Perasaan berbeda yang dirasakan Tania saat berhubungan ranjang dengan Yudi, ada sesuatu yang disembunyikan dan Tania tidak tahu apa. Ekspresi wajahnya terlihat kesal, ingin rasanya bertanya tapi sekali lagi hanya diam dan memeluk Yudi. Sekali lagi merasakan perbedaan saat mereka berpelukan, Yudi memeluk dirinya erat seakan tidak ingin lepas darinya dan membuat tangan Tania membelai pelan punggung Yudi seakan ingin menenangkannya.
“Kamu jadi dinas malam ini?” tanya Tania membuka suara diantara keheningan mereka.Yudi menganggukkan kepala diantara tengkuk lehernya “Kamu akan baik-baik saja disini?”“Aku pemberani lagian udah lama ditinggal sendiri kalau malam juga nggak ada apa-apa.” Tania melepaskan pelukan mereka dan membuat tatapan mereka bertemu “Ada yang kamu simpan dariku?”Yudi membelalakkan matanya, tidak menyangka Tania bisa langsung tahu “Apa yang aku sembunyikan dari kamu? Jangan aneh-aneh mikirnya.”Yudi memilih beranjak dari tempatnya dengan melangkah ke kamar mandi, tidak menyadari Tania menatap dirinya dengan tatapan sedih. Yudi memang sengaja masuk kedalam kamar mandi untuk menghindari tatapan Tania, dirinya memang tidak bisa berbohong pada Tania dalam hal apapun dan pastinya saat ini curiga dengan semua yang dilakukannya.Membersihkan diri dari semua aroma Tania, tidak ingin membuat masalah dengan orang yang sedang mengandung darah dagingnya. Dalam bayangan Yudi adalah melihat Tania hamil anaknya, buah cinta mereka berdua dan pastinya akan menjadi anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Setiap berhubungan dengan Tania bayangan anak-anak selalu hadir, berbeda dengan wanita yang saat ini menunggu dirinya di rumah.“Sudah siap?” tanya Tania saat melihat Yudi keluar dengan menggunakan kaos dan celana pendek.“Siap untuk apa?” tanya Yudi dengan nada menggoda.“Pakaianmu sudah aku siapin.” Tania tidak mengatakan apapun selain masalah pakaian Yudi.Memilih berbaring di ranjang setelah mengatakan hal itu, perasaan Tania saat ini tidak menentu setiap kali mengantarkan Yudi jam malam. Ada sesuatu dalam dirinya yang merasakan keanehan dan tidak tahu apa, memilih tidak peduli dengan apa yang Yudi lakukan dan memejamkan matanya.“Aku berangkat dulu,” bisik Yudi dengan mencium kening Tania.Tania bisa merasakan bibir Yudi di keningnya, saat ini tidak ingin membuka matanya dan membiarkan semua terjadi. Tania tidak tahu jika saat ini Yudi harus berhadapan pada sesuatu yang akan mengubah dirinya, sesuatu yang akan membuat hubungan mereka tidak baik-baik saja.Sinar matahari membuat Tania membuka matanya dan langsung menyiapkan semuanya sebelum berangkat kerja, menggunakan kendaraan online seperti biasanya. Perasaan Tania menjadi tidak tenang saat memasuki kantornya, mencoba menghilangkan perasaan tersebut dengan membeli minuman kesukaannya. Melangkah dengan memanjatkan doa menuju ruangannya, mendapati ruangan yang sudah ramai membuat Tania tersenyum lebar dan berharap tidak ada apapun nantinya, semua ini hanya perasaan saja.Detik demi detik berlalu, menit demi menit berlalu sampai jam menunjukkan waktu istirahat dan Tania langsung bernafas lega. Memilih makan siang bersama dengan Mira kembali, kali ini pilihan mereka adalah kantin. Terlalu malas melangkah ke mall jadinya memilih mencari tempat yang terdekat saja, apalagi kantin tidak terlalu ramai.“Mereka itu lebih senang makan diluar daripada sini.” Mira menatap sekitar yang tidak terlalu ramai dan hanya diangguki Tania “Kamu kenapa dari tadi kaya ada masalah gitu?”Tania mengangkat bahu “Nggak tahu, pas masuk perasaanku nggak enak sama sekali.”“Cuman perasaan aja, sudah nggak usah dipikirkan. Sampai jam istirahat ini nggak ada masalah juga.” Mira menenangkan Tania dengan menepuk punggung tangannya pelan.Mereka kembali makan yang kali ini Tania mencoba untuk bersikap santai, mengikuti pembicaraan dengan Mira sampai akhirnya jam istirahat selesai. Mereka berdua melangkah kembali ke ruangan hanya saja mereka harus berpisah, Tania memilih ke toilet sedangkan Mira langsung kembali ke ruangannya. Memperbaiki penampilannya sebelum keluar dari toilet, gerakan Tania terhenti mendengar pembicaraan kedua wanita yang tidak lain adalah karyawan di tempat ini.“Katanya sih gitu, Ina nggak masuk karena dijual sama Galih itu.” Pegawai itu mengatakan dengan nada datar “Kita nggak tahu kapan dapat giliran, jadi hati-hati aja kalau tiba-tiba dipanggil sama dia dengan alasan apapun.”Tania membeku mendengar pembicaraan mereka, memejamkan matanya dengan berdoa semoga apa yang dikatakan tidak benar. Tania baru saja berhubungan langsung dengan Galih yang berkaitan dengan proyek, doa hanya itu saja yang bsia dilakukannya. Keluar dari toilet setelah kedua orang itu keluar, langkahnya pelan saat menuju ruangan dan berharap tidak ada kejadian apapun.“Kamu darimana aja?” suara Rara menyambut Tania saat memasuki ruangan dan menatap bingung “Ah...sudah nggak penting sekarang kamu harus ke ruangan Pak Galih.”“Ngapain?” tanya Tania bingung.“Bahas masalah proyek kemarin.” Rara menjawab ragu “Semoga sukses.”Tania berdiri membeku, menatap Mira yang hanya bisa diam dengan tatapan semangat atau kasihan yang menjadi satu. Hembusan nafas panjang dilakukannya sebelum meninggalkan ruangan, melangkah keluar dengan lemas dan ternyata perasaannya benar-benar terjadi. Melangkah dengan pelan dan lemas, saat sudah berada di lantai tempat Galih berada yang langsung disambut asistennya, Vian.“Sudah ditunggu didalam.” Vian berkata singkat yang hanya diangguki Tania.Melangkah masuk kedalam setelah mengetuk pintu, Galih berdiri dari tempat duduknya dan melangkah kearah sofa. Tania hanya mengikuti apa yang Galih lakukan saat menutup pintu, duduk dihadapannya yang membuat Galih memberi kode untuk disampingnya. Tania hanya bisa mengikuti perkataan Galih, tidak ingin membuat masalah akhirnya memilih duduk disamping Galih yang langsung memegang tangannya dan membuat Tania terkejut dengan menariknya langsung.“Kenapa ditarik?” Galih menatap sedih dan berusaha memegang tangan Tania “Berkat doa kamu proyek kita akan jalan.” Galih tersenyum lebar dengan menatap Tania membuatnya juga melakukan hal yang sama.“Selamat kalau begitu, Pak.” Tania berusaha mengeluarkan suaranya“Selamat buat kamu, itu artinya adalah kita akan ke Bandung.” Galih berkata dengan nada santai, tidak Tania yang langsung membeku.“Kita itu...” Tania menghentikan kata-katanya.Galih mengangguk cepat “Kita itu aku sama kamu akan pergi berdua, besok pagi sekali kita sudah berangkat dan berada disana.”“Besok pagi?” Tania kaget dengan apa yang Galih katakan.“Betul, jadi siapkan semuanya besok.” Galih mengedipkan matanya.Tania hanya membisu tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat ini, tangannya masih digenggam Galih membuat dirinya tidak bisa bergerak sama sekali. Melepaskan genggaman tangan membuat dirinya berpikir berkali-kali, tahu bahwa ini bukanlah sesuatu yang baik diantara mereka berdua. Tania mengenal betul istri Galih, bukan hanya mengenal tapi termasuk dekat dibandingkan karyawan lainnya dan tidak ingin terjadi hal-hal tidak baik.“Yudi beruntung mendapatkan kamu, andaikan aku mengenal kamu lebih dulu pastinya akan membuat kamu bahagi.” Galih mengatakannya dengan menatap kedua mata Tania.Jarak mereka semakin dekat, membuat Tania menahan nafasnya dan tidak bisa bergerak karena kedua tangannya dipegang erat. Jarak mereka tinggal beberapa lagi, Tania bisa merasakan nafas Galih dan seketika memejamkan matanya. Benda kenyal dan kasar sudah berada di bibirnya, gerakan perlahan membuat Tania membuka bibirnya mengikuti apa yang Galih lakukan. Ciuman mereka semakin dalam, tapi dengan segera dilepaskan Galih membuat tatapan mereka bertemu.“Kamu seksi dan cantik, jadi persiapkan dirimu besok.” Galih mengatakannya sambil membelai bibir Tania perlahan.“Besok bukannya kita...”Perkataan Tania terhenti dengan ciuman yang dilakukan Galih kembali, ciuman kali ini lebih dalam daripada sebelumnya. Tangan Tania sendiri sudah lepas dari genggaman tangan Galih dan beralih pada lehernya dengan melingkarkannya, Tania sendiri sudah duduk di pangkuan Galih membuatnya bisa merasakan sesuatu dibawah sana.“Kita sama-sama dewasa jadi sudah tahu apa yang harus dilakukan.”Memasuki ruangannya dimana tampak kosong, sedikit bersyukur setidaknya tidak ada yang bertanya mengenai keadaan dirinya yang lelah. Tania benar-benar tidak menyangka Galih melakukan hal gila itu, bahkan dirinya menikmati apa yang Galih lakukan, mengusap wajahnya dengan kedua tangan secara kasar. Tidak tahu harus berbuat apa nanti saat bersama dengan Yudi, dirinya sudah mengkhianati pernikahan dengan melakukan hal gila. Hal gila yang pastinya akan membuat rumah tangganya berantakan, menggelengkan kepalanya agar Yudi tidak mengetahui ini semua atau tidak perlu tahu, setidaknya biarkan ini menjadi rahasia dirinya dengan Galih. “Lo kenapa?” tanya Mira yang sudah ada disamping Tania. Terkejut dengan pertanyaan dan juga sentuhan yang Mira lakukan, menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya tersenyum. Tania tidak mau orang lain tahu mengenai kejadiannya bersama dengan Galih, takut mereka akan menilai dirinya buruk karena dengan mudah masuk kedalam permainan yang Galih lakukan, gosip sela
Yudi berangkat sangat pagi sebelum subuh, Tania menyiapkan semua kebutuhannya dan telah mengatakan jika dirinya akan keluar kota. Memastikan barang-barangnya telah masuk semua, baru setelahnya memutuskan keluar dari rumah dengan langsung menuju kantor menggunakan kendaraan online.“Pak Galih telah menunggu,” ucap Vian tepat setelah Tania keluar dari mobil dan langsung membawa tasnya kedalam mobil lain.Tania mengikutinya, tubuhnya membeku saat mendapati Galih sudah berada di kursi pengemudi, mencoba bersikap tenang dengan memasuki kursi belakang. Langkah Tania terhenti saat Vian memegang tangannya dan meminta Tania masuk di depan, hembusan nafas panjang membuat Tania melakukan permintaan Vian.“Pak Vian ikut?” Tania menatap Vian yang masih berada di tempatnya.Vian menggelengkan kepalanya “Saya harus menyelesaikan yang lain.”“Jadi saya hanya berdua?” tanya Tania dengan rasa takut.Vian tersenyum dan mengangguk pelan, “langsung naik biar Pak Galih tidak marah.” Tania membelalakkan ma
Tertidur setelah apa yang mereka lakukan, bahkan Tania tidak mendengarkan kata-kata Galih tentang memuaskan pria. Terbangun dengan keadaan lelah, tidak tahu berapa lama mereka melakukan kegiatan panas, menatap sekitar dimana Galih berada di ujung sedang membuka laptopnya. Tania melihat itu menjadi merasa bersalah, seharusnya dirinya bekerja bukan tidur seperti ini, menutupi tubuhnya untuk ke kamar mandi membersihkan dirinya.“Istirahat saja, waktu kita masih lama,” ucap Galih tanpa menatap Tania membuat langkahnya terhenti.“Aku harus kerja, nggak mungkin membiarkan kamu bekerja seorang diri.” Tania membela dirinya membuat Galih menatap kearahnya.“Kamu bekerjanya nanti malam, memuaskan pria itu.”“Maksudnya?” tanya Tania bingung mencoba memahami apa yang terjadi “Pria siapa? Memuaskan yang bagaimana?”“Istirahat saja karena pria ini sangat sulit untuk ditaklukkan.” Galih
Pernikahan Tania dengan Wijaya menjadi bahan pembicaraan banyak pihak, semua orang tahu siapa mereka berdua. Tania yang merupakan menantu dari dokter secara tiba-tiba menikah dengan pria yang memiliki usia jauh diatas dirinya, perbedaan usia yang sangat jauh membuat banyak pihak beranggapan Tania hanya menginginkan uangnya. Perkataan mereka tidak akan dibantah sama sekali oleh Tania, wanita atau semua orang membutuhkan uang dan Tania mendapatkannya dengan menikahi Wijaya yang usianya hampir sama dengan ayahnya, mereka memiliki usia perbedaan hampir dua puluh tahun.“Masih memikirkan berita itu?” tanya Wijaya keluar dari kamar mandi.Tania baru menyadari satu hal jika pria tua ini memiliki gairah yang sangat luar biasa, terkadang pernah bertanya apakah menggunakan obat kuat atau obat-obatan yang Tania tidak tahu apa. Pertanyaan Tania selalu mendapatkan sentilan ringan di keningnya dan Wijaya akan mengomeli sepanjang waktu, satu kebiasaan mereka didalam kamar
Tania menyadari satu hal setelah hidup bersama dengan Wijaya, tidak suka hal yang sudah menjadi miliknya menjadi perhatian orang lain, mereka sering sekali berdebat pada hal-hal yang tidak penting sama sekali.“Ini acara perusahaan masak bosnya nggak datang.” Tania menatap tidak percaya dengan keputusan Wijaya tidak datang.“Daripada basa-basi sama mereka lebih baik menghabiskan waktu sama kamu di ranjang, buat adiknya Lucas.” Wijaya menaik turunkan alisnya membuat Tania menggelengkan kepalanya “Sayang, acara ini akan sering diadain sama perusahaan entah ulang tahun atau apalah itu nantinya. Nggak datang sekarang nggak masalah, lagian ada Devan dan juga Lila yang akan menggantikan belum Bima juga.”“Sayang, kamu nggak mau memperkenalkan aku sama rekan bisnismu?” Tania mendekati Wijaya dengan membelai dadanya perlahan membuat Wijaya memejamkan matanya “Aku mau tahu gimana mewahnya acara perusahaanmu, lagipula kamu bisa pamer ke mereka kalau pesonamu b
Aksi mogok untuk melampiaskan emosi pada Wijaya tidak berlangsung lama, secara tiba-tiba Wijaya muntah-muntah dan tidak mau makan atau apapun. Tania yang melihat Wijaya mulai merajuk dengan segala cara yang dipunya membuat dirinya mau tidak mau merawat pria tua itu, tidak ada dalam pikirannya jika hamil atau apapun itu karena yang ada dalam isi kepalanya adalah Wijaya sedang memberikan balasan padanya.“Aku benar sakit ini, Sayang. Kenapa kamu mikirnya aku balas dendam? Lagian aku nggak licik kaya mantan kamu itu.” Wijaya mengatakannya sambil memejamkan matanya.“Lagian aneh aja kamu muntah-muntah nggak jelas, kemarin makan juga sama kaya kita semua. Kebanyakan nggak pakai baju di kamar makanya masuk angin, udah tahu tua masih aja nggak jelas keinginannya. Seharusnya tahu apa yang nggak boleh dan boleh, belum lagi kalau minta jatah...astaga....”Wijaya mencium bibir Tania yang membuat kata-kata panasnya berhenti, melepaskan ciuman dengan membelai waj
HAMIL Satu kata yang akan mengubah kembali hidup Tania, bukan tidak bersyukur hamil hanya saja Lucas masih terlalu kecil untuk mendapatkan adik. Setelah Wijaya bertanya tentang palang merah yang biasanya hadir dan Tania baru menyadarinya saat belum datang palang merah sejak bulan lalu atau lebih tepatnya Lucas usia enak bulan. Mereka pergi ke dokter kandungan setelah melakukan tes mandiri di rumah dengan alat kehamilan, dokter kandungan mengatakan hal yang sama seperti alat tes kehamilan. “Setelah ini tunggu mereka besar dulu baru hamil lagi.” Tania berkata pada Wijaya yang hanya menganggukkan kepala. Mencibir sikap Wijaya yang hanya menganggukkan kepalanya, memilih tidak memperpanjang masalah Tania pergi ke Lucas untuk melihat keadaannya. Sebelum beranjak Tania melihat Wijaya yang hanya diam dan tidak mengeluarkan suara sama sekali, tidak peduli dengan sikap Wijaya yang kembali seperti anak kecil. “Bibit aku memang unggul,” ucap Wijaya dengan nada bangganya
Menenangkan perasaan dan hatinya saat tadi berbicara dengan Rifat, tidak pernah ada dalam pikiran Tania untuk mendekati pria itu. Dirinya hanya kagum dan menyukai sifat, sikap dan mungkin tubuhnya. Menggelengkan kepalanya pelan untuk menghilangkan pemikiran negatif itu, menatap pintu dan melakukan teknik pernafasan agar tidak membuat pria tua didalam sana curiga, memastikan semua baik-baik saja Tania membuka pintu yang mendapatkan pemandangan berbeda dibandingkan sebelumnya.Kedua pria berbeda usia yang sangat jauh berada di lantai sedang bermain mobil-mobilan, satu hal yang membuat Tania bersyukur adalah Lucas adalah anak yang cepat belajar dan termasuk cerdas untuk anak seusianya. Tina mengatakan jika Rere ataupun Nisa sangat berbeda dengan Lucas, hanya saja Tania selalu mengatakan setiap anak pasti berbeda dan pastinya nanti anak mereka yang masih berada di perutnya ini berbeda dengan Lucas.“Ada Rifat dibawah,” ucap Tania langsung mengambil Lucas dari Wijay