Tania menyadari Yudi masih belum bisa mengambil cuti atau berbuat seenaknya di pekerjaan, cita-citanya ingin menjadi professor di rumah sakit pastinya membutuhkan dukungan lebih dan Tania hanya bisa mendukung apa yang menjadi keinginan dari Yudi, apalagi sekarang statusnya adalah sebagai istri
“Kamu mikirin apa?” Tania terkejut dengan kedatangan Yudi yang tiba-tiba.“Sudah pulang?” menatap curiga pada Yudi yang hanya tersenyum.“Aku merindukanmu.” Yudi menarik Tania dengan melumat bibirnya kasar.Pembicaraan selama di rumahnya mengenai pernikahannya dengan Tania membuat Yudi menahan emosinya, dibandingkan Ella pastinya Tania lebih dari segala-segalanya. Tania bisa memuaskannya dan tahu apa yang diinginkannya tanpa berbicara, ciuman mereka semakin dalam dan tangan Yudi sudah berada di bukit kembarnya memberikan remasan pelan, bibir Yudi berada di lehernya memberikan gigitan kecil sebagai tanda kepemilikan. Mereka bergerak semakin cepat membuat Yudi tidak lama lagi akan mencapai klimaksnya, bersamaan dengan Tania yang juga mencapai klimaks.“Kamu selalu luar biasa.” Yudi mencium bibir Tania pelan sebelum melepaskan penyatuan mereka.Tania mengambil bantal dan meletakkannya dibawah bokong, berharap akan tumbuh buah cinta mereka berdua. Membelai perutnya perlahan dengan memberikan doa, tidak menyadari pintu kamar mandi terbuka dengan ponsel di telinga Yudi, Tania menatap dalam diam apa yang terjadi pada suaminya.“Sayang, maafkan aku.” Yudi menatap Tania dengan tatapan penyesalan.Tania beranjak dan menarik selimut menutupi tubuh tanpa busananya, “ada apa memang?”“Aku harus kembali ke rumah sakit, professor memberi kabar kalau pasien yang baru selesai operasi kemarin harus dipantau. Padahal selama ini tidak seperti ini, tapi aku nggak tahu kenapa hanya saja kondisi pasiennya tadi memang sudah cukup mengkhawatirkan.” Yudi mengatakannya dengan wajah khawatir dan ketakutan.“Pergilah, itu kan tugas kamu.” Tania mengatakan dengan suara lembutnya membuat Yudi menatap tidak percaya, “kamu harus memantau pasien dan apa yang kamu lakukan ini adalah tugasmu, banyak hal yang harus kamu pelajari biar bisa menjadi professor atau doktor di rumah sakit.”“Kamu nggak melarang atau marah?” Yudi menatap terkejut membuat Tania hanya menggelengkan kepala, “ini malam kita berdua dan aku sudah diluar jam kerja.”Tania mengangkat alisnya “Lalu kenapa? Masih banyak malam yang akan kita nikmati bersama dan itu bukan sekarang, bagi aku cita-citamu jauh lebih penting dan tunjukkan pada keluargamu kalau kamu bisa tanpa bantuan mereka.” Tania mengatakannya dengan senyum lebar membuat Yudi merasakan perasaan bersalah.Hembusan nafas terdengar “Baiklah, kamu hati-hati dirumah. Aku akan berusaha dengan cepat sampai rumah, jangan telat makan dan minum vitaminmu.”“Aku sudah mulai bekerja kalau kamu lupa, jadi kita bertemu besok malam.” Tania memperingatkan Yudi yang hanya mengangguk “Sudah sana kasihan sama pasiennya.”Yudi mencium bibir Tania, memasuki kamar mandi lagi untuk membersihkan dirinya dari aroma Tania. Dalam kamar mandi Yudi langsung memberi kabar jika dirinya akan sampai tidak lama lagi, melihat reaksi Tania membuat satu sudut di hatinya merasakan sakit. Tania yang menemani dirinya sampai sejauh ini, janjinya akan menikah dengannya akhirnya terwujud dan saat ini keluarganya menunggu kapan bisa membuang Tania.Cara yang mereka lakukan adalah dengan membuat nama Tania menjadi buruk, Yudi benar-benar tidak siap dengan semua itu. Memberikan obat pencegah kehamilan saja sudah membuatnya merasa bersalah, membohongi Tania dengan mengatakan jika itu adalah vitamin. Demi apapun Yudi menginginkan melihat anak mereka berdua, tapi sekali lagi perjanjian sudah dibuat membuat Yudi harus mengikutinya.Tania yang berada diluar menyiapkan segala keperluan Yudi, menatap apa saja yang dibutuhkan dan saat semuanya masuk semua membuat bibirnya tersenyum lebar. Tidak menyadari jika Yudi berdiri membeku menatap apa yang Tania lakukan, hatinya merasakan sakit setiap kali melihat Tania melayani dirinya dengan sangat baik. Hal yang tidak pernah didapatnya saat bersama istrinya yang lain dirumah, saat disana Yudi seakan menjadi robot dan pembantu bukan kepala keluarga.“Kamu menyiapkan semuanya?” tanya Yudi saat melihat Tania membalikkan badannya.Tania mengangguk pelan, “aku hanya menyiapkan baju ganti, barangkali nanti kotor disana.”Yudi menarik Tania kedalam pelukannya, “kamu nggak harus melakukan itu, aku bisa melakukannya sendiri.”Tania tersenyum dalam pelukan Yudi “Kamu adalah suamiku jadinya harus melayaninya.”Yudi membelai rambut Tania pelan “kalau begitu aku berangkat, kamu hati-hati di rumah sendiri.”“Aku pemberani.” Tania melepaskan pelukan dan memberikan senyum lebarnya. “Sudah sana berangkat nanti terlambat.”Tania mengantarkan Yudi sampai pintu depan, setelah memastikan Yudi keluar langsung menguci pintu rumah. Tidak ingin berpikir negatif membuat Tania membersihkan dirinya setelah apa yang mereka berdua lakukan, pengorbanan dengan mendukung Yudi sepenuhnya dalam mencapai cita-citanya akan Tania lakukan dengan maksimal. Menunjukkan pada orang tua Yudi jika mereka mampu hidup tanpa bantuan dari mereka, juga menunjukkan Yudi bisa mencapai cita-citanya tanpa uang dari mereka.“Mau sampai kapan kamu berlaku seperti ini? Kamu harus menceraikan dia secepatnya.” Yudi menatap papanya malas.“Aku bilang kalau Ella hamil aku akan menceraikan Tania.” Yudi menahan emosi dihadapan mereka semua.“Bagaimana kamu menceraikan dia?” tanya Ella dengan tatapan meremehkan.“Aku akan mencari cara.” Yudi mengatakan langsung, walaupun sebenarnya dia belum memiliki alasan masuk akal untuk bercerai dengan Tania.“Buat dia jadi wanita nakal sesuai dengan perjanjian kita.” Ella berkata dengan nada datar.Yudi menatap tidak percaya dengan semua yang ada dihadapannya, perasaan kesal yang tidak bisa dia lampiaskan membuatnya harus menahan ini seorang diri. Jauh di lubuk hatinya terdalam, tidak mau dirinya melakukan hal gila itu pada Tania, wanita yang selalu ada di dalam hatinya dan menyemangatinya.“Dia itu bodoh, percaya aja kalau kamu kerja. Tapi nggak salah juga karena kamu kerja untuk memuaskanku.”Rutinitas Tania pastinya berubah dari yang single menjadi menikah, praktek dan jadwal Yudi tidak bisa di prediksi sama sekali. Yudi sendiri selalu meluangkan waktu untuk menjemput Tania, apabila tidak ada pasien darurat. Tania memahami kesibukan Yudi saat ini, bagaimanapun semua demi masa depan bersama.“Kalau begini terus kapan hamilnya?” Mira memberikan tatapan menggoda pada Tania.Tania hanya menggelengkan kepala mendengar godaan dari partner kerjanya, Mira dan dirinya memang dekat semenjak masuk di perusahaan. Bekerja di marketing perusahaan ini membuat mereka harus siap dengan tugas luar kota dan sejauh ini Tania tidak ada masalah mengenai ijin dari Yudi. Tania bahagia pernikahannya dengan Yudi sesuai dengan bayangan dan impiannya, menikah dengan pria yang mencintai dan dicintai olehnya.“Memang kalian nggak ada rencana punya anak?” tanya Mira ingin tahu.“Kami nggak pernah menunda atau pembicaraan kearah sana, lagian hubungan ranjang kami baik-baik saja. Lagian kenapa lo yang ke
Tania menatap tidak percaya pada atasannya, Rara. Baru saja memberikan informasi jika dirinya harus menghadapi pimpinan mereka yang tidak lain adalah Galih. Rara mengatakan jika Galih menginginkan dirinya memegang proyek ini, menemani salah satu perusahaan untuk ditemuinya bersama dengan Galih.“Memang harus saya, Bu?” tanya Tania yang diangguki Rara.“Pak Galih maunya kamu.” Rara menjawab sambil lalu.“Masih banyak yang lebih bagus dari saya.” Tania memberikan alasan yang masuk akal.“Kalau mau nolak kamu langsung bicara sama beliau, saya nggak berani.” Rara menatap Tania tajam yang akhirnya hanya bisa mengikuti permintaan atasannya itu “Kamu pelajari dan siap-siap kalau suatu saat Pak Galih meminta kamu menemani dia.”“Menemani?” Tania menatap ragu.“Jangan mikir yang nggak-nggak, kamu pasti dengerin gosip diluar sana.” Rara mengatakan dengan memutar bola matanya malas “Kamu jangan terlalu percaya sama gosip.”“Bukan begitu, hanya saja menemani disini saya menemani dimana?” tanya Ta
Perasaan berbeda yang dirasakan Tania saat berhubungan ranjang dengan Yudi, ada sesuatu yang disembunyikan dan Tania tidak tahu apa. Ekspresi wajahnya terlihat kesal, ingin rasanya bertanya tapi sekali lagi hanya diam dan memeluk Yudi. Sekali lagi merasakan perbedaan saat mereka berpelukan, Yudi memeluk dirinya erat seakan tidak ingin lepas darinya dan membuat tangan Tania membelai pelan punggung Yudi seakan ingin menenangkannya.“Kamu jadi dinas malam ini?” tanya Tania membuka suara diantara keheningan mereka.Yudi menganggukkan kepala diantara tengkuk lehernya “Kamu akan baik-baik saja disini?”“Aku pemberani lagian udah lama ditinggal sendiri kalau malam juga nggak ada apa-apa.” Tania melepaskan pelukan mereka dan membuat tatapan mereka bertemu “Ada yang kamu simpan dariku?”Yudi membelalakkan matanya, tidak menyangka Tania bisa langsung tahu “Apa yang aku sembunyikan dari kamu? Jangan aneh-aneh mikirnya.”Yudi memilih beranjak dari tempatnya dengan melangkah ke kamar mandi, tidak
Memasuki ruangannya dimana tampak kosong, sedikit bersyukur setidaknya tidak ada yang bertanya mengenai keadaan dirinya yang lelah. Tania benar-benar tidak menyangka Galih melakukan hal gila itu, bahkan dirinya menikmati apa yang Galih lakukan, mengusap wajahnya dengan kedua tangan secara kasar. Tidak tahu harus berbuat apa nanti saat bersama dengan Yudi, dirinya sudah mengkhianati pernikahan dengan melakukan hal gila. Hal gila yang pastinya akan membuat rumah tangganya berantakan, menggelengkan kepalanya agar Yudi tidak mengetahui ini semua atau tidak perlu tahu, setidaknya biarkan ini menjadi rahasia dirinya dengan Galih. “Lo kenapa?” tanya Mira yang sudah ada disamping Tania. Terkejut dengan pertanyaan dan juga sentuhan yang Mira lakukan, menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya tersenyum. Tania tidak mau orang lain tahu mengenai kejadiannya bersama dengan Galih, takut mereka akan menilai dirinya buruk karena dengan mudah masuk kedalam permainan yang Galih lakukan, gosip sela
Yudi berangkat sangat pagi sebelum subuh, Tania menyiapkan semua kebutuhannya dan telah mengatakan jika dirinya akan keluar kota. Memastikan barang-barangnya telah masuk semua, baru setelahnya memutuskan keluar dari rumah dengan langsung menuju kantor menggunakan kendaraan online.“Pak Galih telah menunggu,” ucap Vian tepat setelah Tania keluar dari mobil dan langsung membawa tasnya kedalam mobil lain.Tania mengikutinya, tubuhnya membeku saat mendapati Galih sudah berada di kursi pengemudi, mencoba bersikap tenang dengan memasuki kursi belakang. Langkah Tania terhenti saat Vian memegang tangannya dan meminta Tania masuk di depan, hembusan nafas panjang membuat Tania melakukan permintaan Vian.“Pak Vian ikut?” Tania menatap Vian yang masih berada di tempatnya.Vian menggelengkan kepalanya “Saya harus menyelesaikan yang lain.”“Jadi saya hanya berdua?” tanya Tania dengan rasa takut.Vian tersenyum dan mengangguk pelan, “langsung naik biar Pak Galih tidak marah.” Tania membelalakkan ma
Tertidur setelah apa yang mereka lakukan, bahkan Tania tidak mendengarkan kata-kata Galih tentang memuaskan pria. Terbangun dengan keadaan lelah, tidak tahu berapa lama mereka melakukan kegiatan panas, menatap sekitar dimana Galih berada di ujung sedang membuka laptopnya. Tania melihat itu menjadi merasa bersalah, seharusnya dirinya bekerja bukan tidur seperti ini, menutupi tubuhnya untuk ke kamar mandi membersihkan dirinya.“Istirahat saja, waktu kita masih lama,” ucap Galih tanpa menatap Tania membuat langkahnya terhenti.“Aku harus kerja, nggak mungkin membiarkan kamu bekerja seorang diri.” Tania membela dirinya membuat Galih menatap kearahnya.“Kamu bekerjanya nanti malam, memuaskan pria itu.”“Maksudnya?” tanya Tania bingung mencoba memahami apa yang terjadi “Pria siapa? Memuaskan yang bagaimana?”“Istirahat saja karena pria ini sangat sulit untuk ditaklukkan.” Galih
Pernikahan Tania dengan Wijaya menjadi bahan pembicaraan banyak pihak, semua orang tahu siapa mereka berdua. Tania yang merupakan menantu dari dokter secara tiba-tiba menikah dengan pria yang memiliki usia jauh diatas dirinya, perbedaan usia yang sangat jauh membuat banyak pihak beranggapan Tania hanya menginginkan uangnya. Perkataan mereka tidak akan dibantah sama sekali oleh Tania, wanita atau semua orang membutuhkan uang dan Tania mendapatkannya dengan menikahi Wijaya yang usianya hampir sama dengan ayahnya, mereka memiliki usia perbedaan hampir dua puluh tahun.“Masih memikirkan berita itu?” tanya Wijaya keluar dari kamar mandi.Tania baru menyadari satu hal jika pria tua ini memiliki gairah yang sangat luar biasa, terkadang pernah bertanya apakah menggunakan obat kuat atau obat-obatan yang Tania tidak tahu apa. Pertanyaan Tania selalu mendapatkan sentilan ringan di keningnya dan Wijaya akan mengomeli sepanjang waktu, satu kebiasaan mereka didalam kamar
Tania menyadari satu hal setelah hidup bersama dengan Wijaya, tidak suka hal yang sudah menjadi miliknya menjadi perhatian orang lain, mereka sering sekali berdebat pada hal-hal yang tidak penting sama sekali.“Ini acara perusahaan masak bosnya nggak datang.” Tania menatap tidak percaya dengan keputusan Wijaya tidak datang.“Daripada basa-basi sama mereka lebih baik menghabiskan waktu sama kamu di ranjang, buat adiknya Lucas.” Wijaya menaik turunkan alisnya membuat Tania menggelengkan kepalanya “Sayang, acara ini akan sering diadain sama perusahaan entah ulang tahun atau apalah itu nantinya. Nggak datang sekarang nggak masalah, lagian ada Devan dan juga Lila yang akan menggantikan belum Bima juga.”“Sayang, kamu nggak mau memperkenalkan aku sama rekan bisnismu?” Tania mendekati Wijaya dengan membelai dadanya perlahan membuat Wijaya memejamkan matanya “Aku mau tahu gimana mewahnya acara perusahaanmu, lagipula kamu bisa pamer ke mereka kalau pesonamu b