Menenangkan perasaan dan hatinya saat tadi berbicara dengan Rifat, tidak pernah ada dalam pikiran Tania untuk mendekati pria itu. Dirinya hanya kagum dan menyukai sifat, sikap dan mungkin tubuhnya. Menggelengkan kepalanya pelan untuk menghilangkan pemikiran negatif itu, menatap pintu dan melakukan teknik pernafasan agar tidak membuat pria tua didalam sana curiga, memastikan semua baik-baik saja Tania membuka pintu yang mendapatkan pemandangan berbeda dibandingkan sebelumnya.
Kedua pria berbeda usia yang sangat jauh berada di lantai sedang bermain mobil-mobilan, satu hal yang membuat Tania bersyukur adalah Lucas adalah anak yang cepat belajar dan termasuk cerdas untuk anak seusianya. Tina mengatakan jika Rere ataupun Nisa sangat berbeda dengan Lucas, hanya saja Tania selalu mengatakan setiap anak pasti berbeda dan pastinya nanti anak mereka yang masih berada di perutnya ini berbeda dengan Lucas.“Ada Rifat dibawah,” ucap Tania langsung mengambil Lucas dari WijayKehamilan kedua ini membuat perubahan pada diri Wijaya bukan Tania, seperti waktu kehamilan Lucas. Sikap Wijaya membuat Tania dan yang lainnya menjadi malas dan mual secara bersamaan, Tania sendiri harus menahan untuk tidak memukul kepalanya.“Heran yang hamil siapa, tapi papa manjanya minta ampun dan buat kesal.” Devan mengatakannya dengan penuh kekesalan dan membuat Tania meringis tidak enak.Devan mulai menceritakan tentang apa yang terjadi di kantor hari ini, mulai datang sampai pulang tanpa ada terlewat. Wijaya memang masih mendatangi kantor meskipun Bima atau Rifat sering datang ke rumah, dirinya harus melihat secara langsung apa yang terjadi di kantor. Keputusan yang harus dibuat setelah mendengar dan menyaksikan langsung, biasanya Tania akan menemani bersama Lucas, mereka hanya menghabiskan waktu dengan bermain. Semenjak kehamilan kedua ini Tania dilarang mendatangi kantor dengan alasan jika Tania semakin seksi, mendengar alasan Wijaya membuat Tania
Perbedaan kehamilan Lucas dengan yang sekarang, sangat berbeda terutama pada Wijaya. Tania sendiri tidak mengalami perbedaan, Wijaya yang mendapatkan gejala ibu hamil. Lucas saat tiga bulan pertama Wijaya tidak akan bisa bangun dari ranjang, setiap makanan yang masuk selalu keluar, tapi nafsu makannya bangkit kalau sudah melakukan olahraga ranjang.Kehamilan sekarang yang terjadi adalah Wijaya lebih manja, tidak bisa menahan diri untuk melakukan olahraga ranjang setiap melihat Tania, hanya mau bersama Tania kemanapun pergi. Masalah cemburu dengan Lucas dari awal melahirkan sudah langsung cemburu, tidak mau Tania memperhatikan pria lain walaupun itu adalah anaknya.“Sudah tua malu sama bayi.” Tania menyindir Wijaya yang tampak tidak peduli.Satu lagi selama kehamilan kedua Wijaya lebih perhatian pada Lucas, setiap ditanya Tania jawabannya selalu sama nanti tidak ada waktu lagi dengan Lucas. Padahal alasan utamanya adalah Tania tidak boleh memegang Luc
“Tengkar lagi?” tembak Tina saat melihat Tania keluar menggendong Lucas dengan bibir cemberut.“Pasti tahu papa kamu gimana,” ucap Tania malas yang membuat Tina tertawa.“Memang apalagi?” tanya Tina penasaran.Tania memutar bola matanya malas, jujur jauh dalam hatinya malas menceritakan tentang apa yang Wijaya lakukan, meskipun begitu tetap bercerita dengan penuh semangat. Tina mendengarkan sambil menyuapi Rere dan Nisa, hanya mendengarkan tidak memberikan pendapat atau memotong perkataan Tania sama sekali.“Aku iri lihat kalian berdua.” Tina mengatakan tiba-tiba.Tania memberikan tatapan sedih, kehidupan pernikahannya dengan Devan mungkin tidak jauh berbeda Wijaya jaman dulu saat bersama Vita. Sejauh ini Tania tidak melihat Devan melakukan hal gila, semoga saja tidak ada berita tiba-tiba Devan mempunyai anak dari wanita lain, Tina akan lebih kasihan nantinya.“Aku kadang mikir sama kaya mama, kalau nanti Devan memili
“Semua pernikahan punya masalahnya sendiri, terus kamu mau aku gimana? Aku tahu apa yang terjadi sama mereka, Tina benar-benar Vita banget. Devan aku yakin nggak akan melakukan hal gila, anak-anakku selalu memegang dan mengikuti kata-kata mamanya.” Wijaya menjelaskan dengan santai.“Lalu kenapa kalian menyuruh mereka menikah? Kasihan mereka nggak merasakan cinta.” Tania menatap kesal pada Wijaya.Wijaya meringis mendengarnya “Vita dan Mira adalah sahabat, waktu itu mereka hanya iseng menginginkan anaknya berjodoh. Aku dan Regan sudah melarang mereka untuk tidak melakukan hal gila, tapi semua terjadi saat kami mendapati Devan dan Tina tidur bersama. Waktu itu mereka bilang pengaruh alkohol, tapi bagi kami apapun alasannya harus dipertanggungjawabkan karena Devan sudah mengambil kehormatan Tina. Aku dan Vita sangat menyayangi Tina seperti anak sendiri, saat tahu kejadian itu seakan dunia runtuh.”“Aku nggak mau anak kita besok mendapatkan hal gila kaya Devan.” Tania memberikan tatapan t
Kesedihan dan kebahagiaan menjadi satu, keluarga Hadinata harus kehilangan cucu laki-laki pertama karena permasalahan Via. Semua merasa sedih dan pastinya Via menjadi yang paling merasa bersalah, sebenarnya tidak hanya satu orang yang kehilangan tapi dua orang dan Via adalah salah satunya. Kebahagiaan hadir dengan keberadaan Zee diantara mereka, meskipun berada dalam situasi yang tidak menyenangkan tapi setidaknya bisa membuat suasana didalam rumah menjadi lebih hidup.“Lalu kamu sendiri bagaimana?” Tania hanya diam mendengar pembicaraan kedua pria berbeda usia.“Tina masih tanggung jawabku, Pa.” Devan mengatakan dengan tegas.“Kamu nggak berencana mencari wanita lain?” tanya Wijaya yang membuat Tania menatap tidak percaya “Papa tahu bagaimana rasanya hidup dengan orang yang tidak dicintai, tapi ini bukan berarti papa menyuruh kamu berselingkuh. Papa rasa Tina akan baik-baik saja jika nantinya kamu menikah dengan wanita yang kamu cintai.”
“Habis enak sih jadi aku nggak bisa menahan diri, apalagi aku harus puasa lama.” Wijaya mengatakan dengan tatapan penuh rasa bersalah “Bukannya kita memang mau punya anak banyak?” kali ini tatapannya berubah menjadi menginginkan sesuatu.Tania menghembuskan nafas panjang, sikap dan kelakuan pria tua dihadapannya memang tidak bisa diprediksi sama sekali. Tidak ada dalam bayangannya akan hamil kembali dalam waktu cepat, Tania benar-benar tidak menyangka kecepatan sperma Wijaya bisa membuatnya hamil dalam waktu singkat. Lucas dan Zee masih butuh perhatian, terlebih Zee masih harus menyusu dengannya secara langsung. Tania memang menginginkan anaknya mendapatkan ASI penuh, sejauh ini dua anak mereka mendapatkannya tanpa ada kendala.“Nanti begitu aku melahirkan langsung pasang kontrasepsi.” Tania mengatakan dengan nada kesalnya.“Aku bisa mengontrol jadi kamu nggak....” Tania memberikan tatapan tajam membuat Wijaya menutup bibirnya langsung.“K
“Nggak!” tolak Tania langsung.“Sayang, udah pengen banget ini.” Wijaya memberikan tatapan memohon pada Tania.“Sekali nggak tetap nggak! Kamu nggak dengar tadi Lucas bilang apa? Selama ini berarti suara desahan kita di dengar sama dia? Haduh! Anakku jadi ternodai kalau kaya gini.” Tania menggelengkan kepalanya sambil memukul pelan.“Dia hanya dengar-dengaran, lagian kamar ini kedap suara.” Wijaya kembali mencoba merayu Tania “Kamu nggak kasihan sama aku?”Tania memutar bola matanya malas “Tadi sudah, masa mau lagi? Nggak lelah?”“Mana ada aku lelah kalau itu kamu.” Wijaya menaik turunkan alisnya dengan nada menggodanya, Tania hanya menggelengkan kepala “Lagian menolak suami itu dosa.”“Bawa aja agama kalau buat menyenangkan kamu.” Tania menatap tajam “Kamu nggak kasihan aku yang lelah? Mengurus dua bayi kecil dan satu bayi dewas
Suara tangisan di kamar sebelah membuat Tania langsung bangun dari tidurnya, menyingkirkan lengan Wijaya yang menutupi tubuhnya. Mencari keberadaan pakaiannya, mengambil selimut untuk menggunakan pakaiannya kembali. Badannya terasa sakit terutama bagian bawahnya, Tania berjalan pelan dan tidak peduli dengan rasa sakitnya, terpenting baginya adalah anak-anak yang ada di kamar sebelah.“Maafkan mami,” ucap Tania saat sudah mengangkat Zee dalam gendongannya.“Mami sudah disini? Tadi aku mau nenangin Zee agar berhenti menangis, aku kira mami lagi tidur dan lelah.” Lucas mengatakan menatap Tania sekilas dan kembali tidur.Tania menatap tidak percaya dengan apa yang di dengarnya, menatap Zee yang sudah tenang setelah mendapatkan makanannya yaitu air susu milik Tania. Menimang tubuh mungil Zee dengan menatapnya lembut, tangannya menepuk punggung Zee pelan membuat bayi mungil memejamkan matanya kembali.“Lucas tidur?” suara Wij