“Jadi kita tidak perlu mencari tahu tentang Mona lagi?” tanya Rifat setelah membaca surat yang Tania bawa.
“Memang ketemu?” tanya Tania penasaran.“Menurutmu?” tanya Rifat malas.“Wow...hebat banget kamu!” Tania menepuk lengan Rifat pelan dengan bangga “Aku sudah bilang ke Wijaya kalau menolak semua rencana dia tentang kita.”Rifat menganggukkan kepalanya “Aku terserah apa katamu.”“Apa kamu nggak lebih baik mencari wanita lain?” tanya Tania hati-hati.“Melihat kamu sedih pas aku menikah sama dia? No! Aku tidak akan melakukan hal itu, aku akan menunggu dan bisa jadi kita tidak akan bersatu sama sekali, setidaknya Rey ada di tengah-tengah kita.”Tania tidak bisa mengatakan apapun, hidup mati seseorang tidak bisa ditebak sama sekali. Meninggalkan Wijaya dengan kondisi sakit seperti saat ini jelas tidak akan dilakukannya, beda cerita jika Mona ada disamping pria itu, tapi nyatanya wanita itu hanya menginginkaTania menatap cincin yang baru dipasangkan Yudi di jari tangannya, senyum tidak lepas dari bibirnya. Pernikahan mereka memang sangat sederhana, Tania tahu kalau keluarga Yudi tidak menyukainya dan tidak masalah dengan pernikahan ini secara terpaksa. Tania tidak peduli yang terpenting adalah mereka saling mencintai, menikah dengan pria yang telah bersama sejak masa sekolah membuat Tania sangat bahagia. Yudi sangat mengenal Tania dengan sangat baik, selama mereka bersama tidak pernah Yudi merusaknya. Mereka melakukan pertama kali saat Yudi lulus menjadi dokter, Tania memberikan hadiah pada Yudi kehormatannya. Mereka melakukan pertama kali saat liburan bersama, di tempat itu juga Yudi melamar Tania dan itu adalah momen yang tidak terlupakan bagi dirinya. Mereka saling mencintai dan akan hidup selama-lamanya bersama, Tania sangat mencintai Yudi begitu juga sebaliknya, tidak ada hal yang membahagiakan selain pernikahan ini.“Kamu tersenyum saja dari tadi.” Yudi menatap Tania sambil mengge
Tania menyadari Yudi masih belum bisa mengambil cuti atau berbuat seenaknya di pekerjaan, cita-citanya ingin menjadi professor di rumah sakit pastinya membutuhkan dukungan lebih dan Tania hanya bisa mendukung apa yang menjadi keinginan dari Yudi, apalagi sekarang statusnya adalah sebagai istri “Kamu mikirin apa?” Tania terkejut dengan kedatangan Yudi yang tiba-tiba.“Sudah pulang?” menatap curiga pada Yudi yang hanya tersenyum.“Aku merindukanmu.” Yudi menarik Tania dengan melumat bibirnya kasar.Pembicaraan selama di rumahnya mengenai pernikahannya dengan Tania membuat Yudi menahan emosinya, dibandingkan Ella pastinya Tania lebih dari segala-segalanya. Tania bisa memuaskannya dan tahu apa yang diinginkannya tanpa berbicara, ciuman mereka semakin dalam dan tangan Yudi sudah berada di bukit kembarnya memberikan remasan pelan, bibir Yudi berada di lehernya memberikan gigitan kecil sebagai tanda kepemilikan. Mereka bergerak semakin cepat membuat Yudi tidak lama lagi akan mencapai klima
Rutinitas Tania pastinya berubah dari yang single menjadi menikah, praktek dan jadwal Yudi tidak bisa di prediksi sama sekali. Yudi sendiri selalu meluangkan waktu untuk menjemput Tania, apabila tidak ada pasien darurat. Tania memahami kesibukan Yudi saat ini, bagaimanapun semua demi masa depan bersama.“Kalau begini terus kapan hamilnya?” Mira memberikan tatapan menggoda pada Tania.Tania hanya menggelengkan kepala mendengar godaan dari partner kerjanya, Mira dan dirinya memang dekat semenjak masuk di perusahaan. Bekerja di marketing perusahaan ini membuat mereka harus siap dengan tugas luar kota dan sejauh ini Tania tidak ada masalah mengenai ijin dari Yudi. Tania bahagia pernikahannya dengan Yudi sesuai dengan bayangan dan impiannya, menikah dengan pria yang mencintai dan dicintai olehnya.“Memang kalian nggak ada rencana punya anak?” tanya Mira ingin tahu.“Kami nggak pernah menunda atau pembicaraan kearah sana, lagian hubungan ranjang kami baik-baik saja. Lagian kenapa lo yang ke
Tania menatap tidak percaya pada atasannya, Rara. Baru saja memberikan informasi jika dirinya harus menghadapi pimpinan mereka yang tidak lain adalah Galih. Rara mengatakan jika Galih menginginkan dirinya memegang proyek ini, menemani salah satu perusahaan untuk ditemuinya bersama dengan Galih.“Memang harus saya, Bu?” tanya Tania yang diangguki Rara.“Pak Galih maunya kamu.” Rara menjawab sambil lalu.“Masih banyak yang lebih bagus dari saya.” Tania memberikan alasan yang masuk akal.“Kalau mau nolak kamu langsung bicara sama beliau, saya nggak berani.” Rara menatap Tania tajam yang akhirnya hanya bisa mengikuti permintaan atasannya itu “Kamu pelajari dan siap-siap kalau suatu saat Pak Galih meminta kamu menemani dia.”“Menemani?” Tania menatap ragu.“Jangan mikir yang nggak-nggak, kamu pasti dengerin gosip diluar sana.” Rara mengatakan dengan memutar bola matanya malas “Kamu jangan terlalu percaya sama gosip.”“Bukan begitu, hanya saja menemani disini saya menemani dimana?” tanya Ta
Perasaan berbeda yang dirasakan Tania saat berhubungan ranjang dengan Yudi, ada sesuatu yang disembunyikan dan Tania tidak tahu apa. Ekspresi wajahnya terlihat kesal, ingin rasanya bertanya tapi sekali lagi hanya diam dan memeluk Yudi. Sekali lagi merasakan perbedaan saat mereka berpelukan, Yudi memeluk dirinya erat seakan tidak ingin lepas darinya dan membuat tangan Tania membelai pelan punggung Yudi seakan ingin menenangkannya.“Kamu jadi dinas malam ini?” tanya Tania membuka suara diantara keheningan mereka.Yudi menganggukkan kepala diantara tengkuk lehernya “Kamu akan baik-baik saja disini?”“Aku pemberani lagian udah lama ditinggal sendiri kalau malam juga nggak ada apa-apa.” Tania melepaskan pelukan mereka dan membuat tatapan mereka bertemu “Ada yang kamu simpan dariku?”Yudi membelalakkan matanya, tidak menyangka Tania bisa langsung tahu “Apa yang aku sembunyikan dari kamu? Jangan aneh-aneh mikirnya.”Yudi memilih beranjak dari tempatnya dengan melangkah ke kamar mandi, tidak
Memasuki ruangannya dimana tampak kosong, sedikit bersyukur setidaknya tidak ada yang bertanya mengenai keadaan dirinya yang lelah. Tania benar-benar tidak menyangka Galih melakukan hal gila itu, bahkan dirinya menikmati apa yang Galih lakukan, mengusap wajahnya dengan kedua tangan secara kasar. Tidak tahu harus berbuat apa nanti saat bersama dengan Yudi, dirinya sudah mengkhianati pernikahan dengan melakukan hal gila. Hal gila yang pastinya akan membuat rumah tangganya berantakan, menggelengkan kepalanya agar Yudi tidak mengetahui ini semua atau tidak perlu tahu, setidaknya biarkan ini menjadi rahasia dirinya dengan Galih. “Lo kenapa?” tanya Mira yang sudah ada disamping Tania. Terkejut dengan pertanyaan dan juga sentuhan yang Mira lakukan, menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya tersenyum. Tania tidak mau orang lain tahu mengenai kejadiannya bersama dengan Galih, takut mereka akan menilai dirinya buruk karena dengan mudah masuk kedalam permainan yang Galih lakukan, gosip sela
Yudi berangkat sangat pagi sebelum subuh, Tania menyiapkan semua kebutuhannya dan telah mengatakan jika dirinya akan keluar kota. Memastikan barang-barangnya telah masuk semua, baru setelahnya memutuskan keluar dari rumah dengan langsung menuju kantor menggunakan kendaraan online.“Pak Galih telah menunggu,” ucap Vian tepat setelah Tania keluar dari mobil dan langsung membawa tasnya kedalam mobil lain.Tania mengikutinya, tubuhnya membeku saat mendapati Galih sudah berada di kursi pengemudi, mencoba bersikap tenang dengan memasuki kursi belakang. Langkah Tania terhenti saat Vian memegang tangannya dan meminta Tania masuk di depan, hembusan nafas panjang membuat Tania melakukan permintaan Vian.“Pak Vian ikut?” Tania menatap Vian yang masih berada di tempatnya.Vian menggelengkan kepalanya “Saya harus menyelesaikan yang lain.”“Jadi saya hanya berdua?” tanya Tania dengan rasa takut.Vian tersenyum dan mengangguk pelan, “langsung naik biar Pak Galih tidak marah.” Tania membelalakkan ma
Tertidur setelah apa yang mereka lakukan, bahkan Tania tidak mendengarkan kata-kata Galih tentang memuaskan pria. Terbangun dengan keadaan lelah, tidak tahu berapa lama mereka melakukan kegiatan panas, menatap sekitar dimana Galih berada di ujung sedang membuka laptopnya. Tania melihat itu menjadi merasa bersalah, seharusnya dirinya bekerja bukan tidur seperti ini, menutupi tubuhnya untuk ke kamar mandi membersihkan dirinya.“Istirahat saja, waktu kita masih lama,” ucap Galih tanpa menatap Tania membuat langkahnya terhenti.“Aku harus kerja, nggak mungkin membiarkan kamu bekerja seorang diri.” Tania membela dirinya membuat Galih menatap kearahnya.“Kamu bekerjanya nanti malam, memuaskan pria itu.”“Maksudnya?” tanya Tania bingung mencoba memahami apa yang terjadi “Pria siapa? Memuaskan yang bagaimana?”“Istirahat saja karena pria ini sangat sulit untuk ditaklukkan.” Galih