Jordan ingin mengantar Milea ke rumah setelah mereka selesai makan siang, tapi pria itu melihat betapa gelisahnya gadis itu hingga akhirnya memutuskan untuk mengajak Milea ke tempat Evangeline.
"Di mana lokasi apartemen Evangeline?" tanya Jordan seraya fokus ke jalanan.
"Memangnya kenapa?" tanya Milea bingung, ditatapnya Jordan yang terus menatap aspal jalanan.
"Kamu terlihat gelisah dan sepertinya masih mengkhawatirkan Evangeline, jadi alangkah baiknya kamu melihatnya sendiri keadaaanya agar tidak cemas," ujar Jordan yang menoleh sekilas pada Milea dengan mengulas senyum.
Milea mengangguk mengerti, ia pun memberi tahu alamat Evangeline hingga Jordan melajukan mobil ke area yang disebutkan oleh tunangannya itu.
-
--"Oh, mau ambil berkasnya?" tanya Devan ketika melihat siapa yang datang."Iya Pak!" jawab salah satu kurir perusahaan Devan.
Devan pun berjalan masuk tanpa mempersilahkan kurirnya itu masuk dahulu, ia segera meng
Hari berikutnya, Milea mengajak Evangeline pergi ke sebuah butik untuk memilih gaun pengantin, tanggal pernikahan Milea dan Jordan memang sudah ditentukan. Karena Jordan masih ada rapat, membuat Milea mengajak Evangeline."Aku akan mencoba yang ini, kamu pilihlah gaunmu," ujar Milea yang sudah selesai memilih.Evangeline hanya mengangguk, ia melihat-lihat gaun pengantin juga gaun lainnya yang tergantung di sana. Entah kenapa ia tersenyum getir, semua itu mengingatkannya tentang Radhika, bagaimana pria itu dulu menemani memilih gaun pengantin untuk pernikahan mereka. Namun, tetap saja Evangeline harus bangun dari mimpi dan kembali pada kenyataan, bahwa Radhika mungkin benar-benar bukanlah pria yang akan menemaninya hingga tua."Apa ini mengingatkanmu pada kita?" Pertanyaan itu membuat Evangeline tertegun.Evangeline berdiri terpaku menatap kosong yang ada di hadapannya, terlalu takut untuk menol
Evangeline sudah sampai di mejanya, tapi ternyata tanpa disengaja meninggalkan satu berkasnya, membuat Evangeline akhirnya harus kembali lagi ke ruang rapat. Ia hampir membuka pintu ruangan itu hingga mendengarkan pertengkaran di dalam ruangan di mana Evangeline mendengar suara Radhika dan Devan. Ia pun memutuskan menunggu dan berdiri di luar pintu untuk mendengarkan apa yang sebenarnya sedang terjadi."Aku memang belum memiliki hak seutuhnya, tapi dia sudah menerimaku dan tidak akan aku biarkan kamu kembali mengusik hidupnya! Aku bisa saja menghancurkan apa yang kamu miliki. Tapi, hanya demi Evangeline, aku tidak akan melakukannya!"~Devan"Lihat, bahkan kini Ivi pun masih mengkhawatirkan 'ku dengan meminta kamu tidak melakukannya."~Radhika."Dasar bajingan!"~Devan"Dia mengkhawatirkan 'ku bukan dirimu! Jangan panggil dia Ivi, karena hanya aku yang akan memanggilnya dengan sebutan itu!"~Devan.
Sore itu, Evangeline dengan sengaja mencari Radhika, dirinya tahu kalau masalahnya tidak diselesaikan maka itu akan mempengaruhi hubungan antara dirinya dan Devan, ia tidak mau kalau cinta yang sedang berusaha ia pupuk terus tertepa masalah.Radhika terlihat begitu senang ketika Evangeline menghubungi dirinya dan berkata kalau ingin bertemu. Seakan mendapat angin segar di padang yang gersang."Aku tidak menyangka kalau kamu akan menghubungi 'ku," ucap Radhika begitu bertemu dengan Evangeline.Evangeline hanya mengulas senyum terpaksa, ia memilih menyesap kopi yang sudah dipesannya seraya mengalihkan pandangan ke arah lain."Apa kamu sudah makan? Kenapa tidak memesan sesuatu?" tanya Radhika seraya membuka buku menu."Aku tidak suka berbasa-basi, Ka! Mari kita bicara dan selesaikan semuanya!" Air muka Evangeline terlihat begitu serius, ia menyandarkan punggung dengan tatapan yang s
Prosesi penikahan berjalan dengan lancar, kini mereka sedang menggelar acara resepsi. Banyak kolega dan teman yang datang.Angel terlihat terus menempel pada Milea, gadis kecil itu merasa senang dengan acara itu, meski dirinya tidak tahu akan artinya."Ca, nanti pulang dulu sama oma, ya!" pinta Jordan kepada putrinya."Kenapa? Ica mau sama mama Milea!" Gadis kecil itu menolak, ia memeluk Milea yang sedang memangkunya.Jordan menggaruk-garuk kepala, gadis kecilnya terus menempel bahkan terkesan enggan dipisah dari mama barunya. Milea yang melihat suaminya itu kebingungan pun hanya menahan tawa, karena dia tentu saja bisa menebak kenapa Jordan memaksa agar Angel pulang bersama Sonia."Sabar, makin dipaksa maka akan semakin susah!" seloroh Milea.Milea seakan tidak mempedulikan kegelisahan Jordan, ia mengabaikan pria itu dan memilih bercanda dengan gadis k
Setelah pesta berakhir, Evangeline dan Devan membawa Angel bersama mereka. Ketiganya kini tengah berada dalam perjalanan menuju tempat yang dikatakan oleh Devan."Apa tempatnya jauh?" tanya Evangeline.Setelah mengajak Angel makan eskrim, mereka menuju tempat yang diucapkan Devan."Tidak, sebenarnya dekat dengan pusat kota, hanya saja karena kita melakukan perjalanan dari tempat pesta Jordan, jadi terkesan jauh kalau dari sana," jawab Devan.Evangeline hanya mengangguk, ia menoleh pada Angel yang ternyata sudah tertidur di belakang kursi penumpang."Dia kelelahan," ucap Evangeline sedikit mencondongkan tubuhnya ke belakang untuk bisa menyelimuti tubuh gadis kecil itu menggunakan jas milik Devan."Hah, dia kalau kekenyangan akan seperti itu. Lihat saja dia tadi habis berapa mangkuk eskrim," timpal Devan seraya menoleh sekilas pada Evangeline.
Milea dan Jordan kembali ke kamar yang sudah disiapkan oleh panitia Wedding Organizer yang mereka sewa. "Apa lelah?" tanya Jordan pada Milea, pria itu cukup pengertian dengan membantu mengangkat ujung gaun sang istri yang menjuntai ke lantai. "Sangat! Sepertinya kamu harus mengurungkan niat malam pertama kita dan menunggunya hingga honeymoon," ujar Milea dengan mimik wajah begitu serius, ia sampai mengusap tengkuknya berulang kali. Gadis itu langsung duduk di tepian ranjang di mana sudah ada kelopak bunga mawar yang bertaburan di atasnya, Milea melepas high hells kemudian memijat betisnya. "Percuma dong kamar yang sangat cantik dan romantis ini akan terbuang sia-sia karena tidak ada kegiatan yang akan dilakukan." Jordan terlihat kecewa setelah mendengar ucapan Milea. Jordan memilih berjalan ke arah meja di mana ada botol wine tersedia di sana, pria itu sedikit putus asa
Angel terbangun dari lelapnya, gadis kecil itu tampak duduk dengan mengucek mata, mengedarkan ke seluruh ruangan tapi tidak ada siapa pun."Mama Ivi! Papa Devan!" panggil gadis itu yang kebingungan.Angel turun dari ranjang, lantas berjalan menuju pintu dan keluar dari kamar untuk mencari Devan dan Evangeline."Mama Ivi!"Angel mencoba memanggil nama Evangeline lagi tapi tidak mendapat jawaban, ia tetap berjalan hingga melihat pintu kamar sebelahnya yang tidak tertutup sempurna.Devan dan Evangeline yang mendengar suara Angel pun langsung melihat ke arah pintu. Karena kaki Evangeline sakit, membuat Devan yang akhirnya menghampiri gadis kecil itu. Devan membuka pintu dan melihat Angel yang sudah berdiri di depan pintu."Ica!""Papa Devan, mama Ivi mana?" tanya Angel dengan tangan yang masih mengucek kelopak mata, gadis kecil itu bahkan ber
"Dasar adik kurang ajar!" gerutu Devan. "Dia ini tidak bisa melihat orang lain senang!"Devan merasa kesal setelah membaca pesan dari Jordan, mantan adik iparnya itu mengirim pesan kalau akan pergi honeymoon bersama Milea serta menitipkan Angel pada Evangeline dan Devan. Jordan tidak berani berpamitan langsung dengan putrinya karena takut kalau Angel akan merengek ikut, yang tentu saja akan membuat honeymon-nya terganggu."Ada apa?" tanya Evangeline yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan langkah yang tertatih.Evangeline melihat wajah masam kekasihnya, ia pun lantas ikut duduk di sebelah Devan."Lihat saja!" Devan memberikan ponselnya pada Evangeline, pria itu besungut kesal.Evangeline menerima ponsel Devan, ia kemudian membaca pesan dari Jordan lantas tertawa."Kenapa tertawa?" tanya Devan keheranan."Ya lucu saja, kenapa hal sep