Devan yang merasa cemas terhadap Evangeline pun memutuskan untuk datang ke apartemen sang kekasih meski pekerjaan dan rapat tengah menunggunya. Bukan hanya karena Evangeline mengatakan sakit, tapi rasa cemas sebab baru mengetahui jika rekan bisnisnya adalah mantan suami sang kekasih.
Devan keluar dari lift yang terbuka di lantai tempat ruangan Evangeline berada, pria itu berjalan santai hingga ia menghentikan langkah ketika melihat pintu unit Evangeline terbuka, tapi sedetik kemudian Devan berjalan cepat karena mendengar suara gaduh.
"Lepas, Ka! Jangan keterlaluan!" teriak Evangeline dengan suara sedikit terisak.
"Nggak, aku tidak akan pernah melepaskanmu!" tolak Radhika.
Devan yang melihat Radhika tengah memaksa Evangeline pun merasa murka, pria itu langsung menarik kerah kemeja bagian belakang Radhika lantas mendorong rekan bisnisnya itu keluar melewati pintu.
"Jangan menyentuhnya!" gera
Devan duduk bersama Evangeline, ia menunggu hingga kekasihnya itu tenang sebelum bertanya tentang hubungan Evangeline dan Radhika.Evangeline terdiam, ia masih terlihat sesekali mengusap ingus dan sisa buliran kristal bening di wajahnya. Hari yang paling ditakutinya adalah ketika bertemu lagi dengan mantan suaminya itu."Apa sudah lebih baik?" tanya Devan mengamati Evangeline.Evangeline menoleh pada Devan, ia mencoba mengulas senyum agar Devan tidak khawatir."Sudah mendingan," jawab Evangeline yang kemudian sedikit menunduk.Devan menatap pada kekasihnya itu, tahu jika sebenarnya Evangeline belum baik-baik saja."Ivi, kamu tidak mau menceritakan sesuatu padaku?" tanya Devan yang tidak mau langsung ke inti pertanyaannya.Evangeline meletakkan tisu yang dipegangnya, lantas menyandarkan punggung dengan kasar, ia sampai menutup kedua mata m
Milea tengah makan siang dengan Jordan, tapi gadis itu terlihat tidak fokus dengan makanan yang tersaji, pikirannya tengah melayang kepada kedatangan Radhika hari itu."Mil, kenapa tidak makan?" Pertanyaan Jordan membuyarkan lamunan Milea, gadis itu pun membetulkan posisi duduknya sebelum akhirnya menatap pada calon suaminya."Sedang memikirkan sesuatu," jawab Milea yang kemudian memasukkan potongan daging ke mulutnya."Memikirkan apa?" tanya Jordan penasaran, pria itu sampai meletakkan alat makan dan dengan serius menatap pada tunangannya itu.Milea terlihat bingung, ia sampai menggaruk kepala yang tidak gatal baru kemudian menatap pada Jordan yang sudah menantikan jawaban darinya."Mantan suami Evangeline mendatangi rumahku," jawab Milea.Jordan sedikit terkejut, tapi kemudian ia berpikir bagaimana perasaan mantan kakak iparnya kalau tahu, meski sebenarnya tanpa Jordan sadar
Jordan ingin mengantar Milea ke rumah setelah mereka selesai makan siang, tapi pria itu melihat betapa gelisahnya gadis itu hingga akhirnya memutuskan untuk mengajak Milea ke tempat Evangeline."Di mana lokasi apartemen Evangeline?" tanya Jordan seraya fokus ke jalanan."Memangnya kenapa?" tanya Milea bingung, ditatapnya Jordan yang terus menatap aspal jalanan."Kamu terlihat gelisah dan sepertinya masih mengkhawatirkan Evangeline, jadi alangkah baiknya kamu melihatnya sendiri keadaaanya agar tidak cemas," ujar Jordan yang menoleh sekilas pada Milea dengan mengulas senyum.Milea mengangguk mengerti, ia pun memberi tahu alamat Evangeline hingga Jordan melajukan mobil ke area yang disebutkan oleh tunangannya itu.---"Oh, mau ambil berkasnya?" tanya Devan ketika melihat siapa yang datang."Iya Pak!" jawab salah satu kurir perusahaan Devan.Devan pun berjalan masuk tanpa mempersilahkan kurirnya itu masuk dahulu, ia segera meng
Hari berikutnya, Milea mengajak Evangeline pergi ke sebuah butik untuk memilih gaun pengantin, tanggal pernikahan Milea dan Jordan memang sudah ditentukan. Karena Jordan masih ada rapat, membuat Milea mengajak Evangeline."Aku akan mencoba yang ini, kamu pilihlah gaunmu," ujar Milea yang sudah selesai memilih.Evangeline hanya mengangguk, ia melihat-lihat gaun pengantin juga gaun lainnya yang tergantung di sana. Entah kenapa ia tersenyum getir, semua itu mengingatkannya tentang Radhika, bagaimana pria itu dulu menemani memilih gaun pengantin untuk pernikahan mereka. Namun, tetap saja Evangeline harus bangun dari mimpi dan kembali pada kenyataan, bahwa Radhika mungkin benar-benar bukanlah pria yang akan menemaninya hingga tua."Apa ini mengingatkanmu pada kita?" Pertanyaan itu membuat Evangeline tertegun.Evangeline berdiri terpaku menatap kosong yang ada di hadapannya, terlalu takut untuk menol
Evangeline sudah sampai di mejanya, tapi ternyata tanpa disengaja meninggalkan satu berkasnya, membuat Evangeline akhirnya harus kembali lagi ke ruang rapat. Ia hampir membuka pintu ruangan itu hingga mendengarkan pertengkaran di dalam ruangan di mana Evangeline mendengar suara Radhika dan Devan. Ia pun memutuskan menunggu dan berdiri di luar pintu untuk mendengarkan apa yang sebenarnya sedang terjadi."Aku memang belum memiliki hak seutuhnya, tapi dia sudah menerimaku dan tidak akan aku biarkan kamu kembali mengusik hidupnya! Aku bisa saja menghancurkan apa yang kamu miliki. Tapi, hanya demi Evangeline, aku tidak akan melakukannya!"~Devan"Lihat, bahkan kini Ivi pun masih mengkhawatirkan 'ku dengan meminta kamu tidak melakukannya."~Radhika."Dasar bajingan!"~Devan"Dia mengkhawatirkan 'ku bukan dirimu! Jangan panggil dia Ivi, karena hanya aku yang akan memanggilnya dengan sebutan itu!"~Devan.
Sore itu, Evangeline dengan sengaja mencari Radhika, dirinya tahu kalau masalahnya tidak diselesaikan maka itu akan mempengaruhi hubungan antara dirinya dan Devan, ia tidak mau kalau cinta yang sedang berusaha ia pupuk terus tertepa masalah.Radhika terlihat begitu senang ketika Evangeline menghubungi dirinya dan berkata kalau ingin bertemu. Seakan mendapat angin segar di padang yang gersang."Aku tidak menyangka kalau kamu akan menghubungi 'ku," ucap Radhika begitu bertemu dengan Evangeline.Evangeline hanya mengulas senyum terpaksa, ia memilih menyesap kopi yang sudah dipesannya seraya mengalihkan pandangan ke arah lain."Apa kamu sudah makan? Kenapa tidak memesan sesuatu?" tanya Radhika seraya membuka buku menu."Aku tidak suka berbasa-basi, Ka! Mari kita bicara dan selesaikan semuanya!" Air muka Evangeline terlihat begitu serius, ia menyandarkan punggung dengan tatapan yang s
Prosesi penikahan berjalan dengan lancar, kini mereka sedang menggelar acara resepsi. Banyak kolega dan teman yang datang.Angel terlihat terus menempel pada Milea, gadis kecil itu merasa senang dengan acara itu, meski dirinya tidak tahu akan artinya."Ca, nanti pulang dulu sama oma, ya!" pinta Jordan kepada putrinya."Kenapa? Ica mau sama mama Milea!" Gadis kecil itu menolak, ia memeluk Milea yang sedang memangkunya.Jordan menggaruk-garuk kepala, gadis kecilnya terus menempel bahkan terkesan enggan dipisah dari mama barunya. Milea yang melihat suaminya itu kebingungan pun hanya menahan tawa, karena dia tentu saja bisa menebak kenapa Jordan memaksa agar Angel pulang bersama Sonia."Sabar, makin dipaksa maka akan semakin susah!" seloroh Milea.Milea seakan tidak mempedulikan kegelisahan Jordan, ia mengabaikan pria itu dan memilih bercanda dengan gadis k
Setelah pesta berakhir, Evangeline dan Devan membawa Angel bersama mereka. Ketiganya kini tengah berada dalam perjalanan menuju tempat yang dikatakan oleh Devan."Apa tempatnya jauh?" tanya Evangeline.Setelah mengajak Angel makan eskrim, mereka menuju tempat yang diucapkan Devan."Tidak, sebenarnya dekat dengan pusat kota, hanya saja karena kita melakukan perjalanan dari tempat pesta Jordan, jadi terkesan jauh kalau dari sana," jawab Devan.Evangeline hanya mengangguk, ia menoleh pada Angel yang ternyata sudah tertidur di belakang kursi penumpang."Dia kelelahan," ucap Evangeline sedikit mencondongkan tubuhnya ke belakang untuk bisa menyelimuti tubuh gadis kecil itu menggunakan jas milik Devan."Hah, dia kalau kekenyangan akan seperti itu. Lihat saja dia tadi habis berapa mangkuk eskrim," timpal Devan seraya menoleh sekilas pada Evangeline.