Jogja, 2009
"Mas Beben mau pulang ke Jakarta?"
Beni menghentikan aktivitasnya yang sedang mengepaki pakaian ke dalam tas ranselnya. Beni menatap gadis kecil yang berdiri di ambang pintu dan tengah memainkan ujung kaosnya tersebut. Beni tersenyum dan melangkah mendekati bocah itu.
Gadi
Jogja, 2008"Mas, nikah itu apa?"Beni yang tengah memakan jambu pemberian Kakek, tersedak. Ia cepat-cepat meminum air putihnya, kemudian menatap Adel lurus-lurus."Nikah?"
Jogja, 2018Reina geram pada Aldo, karena sejak setengah jam yang lalu Aldo mengabaikannya. Jika disuruh memilih, Reina lebih memilih menghabiskan hari minggunya untuk tiduran seharian di atas kasurnya yang empuk, sambil nonton drama korea kesayangannya, daripada harus menemani Aldo di kamarnya.Gadis itu menatap miring Aldo yang masih asyik dengan
Jogja, 2018Kalau ada yang bilang persahabatan antara pria dan wanita itu enggak murni, tadinya Nata akan menolak pendapat itu. Ia akan dengan berani mengatakan pada teman-temannya di kelas bahwa persahabatannya dengan Dinda itu murni. Namun, sekarang rasanya Nata akan mengatakan sebaliknya. Ia menyetujui pendapat tersebut.Semenjak ia putus dari Adel, ada yang hilang dari dirinya. Ia frustasi dan hampir menyerah pada hidup. Di saat itu, Dinda datang, dan entah Nata bersyukur ada cewek itu yang bersedia menerima curaha
“Andai kau tahu, aku ingin kembali ke masa di mana aku berada di sampingmu, tanpa merasakan beban apapun.”~♥~♥~♥~Liburan semester ganjil sudah ditunggu-tunggu hampir seluruh siswa yang ada di Indonesia. Siapapun itu pasti akan senang kala liburan tiba. Entah liburan itu diisi dengan hal yang penting seperti belajar kelompok, sampai yang tidak penting seperti menonton televisi di rumah hingga petang menjelang. Bagi yang liburannya hanya di rumah saja mereka akan menjalani rutinitas makan lalu tidur berulang kali selama dua minggu lamanya. Sedangkan mereka yang menghabiskan masa liburannya di rumah sanak saudara seperti yang Adel lakukan saat ini, pasti ada sedikit kesenangan tersendiri.Adel sudah menghabiskan dua jam lamanya dalam perjalanan menuju rumah kakeknya yang terletak di Gunungkidul dari Malioboro. Dan entah mengapa matanya sangat berat begitu sampai ke rumah kakek. Ditambah lagi sang kakek yang ten
“Ada hal yang bisa membuatmu tertawa dan menangis di saat yang bersamaan. Aku menyebutnya … kenangan.”~♥~♥~♥~Adel yakin semalam ia tidur sendiri di kasur king size kamarnya. Adel juga yakin jika guling yang semalam ia peluk bentuknya bukan seperti ini. Gulingnya terbuat dari bahan kapas yang tentunya lembut, bentuknya yang memanjang sepanjang dirinya membuat Adel senang dengan guling itu. Namun yang saat ini Adel peluk terasa seperti bukan gulingnya. Guling ini bentuknya lebih panjang dari biasanya, dan tak beraturan. Serta terdengar bunyi desahan napas. Bahkan dari balik telapak tangannya, Adel bisa merasakan detak jantung.Huh? Detak jantung?Seperti seseorang.“Pasti Bunda,” pikir Adel.Jadi, Adel semakin menenggelamkan wajahnya ke dada orang yang memeluknya. Tetapi lagi-lagi ada yang aneh. Jika Bundanya … "kok rata,ya?" pikir Adel.“Kalau gitu, pasti ini Ayah.”Dan Adel sudah bosan beradu pikiran
“Tidak ada kata paksaan dalam cinta. Seperti halnya tidak ada yang terpaksa mencintai, tidak ada juga terpaksa mencintai.”~♥~♥~♥~What! Nikah? Yang benar saja!Otak Adel langsung menyuarakan isi hatinya. Menolak mentah-mentah apa yang disarankan kakeknya. Tetapi Adel merasa penolakannya percuma saja. Kakek tetap keukeuh pada pendiriannya. Dan malah kian rumit kala kakek didukung oleh seluruh anggota keluarga yang ada di situ. Benar-benar konspirasi menyebalkan!Jadi di sinilah Adel sekarang. Fitting baju pengantin dengan Bunda dan Tante Mut... em ralat! Mama Mutia.Tanpa didampingi calon pengantin pria."Ah, bodo amat! Dia enggak datang malah gue seneng banget. Semoga aja dia enggak datang, enggak usah nikah sekalian aja," batin Adel. Ia menyeringai kecil sambil ikut membenarkan letak gaun pengantinnya.Katanya enggak mau nikah, kok sekarang Adel malah ikut bantuin mbak-mbak pegawai butik buat memasangkan gaunnya? Gadis
“Ada hari di mana kau tidak ingin waktu berlalu dengan cepat. Tahu artinya? Kau bahagia dan menghargai waktu yang kau lalui bersamanya.”~♥~♥~♥~Beni sedari tadi tidak dapat menahan senyumnya tatkala melihat penampilan Adel. Benarkah yang ada di hadapannya itu Adel? Itulah yang sejak sepuluh menit lalu ia tanyakan pada penglihatannya. Adel begitu cantik dengan balutan dress berwarna putih salju yang kini ia kenakan. Gadis itu tampak anggun, tidak seperti Adel yang biasanya judes kepada semua orang yang baru dikenalnya.Beni menatap Adel untuk kesekian kalinya. Tetapi bukannya bosan, ia malah semakin kecanduan memandang wajah mungil itu. Itukah gadis yang dulu dengan lucunya mengajaknya berkenalan? Apa itu gadis yang dulu pernah mengobati luka di lututnya saat ia terjatuh? Beni mengenang, ingatannya jatuh pada bertahun-tahun yang lalu. Di mana ada Adel kecil di sana.Ya. Sepertinya ia memang gadis kecil itu, Ardela Maharani. Gadis y
“Aku tidak ingin munafik dengan membohongi diriku sendiri. Tetapi aku senang kau menyebut perumpamaan antara kau dan aku dengan kata ‘kita’.”~♥~♥~♥~Selepas acara pernikahan, Kakek Retno mengumpulkan anggota keluarga besar Djamil di ruang aula besar.Ruangan ini terdapat di gedung hotel yang sengaja disewa kakek, lengkap dengan segala perlengkapan pernikahan.Adel bahkan baru tahu, bahwa Kakek Retno ternyata kaya raya. Buktinya, kakek bisa menyewa salah satu ruangan di hotel yang Adel taksir akan mencapai sekitar 50 juta.Belum lagi ditambah dengan tetek-bengek pernikahan ini.Adel benar-benar tidak menyangka sebelumnya."Kamu harus siap-siap untuk pulang ke rumah."Meiti menyentuh lengan Adel dan itu cukup menyadarkan Adel dari lamunannya."Hah, akhirnya!" Adel mengembuskan napasnya lalu mulai mengangkat gaunnya yang kebesaran dan berjalan ke pintu keluar."Eh, kamu mau kemana?" tanya Meiti menahan lengan Adel yang main
Jogja, 2018Kalau ada yang bilang persahabatan antara pria dan wanita itu enggak murni, tadinya Nata akan menolak pendapat itu. Ia akan dengan berani mengatakan pada teman-temannya di kelas bahwa persahabatannya dengan Dinda itu murni. Namun, sekarang rasanya Nata akan mengatakan sebaliknya. Ia menyetujui pendapat tersebut.Semenjak ia putus dari Adel, ada yang hilang dari dirinya. Ia frustasi dan hampir menyerah pada hidup. Di saat itu, Dinda datang, dan entah Nata bersyukur ada cewek itu yang bersedia menerima curaha
Jogja, 2018Reina geram pada Aldo, karena sejak setengah jam yang lalu Aldo mengabaikannya. Jika disuruh memilih, Reina lebih memilih menghabiskan hari minggunya untuk tiduran seharian di atas kasurnya yang empuk, sambil nonton drama korea kesayangannya, daripada harus menemani Aldo di kamarnya.Gadis itu menatap miring Aldo yang masih asyik dengan
Jogja, 2008"Mas, nikah itu apa?"Beni yang tengah memakan jambu pemberian Kakek, tersedak. Ia cepat-cepat meminum air putihnya, kemudian menatap Adel lurus-lurus."Nikah?"
Jogja, 2009"Mas Beben mau pulang ke Jakarta?"Beni menghentikan aktivitasnya yang sedang mengepaki pakaian ke dalam tas ranselnya. Beni menatap gadis kecil yang berdiri di ambang pintu dan tengah memainkan ujung kaosnya tersebut. Beni tersenyum dan melangkah mendekati bocah itu.Gadi
“Aku ingin kisahku berakhir bahagia layaknya dongeng-dongeng yang kubaca sebelum tidur.”~♥~♥~
“Aku dilahirkan untuk merayakan ulang tahun bersamamu.”~♥~♥~♥~
“Aku mengenalmu bukan lewat mata, melainkan lewat jiwa yang tulus aku tahu siapa dirimu.”~♥~♥~
"Memaafkan itu memang hal paling berat, tetapi akan terasa indah ketika dilakukannya dengan ikhlas."~♥~♥
“Awalan yang baik akan menghasilkan akhir yang baik pula, bukan?”~♥~♥~♥~