Evangeline sudah sampai di mejanya, tapi ternyata tanpa disengaja meninggalkan satu berkasnya, membuat Evangeline akhirnya harus kembali lagi ke ruang rapat. Ia hampir membuka pintu ruangan itu hingga mendengarkan pertengkaran di dalam ruangan di mana Evangeline mendengar suara Radhika dan Devan. Ia pun memutuskan menunggu dan berdiri di luar pintu untuk mendengarkan apa yang sebenarnya sedang terjadi.
"Aku memang belum memiliki hak seutuhnya, tapi dia sudah menerimaku dan tidak akan aku biarkan kamu kembali mengusik hidupnya! Aku bisa saja menghancurkan apa yang kamu miliki. Tapi, hanya demi Evangeline, aku tidak akan melakukannya!"~Devan
"Lihat, bahkan kini Ivi pun masih mengkhawatirkan 'ku dengan meminta kamu tidak melakukannya."~Radhika.
"Dasar bajingan!"~Devan
"Dia mengkhawatirkan 'ku bukan dirimu! Jangan panggil dia Ivi, karena hanya aku yang akan memanggilnya dengan sebutan itu!"~Devan.
Sore itu, Evangeline dengan sengaja mencari Radhika, dirinya tahu kalau masalahnya tidak diselesaikan maka itu akan mempengaruhi hubungan antara dirinya dan Devan, ia tidak mau kalau cinta yang sedang berusaha ia pupuk terus tertepa masalah.Radhika terlihat begitu senang ketika Evangeline menghubungi dirinya dan berkata kalau ingin bertemu. Seakan mendapat angin segar di padang yang gersang."Aku tidak menyangka kalau kamu akan menghubungi 'ku," ucap Radhika begitu bertemu dengan Evangeline.Evangeline hanya mengulas senyum terpaksa, ia memilih menyesap kopi yang sudah dipesannya seraya mengalihkan pandangan ke arah lain."Apa kamu sudah makan? Kenapa tidak memesan sesuatu?" tanya Radhika seraya membuka buku menu."Aku tidak suka berbasa-basi, Ka! Mari kita bicara dan selesaikan semuanya!" Air muka Evangeline terlihat begitu serius, ia menyandarkan punggung dengan tatapan yang s
Prosesi penikahan berjalan dengan lancar, kini mereka sedang menggelar acara resepsi. Banyak kolega dan teman yang datang.Angel terlihat terus menempel pada Milea, gadis kecil itu merasa senang dengan acara itu, meski dirinya tidak tahu akan artinya."Ca, nanti pulang dulu sama oma, ya!" pinta Jordan kepada putrinya."Kenapa? Ica mau sama mama Milea!" Gadis kecil itu menolak, ia memeluk Milea yang sedang memangkunya.Jordan menggaruk-garuk kepala, gadis kecilnya terus menempel bahkan terkesan enggan dipisah dari mama barunya. Milea yang melihat suaminya itu kebingungan pun hanya menahan tawa, karena dia tentu saja bisa menebak kenapa Jordan memaksa agar Angel pulang bersama Sonia."Sabar, makin dipaksa maka akan semakin susah!" seloroh Milea.Milea seakan tidak mempedulikan kegelisahan Jordan, ia mengabaikan pria itu dan memilih bercanda dengan gadis k
Setelah pesta berakhir, Evangeline dan Devan membawa Angel bersama mereka. Ketiganya kini tengah berada dalam perjalanan menuju tempat yang dikatakan oleh Devan."Apa tempatnya jauh?" tanya Evangeline.Setelah mengajak Angel makan eskrim, mereka menuju tempat yang diucapkan Devan."Tidak, sebenarnya dekat dengan pusat kota, hanya saja karena kita melakukan perjalanan dari tempat pesta Jordan, jadi terkesan jauh kalau dari sana," jawab Devan.Evangeline hanya mengangguk, ia menoleh pada Angel yang ternyata sudah tertidur di belakang kursi penumpang."Dia kelelahan," ucap Evangeline sedikit mencondongkan tubuhnya ke belakang untuk bisa menyelimuti tubuh gadis kecil itu menggunakan jas milik Devan."Hah, dia kalau kekenyangan akan seperti itu. Lihat saja dia tadi habis berapa mangkuk eskrim," timpal Devan seraya menoleh sekilas pada Evangeline.
Milea dan Jordan kembali ke kamar yang sudah disiapkan oleh panitia Wedding Organizer yang mereka sewa. "Apa lelah?" tanya Jordan pada Milea, pria itu cukup pengertian dengan membantu mengangkat ujung gaun sang istri yang menjuntai ke lantai. "Sangat! Sepertinya kamu harus mengurungkan niat malam pertama kita dan menunggunya hingga honeymoon," ujar Milea dengan mimik wajah begitu serius, ia sampai mengusap tengkuknya berulang kali. Gadis itu langsung duduk di tepian ranjang di mana sudah ada kelopak bunga mawar yang bertaburan di atasnya, Milea melepas high hells kemudian memijat betisnya. "Percuma dong kamar yang sangat cantik dan romantis ini akan terbuang sia-sia karena tidak ada kegiatan yang akan dilakukan." Jordan terlihat kecewa setelah mendengar ucapan Milea. Jordan memilih berjalan ke arah meja di mana ada botol wine tersedia di sana, pria itu sedikit putus asa
Angel terbangun dari lelapnya, gadis kecil itu tampak duduk dengan mengucek mata, mengedarkan ke seluruh ruangan tapi tidak ada siapa pun."Mama Ivi! Papa Devan!" panggil gadis itu yang kebingungan.Angel turun dari ranjang, lantas berjalan menuju pintu dan keluar dari kamar untuk mencari Devan dan Evangeline."Mama Ivi!"Angel mencoba memanggil nama Evangeline lagi tapi tidak mendapat jawaban, ia tetap berjalan hingga melihat pintu kamar sebelahnya yang tidak tertutup sempurna.Devan dan Evangeline yang mendengar suara Angel pun langsung melihat ke arah pintu. Karena kaki Evangeline sakit, membuat Devan yang akhirnya menghampiri gadis kecil itu. Devan membuka pintu dan melihat Angel yang sudah berdiri di depan pintu."Ica!""Papa Devan, mama Ivi mana?" tanya Angel dengan tangan yang masih mengucek kelopak mata, gadis kecil itu bahkan ber
"Dasar adik kurang ajar!" gerutu Devan. "Dia ini tidak bisa melihat orang lain senang!"Devan merasa kesal setelah membaca pesan dari Jordan, mantan adik iparnya itu mengirim pesan kalau akan pergi honeymoon bersama Milea serta menitipkan Angel pada Evangeline dan Devan. Jordan tidak berani berpamitan langsung dengan putrinya karena takut kalau Angel akan merengek ikut, yang tentu saja akan membuat honeymon-nya terganggu."Ada apa?" tanya Evangeline yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan langkah yang tertatih.Evangeline melihat wajah masam kekasihnya, ia pun lantas ikut duduk di sebelah Devan."Lihat saja!" Devan memberikan ponselnya pada Evangeline, pria itu besungut kesal.Evangeline menerima ponsel Devan, ia kemudian membaca pesan dari Jordan lantas tertawa."Kenapa tertawa?" tanya Devan keheranan."Ya lucu saja, kenapa hal sep
Evangeline memaksa bekerja meski Devan sudah melarangnya, wanita itu hanya tidak mau jika mendapatkan perlakuan khusus di perusahaan itu. Baginya sikap profesional adalah yang utama. Siang itu Evangeline harus pergi ke sekolah Angel, ia ingin menjemput gadis kecil itu karena Devan sedang keluar untuk menghadiri rapat di perusahaan lain. Devan sengaja tidak mengajak Evangeline karena takut kalau ada yang meliriknya seperti waktu itu.Evangeline berjalan di lobi dengan langkah tertatih, tetap harus pergi karena tidak mau membuat Angel kecewa jika dirinya menyuruh orang lain.Hingga ketika hendak melangkah di anak tangga depan lobi, Evangeline hampir terjatuh lagi. Beruntung ada seseorang yang menahan tubuhnya dari belakang."Ah, terima ka-sih." Evangeline menoleh dan menatap siapa yang berdiri di belakangnya."Kakimu sakit?" tanya Radhika yang memang kebetulan di sana dan melihat Evangeline hampir terj
Evangeline masih berusaha menjauhkan tubuh Radhika darinya, sedangkan tangan satunya mencoba membuka pintu yang ditahan pria itu."Ka, pembahasan tentang hubungan kita sudah berakhir, kenapa kamu masih terus mengingatkan akan hal itu?" tanya Evangeline yang mencoba mengalihkan topik yang ditujukan oleh Radhika."Kamu mengelak dan menghindar, apa itu bisa aku anggap kalau kamu sebenarnya masih mencintaiku?" Radhika terlihat senang dengan reaksi yang diberikan Evangeline.Evangeline menghela napas tidak percaya karena Radhika malah berpikir seperti itu, hingga akhirnya Evangeline harus mengulang kata tentang perasaannya sekarang ini."Tidak, aku sudah tidak mencintaimu, Ka! Antara kita benar-benar hanya ada kata 'mantan' tidak lebih dari itu!" ujar Evangeline seraya menatap kedua bola mata Radhika secara bergantian.Radhika tersenyum getir, tapi ia tetap tidak percaya dengan pengak