Rifat melakukan apa yang dikatakannya, undangan sudah berada di tangan Tania. Wijaya memberikannya saat pulang dari kantor, menceritakan tentang kejutan yang Rifat berikan. Tidak hanya Wijaya yang terkejut tapi seluruh pegawai di H&D Group, wanita yang namanya berada di undangan tidak ada yang pernah bertemu atau berkenalan. Bima yang termasuk dekat dengan Rifat tidak tahu mengenai wanita itu, Rifat benar-benar tertutup setelah Via menolaknya atau memang dia benar-benar tertutup selama ini.
“Kamu kalau nggak bisa datang ya udah nggak papa,” ucap Wijaya ketika Tania menggunakan pakaiannya.
“Aku penasaran sama istrinya Rifat, lumayan buat bahan pembicaraan sama Lila dan Tina.” Tania memberikan alasan yang masuk akal saat ingin datang ke pernikahan Rifat.
Tania hanya mau memastikan apa yang Rifat katakan, tatapan matanya pasti berbicara ketika nanti mereka bertemu. Melihat Rifat bahagia dan tidak mengharapkannya adalah langkah awal, Tani
Tania tidak habis pikir, pengusaha terkenal dan kaya tapi saat mengadakan acara pernikahan dilakukan dengan sangat sederhana. Status pasangan membuat mereka mengambil langkah itu, Wijaya sebagai kepala keluarga juga tidak mempermasalahkan itu semua, pilihan yang dilakukan anak-anaknya sudah menjadi resiko dan keinginannya sendiri.“Rekan bisnis kamu atau Tian setidaknya tahu dengan siapa Tari menikah.” Tania mengatakan entah sudah ke berapa kalinya. “Kamu malah diam dan menyetujui perkataan Tari.”“Tari sudah dewasa, dia tahu apa yang diinginkan atau nggak. Pernikahan itu impiannya, mau dibuat apa terserah sama dia. Lagian kalau aku sama Tian mengundang rekan bisnis yang tidak dikenal sama Tari malah jadinya dia yang kasihan, berdiri menerima ucapan selamat tanpa tahu siapa orangnya. Kamu sendiri juga minta suasana private kenapa sekarang begini? Waktu Via juga kamu santai aja,” ucap Wijaya memberikan tatapan penuh tanda tanya.
Suasana rumah jadi sepi, pernikahan Tari yang artinya harus ikut kemana suami berada. Keadaan dirumah Wijaya berbeda dibandingkan dulu, tidak ada suara Tari yang menggoda Lucas atau Zee, saat ini Tari sedang merawat anak Tian yaitu Boy. Tari memang memutuskan tinggal dengan Tian di rumahnya yang dulu berdampingan dengan rumah Tania, tapi tidak berarti melupakan Wijaya sebagai ayah kandungnya.âKamu datang kesini kangen papa atau Tania?â Wijaya menatap malas pada Tari.âMau lihat adikku Lucas, Zee sama yang baru lahir siapa namanya lupa aku.â Tari menatap Tania meminta bantuan.âNama adik sendiri nggak ingat, gimana nanti sama nama anak sendiri.â Tina yang berada disampingnya memberikan kata-kata sindiran. Tania yang mendengar dan menyaksikan mereka menggoda Tari hanya bisa menahan senyum, sambil menggelengkan kepala dengan menatap Leo. Tina mendatanginya dan langsung mengambil Leo, menggendongnya sedikit jauh dari tempat Tari, menatap apa
Suasana di rumah keluarga Hadinata tampak bahagia, ulang tahun Lucas yang dirayakan dengan cara keluarga dan sekali lagi tanpa pesta atas keinginan Tania yang lelah merawat ketiga anaknya. Wijaya sebenarnya ingin menyewa penyelenggara atau menyewa EO untuk ulang tahun Lucas, tapi dilarang karena Tania ingin melakukannya juga. Mereka berdua memutuskan dengan memanggil anak yang ada di panti asuhan dan juga keluarga inti, setidaknya bisa juga mengajari Lucas dan kedua adiknya untuk berbagi pada yang tidak mampu.Kebahagiaan bukan hanya dengan Lucas yang bertambah usia, tapi juga kabar jika Aya tengah mengandung buah cintanya dengan Rifat. Semua keluarga Hadinata bahagia mendengar berita itu, bahkan Via dan Bima datang secara khusus untuk merayakan kehamilan Aya. Semua langsung merayakannya dengan cara wanita dan melupakan pasangan masing-masing, termasuk Tania yang harus membawab ketiga anaknya dengan Wijaya bersama dengan mereka para wanita.âLalu apa yang Rifat
Tania menatap tidak percaya dengan keberadaan Rifat di rumah, menggelengkan kepalanya melihat bagaimana Rifat bekerja dengan Wijaya. Memilih untuk melewatinya saja tanpa mengajak untuk makan, tujuan Tania memang hanya untuk menyiapkan minuman untuk Wijaya dan Lucas. Menatap hasil buatannya dengan senyum lebar, tanda bahwa Tania puas atas apa yang baru dilakukan, teringat stok asi di lemari pendingin membuat Tania menyiapkan juga untuk Leo nantinya.âIbu udah bangun,â ucap asisten tidak enak.âSiapkan sarapan bapak seperti biasa aja, minuman juga udah saya siapkan. Satu lagi ini kasih sama Rifat tadi kayaknya belum dibuatkan minum.â Tania memberikan instruksi pada asisten yang langsung dilaksanakan.Menatap semua sudah siap diatas meja dengan senyumnya yang lebar, melangkah ke ruang tamu tidak menemukan Rifat disana dan tampaknya Wijaya sudah bersama dengan Rifat didalam ruang kerjanya. Tania memilih untuk bersama ketiga anaknya, Lucas yang sudah bang
Tania mengalihkan pertanyaan Wijaya dengan hal lain, perkataannya tadi bukan suatu hal yang penting. Perasaan tidak enak setiap kali menatap Aya membuat Tania semakin tidak tenang, Rifat berhak bahagia dan kejadian yang tidak terduga tentang Aya akan membuat Rifat menjadi berubah nantinya.âTumben bu boss datang kesini?â sindir Lila membuat Tania memutar bola matanya malas.Tania memilih duduk disalah satu ruangan yang memang dibuat untuknya istirahat, tempatnya bersama dengan anak-anak. Lucas sudah berjalan dengan percaya diri memasuki ruangan Wijaya, Zee sendiri sudah terlelap di trollynya. Tania mengarahkan kedalam kamar tempatnya biasa istirahat yang diikuti oleh Lila.âRifat nggak datang?â tanya Tania membuka suara.âBelum, katanya mengurus Aya.â Lila mencoba mengingatnya âMemang kenapa?âTania menggelengkan kepalanya âBukan suatu hal yang penting.âPikiran Tania tidak tenang setiap kali membicarakan Aya, bukan m
âKehamilan Aya berjalan lancar, coba lihat ekspresi bahagia Rifat.â Lila membuka suaranya membuat Tania dan Tina menatap kearah Rifat.âSuami kamu pasti juga merasakan hal yang sama kalau tahu kehamilan kita baik-baik saja, lagian kenapa kamu heboh banget.â Tina memutar bola matanya malas membuat Tania tersenyum sambil menggelengkan kepalanya..Lila mengerucutkan bibirnya âAku bukan nggak senang malah senang banget lihat Rifat bahagia begitu.ââUdah sana kerja nanti Pak Wijaya tanya hasilnya nggak tahu.â Tania melerai mereka berdua.Tania memilih duduk di ruangan khusus yang biasanya digunakan untuk dirinya dan Tina saat bersama dengan anak-anak, Wijaya sengaja membuat ruangan ini untuk anak-anak karena tahu anak-anak akan ikut setiap kali Tania atau Tina ke kantor. Leo yang masih membutuhkan dirinya pasti ikut kemana saja Tania pergi, Nisa yang mengalami keterlambatan bicara juga bergabung bersama dengan mereka. Lucas, Rere dan Zee sudah
Setiap bulan mereka pasti berkumpul, tanpa Bima dan Via yang sudah mulai sibuk dengan perusahaan di Singapore. Endi bersama dengan Rifat setelah menikah dengan Aya, walaupun membuat Via menatap kesal pada Rifat. Billy sempat ikut bersama dengan Via dan Bima, tapi Mili sudah mengambil kembali jadi mereka tidak pernah bertemu dengan Billy jika tidak ada Bima.âUdah besar ini perutnya.â Tania menatap Aya yang datang dengan perut besarnya.âUdah mau empat bulan.â Aya duduk disamping Tina. âMas Rifat mau adain macam syukuran gitu nanti pas empat bulan, tapi katanya kalau dapat ijin cuti dari bos.ââKamu ngomong gitu biar aku bantuin bilang sama bos?â Tania menatap sinis pada Aya yang hanya menganggukkan kepala dengan polosnya. âKalau lihat kamu begini pasti provokatornya Mbak Lila atau Tina.ââAku?â Lila menunjuk diri sendiri yang membuat Tania memutar bola matanya. âBu bos terlalu berpikir negatif sama aku.â Lila berkata dengan wajah sedihnya.
Wijaya menjadi tidak tenang melihat Tania mendiamkannya, kejadian tadi pagi membuat Wijaya mendapatkan tatapan tajam dan tidak diajak bicara. Meskipun, tidak diajak bicara Tania tetap menyiapkan kebutuhannya dengan baik, hanya saja ada suatu hal yang kurang hari ini melihat Tania tidak mengajaknya bicara.âMami marah sama papi?â suara Lucas membuat Wijaya menatap kearah mereka berdua.âNggak, kenapa abang bisa mikir begitu?â tanya Tania dengan suara lembutnya.âMami nggak ajak bicara papi, terus papi menatap mami dengan tatapan sedih.â Lucas menjelaskan dengan rinci membuat Wijaya dan Tania saling memandang satu sama lain.âMami hanya lelah, abang nanti berangkat sama papi. Mami istirahat di rumah, nggak papa?â Lucas menganggukkan kepalanya âNanti mami jemput.ââAda sopir yang jemput, mami nggak perlu khawatir. Mami istirahat dan rawat Zee serta Leo dengan baik, pasti mami tidur malam sampai tubuhnya merah kena nyamuk begini.â L
âJadi kita tidak perlu mencari tahu tentang Mona lagi?â tanya Rifat setelah membaca surat yang Tania bawa.âMemang ketemu?â tanya Tania penasaran.âMenurutmu?â tanya Rifat malas.âWow...hebat banget kamu!â Tania menepuk lengan Rifat pelan dengan bangga âAku sudah bilang ke Wijaya kalau menolak semua rencana dia tentang kita.âRifat menganggukkan kepalanya âAku terserah apa katamu.ââApa kamu nggak lebih baik mencari wanita lain?â tanya Tania hati-hati.âMelihat kamu sedih pas aku menikah sama dia? No! Aku tidak akan melakukan hal itu, aku akan menunggu dan bisa jadi kita tidak akan bersatu sama sekali, setidaknya Rey ada di tengah-tengah kita.â Tania tidak bisa mengatakan apapun, hidup mati seseorang tidak bisa ditebak sama sekali. Meninggalkan Wijaya dengan kondisi sakit seperti saat ini jelas tidak akan dilakukannya, beda cerita jika Mona ada disamping pria itu, tapi nyatanya wanita itu hanya menginginka
Proses penyembuhan Wijaya berjalan lambat, walaupun setidaknya sudah mulai ada perkembangan. Wijaya sudah tidak bisa melakukan aktivitas berat, selama beberapa bulan hubungan intim mereka berkurang. Tania tidak memikirkan itu semua, begitu juga dengan Rifat. Kata-kata Wijaya di rumah sakit sama sekali tidak dihiraukan Tania, tetap berada disampingnya dengan membantu semua kebutuhannya, tidak hanya Tania tapi juga anak-anak. Satu bulan setelah Wijaya keluar dari rumah sakit kabar duka hadir dimana Tina meninggalkan mereka selamanya, Wijaya semakin terpuruk dengan kehilangan Tina yang sudah dianggap sebagai anak sendiri. Devan memutuskan kembali setelah lama di Kalimantan, tinggal bersama dengan Emma yang sudah menjadi istri sahnya. Wijaya sudah merasa gagal menjaga Tina, membiarkannya melihat suaminya bersama dengan wanita lain, janjinya pada sahabatnya benar-benar tidak bisa dilaksanakan.Tari mencari rumah yang jaraknya tidak jauh dengan rumah Wijaya, membuat
âSemua akan baik-baik saja,â ucap Rifat menenangkan Tania dengan menepuk punggung tangannya pelan.âAku jadi kasihan, melihat seperti ini membuatku tidak tega meninggalkan dia.â Tania menghembuskan nafas panjangnya.Waktu berjalan sangat lambat, kedua anak Wijaya sudah meninggalkan rumah sakit. Biasanya di saat seperti ini Tania akan ditemani Tina, tapi kondisi Tina semakin lama semakin menurun dan harus di rawat. âApa perlu kita mencari Mona?â tanya Rifat hati-hati.âEntahlah, aku tidak peduli dengan keberadaannya sekarang.â Tania menjawab dengan tatapan kosong.âRencana kita lebih baik...ââAku sudah tidak memikirkan itu, sekarang yang ada didalam kepalaku adalah Wijaya sembuh.â Tania memotong perkataan Rifat.Keheningan menemani mereka, berdoa di dalam hati dilakukan Tania untuk Wijaya. Tidak siap jika Wijaya meninggalkan dirinya dan anak-anak, walaupun sebenarnya bisa saja hal itu terjadi. Tania tetap
Wijaya mengenalkan Mona pada rekan kerjanya, Tania memilih tidak hadir di setiap acara yang mengundang Wijaya. Alasan utama Tania tidak datang adalah bermain dengan anak Wijaya dan Mona yang bernama Gita, kehadiran Gita membuat anak-anak sedikit melupakan Sabi. Gita adalah pengganti Sabi, membuat dunia mereka kembali lagi. Mona sementara tinggal dalam satu atap dengan Tania, kamar yang di tempati adalah kamar yang dulu digunakan anak-anak pada saat kecil.âKamu nggak berencana menikahi dia resmi?â tanya Tania saat Wijaya melepaskan penyatuan mereka.âBelum ada kearah sana.â Wijaya menjawab santai. âSejauh ini aku masih adil sama kalian berdua.ââAku yang merasa tidak baik-baik saja, Mona bisa merawatmu dengan baik jadi kamu bisa melepaskan aku.â âMelepaskan kamu?â tanya Wijaya dengan tatapan berpikir âAku belum bisa.âTania mengerucutkan bibirnya âKamu benar-benar egois, aku tahu begini tidak akan mendukung atau membantumu saat
Mendatangi pengirim pesan dengan berbagai macam perasaan, sedikit terkejut ketika mendapatkan pesan tapi tetap berusaha untuk tenang. Menatap lingkungan sekitar dengan memastikan semuanya aman, menekan bel sebelum akhirnya yakin jika memang benar-benar aman.âKamu datang juga, aku kira nggak akan datang.â Masuk ke dalam setelah diminta masuk, tidak menanggapi sama sekali perkataannya. Memilih masuk ke dalam dan duduk di tempat yang ada di ruangan, menatapnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.âMaaf, kalau aku tiba-tiba kabur.ââApa alasanmu kabur? Kamu tidak memikirkan perasaan Wijaya, Mona?â Tania langsung bertanya semuanya.âAku tahu kalau salah masuk ke dalam hubungan kalian, melihat bagaimana tatapannya padamu membuatku cemburu, harusnya aku tidak perlu memiliki perasaan itu karena sudah tahu dari awal jika hanya pelampiasan. Aku adalah salah satu wanita yang beruntung dinikahi Wijaya, bukan hanya melakukan hubungan inti
Kata-kata yang keluar dari bibir Wijaya membuat Tania tidak bisa berkata-kata, pembicaraan mereka terhenti dan tidak ada lanjutannya. Tania meminta Rifat mencari keberadaan Mona dan anak Wijaya, sampai sejauh ini belum mendapatkan jawaban sama sekali.âKamu seakan sudah melupakan mereka,â ucap Tania saat Wijaya melepaskan penyatuan mereka.âAku masih mencari bukan berarti dengan begini aku melupakan mereka, bagaimanapun Mona membawa darah dagingku.â Wijaya membaringkan badannya dengan menatap langit kamar.âDia tidak akan melakukan hal-hal yang aneh, bagaimanapun anak yang dibawanya juga darah dagingnya.â Tania mengatakan untuk menenangkan Wijaya.Tania memeluk Wijaya dari samping yang membuat tubuh mereka saling bersentuhan, membelai tubuh Wijaya tanpa busana dan pelukan erat diberikan yang membuat Tania bisa merasakan detak jantung Wijaya.âAku hanya takut sesuatu terjadi pada mereka.â Wijaya membuka suaranya.âSemu
Kelahiran anak Wijaya dengan Mona membuat Wijaya bahagia, anak perempuan dan melihat itu membuat Tania teringat kembali Sabi. Kebahagiaan tidak berlangsung lama saat mereka berada di rumah mendapatkan kabar jika Mona keluar dari rumah sakit dengan membawa bayi mereka, pada saat mendapatkan kabar memang waktunya mereka keluar dari rumah sakit.âBagaimana bisa dia mikir buat....â Wijaya tidak bisa berkata-kata sambil mengusap kasar wajahnya.Tania hanya menepuk punggung Wijaya pelan, tidak tahu harus berbicara apa karena memang sama-sama terkejut. Awalnya Tania berpikir jika ini adalah salah satu trik Wijaya, tapi melihat reaksinya membuat Tania percaya jika memang Mona kabur bersama dengan anak mereka.âKamu ada bayangan akan kemana dia?â tanya Tania yang hanya dijawab Wijaya gelengan kepala.âDia itu nggak punya siapa-siapa.â Wijaya mengingatkan Tania.âCoba ke tempat kalian dulu atau tempat tinggal masa kecilnya.â Tania memberi
âCERAI!â Wijaya sedikit teriak mendengar permintaan Tania. âWin win solution,â ucap Tania santai. âAku salah dan mengakui tapi sebelum kamu bertemu dengan Mona tidak ada permintaan gila ini.â Wijaya menatap tidak percaya dengan permintaan Tania yang baru saja keluar dari mulutnya âKamu sudah tidak mencintaiku?â âAku masih mencintaimu, melihat Mona mengingatkanku pada awal pertemuan kita.â âBEDA! KAMU DENGAN MONA BERBEDA! Kalian berbeda dan perasaanku pada kalian juga berbeda.â âAku tahu, tapi...â âTidak ada tapi, pembicaraan tentang permintaan kamu tidak akan pernah terjadi dan case close.â Wijaya mengatakan dengan nada datar. âLoh. Nggak bisa begitu!â Tania menatap Wijaya tajam âKamu harus memenuhi permintaanku yang ini.â âApa alasan kamu mau cerai? Rifat? Kalian sudah aku beri kesempatan bersama bahkan sampai anak, lalu sekarang kamu minta pisah?â Wijaya menatap Tania frustasi âAku memang SALAH melakukan hal ini pada wanita lain, aku ng
Rifat hampir saja menghentikan mobil tiba-tiba mendengar pertanyaan Tania, mencoba tenang dengan tidak menjawab pertanyaannya. Tujuan mereka adalah rumah Rifat, tempat mereka bisa saling berbicara satu sama lain tanpa gangguan. Memasuki rumah dan langsung menutup pagarnya, tidak ada orang yang akan mengganggu mereka. Rifat sendiri tidak mempekerjakan asisten di rumah, masalah bersih-bersih orang tuanya mengirim asisten yang ada di rumah mereka. âApa maksud pertanyaanmu itu? Tidak mungkin suami kamu setuju dengan ide gila itu.â Rifat langsung mengatakan apa yang ditahannya tadi. âAku kan cerita tentang wanita tadi, jadi aku...â âJangan mikir yang aneh-aneh,â potong Rifat langsung. âArtinya kalau aku cerai kamu tidak akan menikahiku?â tanya Tania dengan menatap dalam Rifat. âSayang, aku akan tetap menikahi kamu nanti tapi jika Wijaya meninggal dunia.â Rifat memegang lengan Tania dengan memberikan tatapan dalam. âLihat dia hamil buat aku jadi pen