibuk dengan ponsel di tangannya, Tania mengajak Wijaya ke apartemen tempat pertama mereka melakukan setelah dari pertemuannya dengan Galih, apartemen yang dibeli atas nama Tania dan telah menjadi hak miliknya.Melangkah dengan pelan, tidak mengeluarkan suara sama sekali. Jaraknya semakin dekat yang tidak disadari sama sekali oleh Wijaya, tangannya mengambil ponsel yang dipegang Wijaya membuatnya mengangkat kepala menatap Tania. Tatapannya langsung berubah men
Menatap tidak percaya pada testpack yang dipegang, Wijaya memiliki benih yang luar biasa membuat dirinya cepat sekali hamil. Tania melangkah keluar dari kamar mandi, mendapati Wijaya masih tidur dengan nyenyak, langkahnya terhenti saat mengingat Tania juga melakukan hubungan intim dengan Rifat.“Tidak mungkin.” Tania memegang perutnya sambil menggelengkan kepalanya. “Ini anak kami berdua bukan dia.” Melangkah dengan penuh keyakinan, sekali lagi menghentikan langkahnya. Hembusan nafas panjang dan kasar dikeluarkannya, membawa alat itu untuk masuk kedalam tas. Tania akan pergi ke dokter kandungan mereka sendirian nanti, menatap Wijaya yang masih lelap dalam tidurnya setelah olahraga panas mereka semalam, melangkah kearahnya dan membelai rambut Wijaya pelan membuatnya bergerak dengan membuka matanya sedikit.“Kamu sudah cantik aja, mau kemana?” tanya Wijaya dengan suara serak khas bangun tidur.“Anak-anak sekolah pastinya butuh diantar dan m
Tidak ingin berdebat lagi Rifat memilih mengikuti apa yang Tania katakan, rumah sakit terdekat pastinya berhubungan tentang sesuatu pada diri Tania. Pikirannya bermacam-macam tentang kesehatan Tania, melihat dari kaca untuk melihat keadaan sebenanya.“Fokus sama nyetir.” Tania berkata dengan nada datar.“Aku takut terjadi sesuatu dengan kamu.” Rifat berkata atas apa yang ada didalam pikirannya.“Nggak usah sok khawatir, kita tidak ada hubungan apapun.” Rifat menganggukkan kepalanya “Memang benar, tidak perlu memiliki hubungan apapun untuk bisa hubungan intim di ranjang.” “Itu rahasia kita.” Tania menatap tajam pada Rifat.“Apa kamu yakin kalau semua baik-baik saja?” tanya Rifat mengalah dengan semua emosi Tania “Maksudnya kita melakukan hubungan intim bisa dikatakan beberapa kali...”“Tidak sering hanya dua kali.” Tania memotong perkataan Rifat “Memang kenapa? Kamu berharap aku hamil? Nggak semudah itu bi