Kesedihan dan kebahagiaan menjadi satu, keluarga Hadinata harus kehilangan cucu laki-laki pertama karena permasalahan Via. Semua merasa sedih dan pastinya Via menjadi yang paling merasa bersalah, sebenarnya tidak hanya satu orang yang kehilangan tapi dua orang dan Via adalah salah satunya. Kebahagiaan hadir dengan keberadaan Zee diantara mereka, meskipun berada dalam situasi yang tidak menyenangkan tapi setidaknya bisa membuat suasana didalam rumah menjadi lebih hidup.“Lalu kamu sendiri bagaimana?” Tania hanya diam mendengar pembicaraan kedua pria berbeda usia.“Tina masih tanggung jawabku, Pa.” Devan mengatakan dengan tegas.“Kamu nggak berencana mencari wanita lain?” tanya Wijaya yang membuat Tania menatap tidak percaya “Papa tahu bagaimana rasanya hidup dengan orang yang tidak dicintai, tapi ini bukan berarti papa menyuruh kamu berselingkuh. Papa rasa Tina akan baik-baik saja jika nantinya kamu menikah dengan wanita yang kamu cintai.”
“Habis enak sih jadi aku nggak bisa menahan diri, apalagi aku harus puasa lama.” Wijaya mengatakan dengan tatapan penuh rasa bersalah “Bukannya kita memang mau punya anak banyak?” kali ini tatapannya berubah menjadi menginginkan sesuatu.Tania menghembuskan nafas panjang, sikap dan kelakuan pria tua dihadapannya memang tidak bisa diprediksi sama sekali. Tidak ada dalam bayangannya akan hamil kembali dalam waktu cepat, Tania benar-benar tidak menyangka kecepatan sperma Wijaya bisa membuatnya hamil dalam waktu singkat. Lucas dan Zee masih butuh perhatian, terlebih Zee masih harus menyusu dengannya secara langsung. Tania memang menginginkan anaknya mendapatkan ASI penuh, sejauh ini dua anak mereka mendapatkannya tanpa ada kendala.“Nanti begitu aku melahirkan langsung pasang kontrasepsi.” Tania mengatakan dengan nada kesalnya.“Aku bisa mengontrol jadi kamu nggak....” Tania memberikan tatapan tajam membuat Wijaya menutup bibirnya langsung.“K
“Nggak!” tolak Tania langsung.“Sayang, udah pengen banget ini.” Wijaya memberikan tatapan memohon pada Tania.“Sekali nggak tetap nggak! Kamu nggak dengar tadi Lucas bilang apa? Selama ini berarti suara desahan kita di dengar sama dia? Haduh! Anakku jadi ternodai kalau kaya gini.” Tania menggelengkan kepalanya sambil memukul pelan.“Dia hanya dengar-dengaran, lagian kamar ini kedap suara.” Wijaya kembali mencoba merayu Tania “Kamu nggak kasihan sama aku?”Tania memutar bola matanya malas “Tadi sudah, masa mau lagi? Nggak lelah?”“Mana ada aku lelah kalau itu kamu.” Wijaya menaik turunkan alisnya dengan nada menggodanya, Tania hanya menggelengkan kepala “Lagian menolak suami itu dosa.”“Bawa aja agama kalau buat menyenangkan kamu.” Tania menatap tajam “Kamu nggak kasihan aku yang lelah? Mengurus dua bayi kecil dan satu bayi dewas
Suara tangisan di kamar sebelah membuat Tania langsung bangun dari tidurnya, menyingkirkan lengan Wijaya yang menutupi tubuhnya. Mencari keberadaan pakaiannya, mengambil selimut untuk menggunakan pakaiannya kembali. Badannya terasa sakit terutama bagian bawahnya, Tania berjalan pelan dan tidak peduli dengan rasa sakitnya, terpenting baginya adalah anak-anak yang ada di kamar sebelah.“Maafkan mami,” ucap Tania saat sudah mengangkat Zee dalam gendongannya.“Mami sudah disini? Tadi aku mau nenangin Zee agar berhenti menangis, aku kira mami lagi tidur dan lelah.” Lucas mengatakan menatap Tania sekilas dan kembali tidur.Tania menatap tidak percaya dengan apa yang di dengarnya, menatap Zee yang sudah tenang setelah mendapatkan makanannya yaitu air susu milik Tania. Menimang tubuh mungil Zee dengan menatapnya lembut, tangannya menepuk punggung Zee pelan membuat bayi mungil memejamkan matanya kembali.“Lucas tidur?” suara Wij
“Rifat yang mengasuh Endi, dia mengambil untuk menjadi anak angkatnya.” Via mengatakan saat mereka berkumpul “Mas Bima nggak mau Rifat membawa Endi, bagi dia Endi adalah anaknya.”“Kan bukan anak Mas Bima? Anak dari pria lain, kenapa masih mau rawat?” Tari menatap tidak percaya.“Mas Bima dari kehamilan Mili sudah menganggap itu sebagai anaknya, sama kaya Billy. Mas Bima juga bilang siapa tahu nanti kalau Endi sama kita nanti nggak lama kemudian aku hamil lagi.” Via membelai perutnya setelah menjawab pertanyaan Tari.“Kalau niatnya begitu susah, semua harus atas nama Tuhan saat melakukan sesuatu. Endi bukan barang, dia masih anak kecil atau tepatnya bayi dan belum tahu apapun.” Tania membuka suaranya “Kalian bisa kerjasama membesarkan Endi, kalau sudah besar bisa bawa ke Singapore untuk pendidikannya, tapi harus seijin ayah kandungnya.”“Ayah kandungnya nggak peduli, gimana mau
Rifat melakukan apa yang dikatakannya, undangan sudah berada di tangan Tania. Wijaya memberikannya saat pulang dari kantor, menceritakan tentang kejutan yang Rifat berikan. Tidak hanya Wijaya yang terkejut tapi seluruh pegawai di H&D Group, wanita yang namanya berada di undangan tidak ada yang pernah bertemu atau berkenalan. Bima yang termasuk dekat dengan Rifat tidak tahu mengenai wanita itu, Rifat benar-benar tertutup setelah Via menolaknya atau memang dia benar-benar tertutup selama ini.“Kamu kalau nggak bisa datang ya udah nggak papa,” ucap Wijaya ketika Tania menggunakan pakaiannya.“Aku penasaran sama istrinya Rifat, lumayan buat bahan pembicaraan sama Lila dan Tina.” Tania memberikan alasan yang masuk akal saat ingin datang ke pernikahan Rifat.Tania hanya mau memastikan apa yang Rifat katakan, tatapan matanya pasti berbicara ketika nanti mereka bertemu. Melihat Rifat bahagia dan tidak mengharapkannya adalah langkah awal, Tani
Tania tidak habis pikir, pengusaha terkenal dan kaya tapi saat mengadakan acara pernikahan dilakukan dengan sangat sederhana. Status pasangan membuat mereka mengambil langkah itu, Wijaya sebagai kepala keluarga juga tidak mempermasalahkan itu semua, pilihan yang dilakukan anak-anaknya sudah menjadi resiko dan keinginannya sendiri.“Rekan bisnis kamu atau Tian setidaknya tahu dengan siapa Tari menikah.” Tania mengatakan entah sudah ke berapa kalinya. “Kamu malah diam dan menyetujui perkataan Tari.”“Tari sudah dewasa, dia tahu apa yang diinginkan atau nggak. Pernikahan itu impiannya, mau dibuat apa terserah sama dia. Lagian kalau aku sama Tian mengundang rekan bisnis yang tidak dikenal sama Tari malah jadinya dia yang kasihan, berdiri menerima ucapan selamat tanpa tahu siapa orangnya. Kamu sendiri juga minta suasana private kenapa sekarang begini? Waktu Via juga kamu santai aja,” ucap Wijaya memberikan tatapan penuh tanda tanya.
Suasana rumah jadi sepi, pernikahan Tari yang artinya harus ikut kemana suami berada. Keadaan dirumah Wijaya berbeda dibandingkan dulu, tidak ada suara Tari yang menggoda Lucas atau Zee, saat ini Tari sedang merawat anak Tian yaitu Boy. Tari memang memutuskan tinggal dengan Tian di rumahnya yang dulu berdampingan dengan rumah Tania, tapi tidak berarti melupakan Wijaya sebagai ayah kandungnya.“Kamu datang kesini kangen papa atau Tania?” Wijaya menatap malas pada Tari.“Mau lihat adikku Lucas, Zee sama yang baru lahir siapa namanya lupa aku.” Tari menatap Tania meminta bantuan.“Nama adik sendiri nggak ingat, gimana nanti sama nama anak sendiri.” Tina yang berada disampingnya memberikan kata-kata sindiran. Tania yang mendengar dan menyaksikan mereka menggoda Tari hanya bisa menahan senyum, sambil menggelengkan kepala dengan menatap Leo. Tina mendatanginya dan langsung mengambil Leo, menggendongnya sedikit jauh dari tempat Tari, menatap apa