Jika ditanya soal tempat paling menyeramkan yang pernah Nara injak, tentu, dia akan menjawab Dunia Kegelapan. Di antara tempat yang pernah dia singgapi di Negeri Bayangan, Dunia Kegelapan adalah tempat yang membuatnya begitu takut.
Di tempat ini, tidak ada tanda-tanda kehidupan yang damai. Nara hanya melihat berbagai hewan berwarna hitam yang berterbangan. Suara-suara hewan buas yang memekakan telinga, suara desisan, suara tawaan, juga suara auman. Tentu, Nara seperti sedang berada di rumah hantu.
“Ini adalah ruangan terbaik di Dunia Kegelapan,” begitu kata salah satu pelayan.
Barangkali, ruangan terbaik adalah sebaliknya. Sebab di ruangan ini, Nara merasa jika dirinya sedang berada di kuburan.
Ruangan itu serba hitam. Di dinding-dindingnya, terdapat lukisan-lukisan manusia setengah hewan, ada pula tengorak-tengkorak yang berserakan di pojok-pojok ruangan.
“Apa ruangan ini dibersihkan?” Nara bergumam kepada dirinya sendiri.
Aku mengulurkan tangan kepada wanita yang mengaku peri. Tentu, teman-temanku mengangguk. Mereka mencoba percaya dengan apa yang dikatakan perempuan itu. Sampai kemudian, tanganku dan tangannya saling berpegangan.“Peganglah pakaian Melica,” ucap Villa.Ucapan itu tidak dijawab, tetapi yang lainnya langsung melakukan perintah tadi. Mereka beruntut untuk memegang pakaian lebarku.“Siap?” tanya Villa.Semuanya mengangguk, sepertinya mereka masih belum percaya dengan itu semua.Sampai kemudian, kami seperti melayang di suatu lubang putih yang terlihat begitu luas. Kami melayang tanpa getaran yang berarti. Dan dalam waktu beberapa detik saja, kami sudah ada di tempat berbeda.Sejenak, aku membeku. Menyaksikan gerbang kerajaan yang terlihat begitu megah. Hal itu membuat aku akhirnya sadar. Lantas melihat teman-temanku satu per satu.“Kita benar-benar sampai?” tanyaku.Nana terlihat takjub. “Y
Saat masuk ke dalam kerajaan, aku mendapati suatu penampakkan yang berbeda. Puluhan prajurit berjejer di lapangan. Mereka terlihat siaga. Beberapa di antara mereka bahkan mengangkat berbagai senjata. Ada yang membawa panah, pedang, golok, bahkan sekadar tombak. Sepertinya, Cakra memang melakukan penjagaan ketat.“Syukurlah kalau kerajaan sudah bersiap-siap,” ucap Gala. “Saya tidak bisa membayangkan jika tiba-tiba kerajaan diserang tanpa ada persiapan.”Kami semua mengangguk. Setuju dengan sesuatu yang diucapkan Gala.Kami masuk ke lingkungan kerajaan. Para petinggi kerajaan juga sedang rapat dengar-dengar dari para pelayan. Mereka sepertinya memang tengah mengobrolkan berbagai strategi jika seandainya ada penyerangan. Syukurlah, Cakra cepat siapa dalam menangani masalah-masalah seperti itu. Hingga kemudian, Cakra menemui kami yang memang disuruh menunggu di suatu ruangan di gedung kerajaan.“Rupanya, saya bertemu dengan orang
Cahaya remang di sebuah kamar yang masuk lewat celah jendela selaras dengan hatinya yang gelisah. Dia melihat ke atas langit-langit kamar yang tidak begitu bercahaya, sebab lampu pun dimatikan. Sudah lebih dari dua minggu, anak, cucu, dan menantunya, tidak kunjung datang.Waktu itu, sebelum Gala dan Melica akhirnya pergi ke Negeri Bayangan, Ibu ditolong oleh polisi. Para polisi itu terheran-heran disaat Gala dan Melica tidak ada. Bahkan salah satu polisi bertanya.“Ke mana Pak Gala, Bu?” tanyanya.Beberapa polisi meringkus suruhan Candra, sementara salah satu pimpinan polisi mencari keterangan.“Menantu saya mengejar penculik anak dan cucu saya. Ke tengah hutan,” begitu kata Ibu.Jelas, Ibu tidak bisa membuat keterangan palsu. Tidak yang bisa dia sembunyikan. Sebab di dalam masalah ini, terdapat banyak orang yang saling berkaitan. Tentu saja, pada akhirnya hanya alasan itu yang bisa terucap.Setelah dimintai berbagai
Sarapan pagi ini terasa begitu hambar. Kami harus bisa mengisi perut di atas sebuah bahaya yang mungkin ada di depan mata. Orang-orang di depan kerajaan telah siaga. Kami juga sama. Kami berusaha mempersiapkan diri semaksimal mungkin. Hal tersebut terlihat dari wajah yang tegang.“Kalian sudah merasa lebih baik?” tanya Cakra.Ya, dia ikut sarapan bersama kami. Mungkin, hanya dia satu-satunya Raja yang begitu rendah hati.Aku menggeleng. “Tidak. Tentu tidak.”“Terima kasih atas semua jamuannya, Cakra,” ucap Gala. “Kami merasa lebih baik. Hanya saja, kamu juga tahu, hati kami sedang was-was.”Cakra mengangguk-angguk. Aku tahu, hatinya juga sama cemasnya dengan kami.Saat kami sedang menyantap makanan, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu depan. Setelahnya, terbukalah pintu ruang makan itu. Seseorang berdiri dengan badan tegang.“Raja, ada kerusuhan di jalanan depan. Ada kelompok tertent
Dalam pertarungan ini, aku melihat jika mereka jago bela diri. Tetapi, tidak ada satu pun yang memiliki kekuatan seperti kami. Apakah ini jebakan? Atau mungkin? Mereka memang orang-orang yang hanya terlatih bertarung?Dugaanku, mereka ini adalah bekas prajurit yang pada akhirnya menjadi orang biasa. Sekarang, mereka datang lagi karena merasa perlu bersuara. Atau sebenarnya, memang sudah ada yang menghasut mereka? Ah, Melica, kamu itu terlalu banyak tanya. Tidak ada gunanya bukan?Selama beberapa menit dari tadi, aku bisa melawan beberapa orangtua itu. Beberapa kali pula aku kelimpungan. Untung saja para lelaki perkasa dan satu perempuan perkasa benar-benar menjagaku. Mereka tiba-tiba ada di depanku, menggunakan kekuatan mereka untuk melindungi.“Mundur, Mel!” tegas Gala.Sepertinya dia sudah jengkel. Ah, menyebalkan! Tapi benar juga. Tenagaku sudah habis. Sementara lawan itu masih sigap, tenaga mereka nggak ada habisnya.“Kamu jug
Ratu Kegelapan tengah duduk di kursi tingginya. Tentu, di bawahnya, ada beberapa pengikutnya yang telah bersujud. Beberapa puluh orang masuk ke ruangan Ratu Kegelapan. Termasuk, di dalam situ juga ada Raras dan Candra. Hal tersebut membuat ruangan itu benar-benar ramai.“Satu jam lagi, kita semua akan pergi ke kerajaan,” ucap Ratu Kegelapan. “Di sana, kita akan menyerbu mereka. Kita akan memenangkan semuanya.”Ucapan itu disambut teriakkan. Teriakkan yang mengerikan. Ada pula geraman-geraman yang membuat suasana semakin mencekam.“Candra, maju!” tegas ratu kegelapan.Ucapan itu membuat Candra buru-buru berdiri, lantas meju ke hadapan Ratu Kegelapan.“Apakah kau siap menjadi pemimpin di kerajaan Negeri Bayangan?” tanya Ratu Kegelapan. Dia seolah percaya diri akan memenangkan semuanya.“Saya siap, Ratu .....” Candra tersenyum lebar.“Yakin?” tegas Ratu Kegelapan.
Deru napas di ruangan istirahat terdengar keras dan saling bersautan. Itu adalah napas dari para pendekar yang sejak dari pagi melawan para pemberontak. Kamu tahu? Para pemberontak itu datang silih berganti. Bergerombol dan beberapa kali.Aku melihat Pikan tengah terlentang di atas lantai. Keringatnya bercucuran. Sementara, aku melihat Suri mengusap-usap tangannya. Dia terlalu sering mengeluarkan api dari tangan. Jika terlalu sering seperti itu, jelas hal itu akan membahayakan.Selain mereka berdua, aku melihat Yugas mengusap kaki. Dari tadi, dia menggunakan kaki ke sana ke mari untuk bisa melawan dengan cepat. Sementara Sangga, dia seperti banjir keringat. Dia mengeluarkan banyak tenaga untuk melawan. Bahkan juga tenaga dalam.Aku, Gala, juga Nana tentu tidak seperti mereka. Kami tidak terlalu banyak melawan karena tahu kemampuan itu tidak banyak. Kami percaya kepada mereka. Dan ya, sampai jam tujuh malam ini, akhirnya kerajaan lengang. Pemberontak bisa dikalah
Kami semua tak berdaya. Kami jatuh di atas tanah. Aku melihat ke arah Pikan dan Suri, mereka terlihat tak berdiri. Mata mereka terpejam. Sementara, Sangga dan Yugas terlihat lemas, bahkan kulihat ada darah yang berceceran. Sangga sampai muntah darah!“Gal,” desahku. “Apa kita harus menyerah?”Gala terdiam. Dia mengusap wajahnya yang penuh keringat.Tidak seharusnya aku berbicara demikian. Di situasi genting, seharusnya aku menguatkan. Namun, semuanya memang sulit bukan?Aku tidak menyangka, disaat diam seperti ini, Cakra bangun. Dia melangkah maju, lantas berkata dengan begitu lantang.“Apa kau adalah Candra?” tanya Cakra.Oh, aku baru sadar jika ini adalah pertemuan pertama mereka. Satu ayah, beda ibu. Mereka adalah saudara. Disaat detik-detik kami benar-benar kalah, Cakra memilih bertanya seperti itu. Dia seperti tidak ada perasaan takut jika dirinya akan dihempas Ratu Kegelapan.“Ya. Kau ta