Share

Mabuk

Author: Aililea (din din)
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Evangeline menatap dirinya dari pantulan cermin,  sudah memakai gaun dengan kerah rendah dan lengan pendek, gaunnya sepanjang atas lutut, menggerai rambut panjangnya, memoleskan make up tipis di wajah cantiknya. Sangat berbeda dengan penampilannya ketika bekerja yang hanya memakai lipstick, menguncir rambut dan dengan sengaja memakai kacamata besar agar terlihat tidak menarik sama sekali.

"Oke, Angel! Mari kita rayakan kebebasanmu!"

Evangeline mengepalkan telapak tangannya kemudian mengangkatnya di udara, memberi semangat pada dirinya sendiri, ia sengaja berdandan karena ingin pergi ke klub bersama teman yang selalu ada untuknya saat sedih.

Evangeline sudah memesan taksi online untuk mengantarnya ke klub yang dimaksud. Begitu sampai di depan klub, ia langsung disambut Milea—temannya sejak sekolah menengah pertama.

"Wow! Lihat dirimu! Sangat cantik!" puji Milea.

Milea tahu jika Evangeline sudah cantik dari dulu, kalau tidak bagaimana bisa Radhika tergila-gila padanya. Hanya saja saat kembali dari Philadelphia, Evangeline terlihat buruk dan kacau, membuat Milea merasa khawatir dan simpatik.

"Hah, kamu terlalu memujiku. Kamu juga sangat cantik, Beb!" Evangeline langsung memeluk Milea dan menyentuhkan sisi wajahnya secara bergantian ke sisi wajah temannya.

"Ayo masuk dan bersenang-senang! Lupakan segala kegundahan dan mantan tak guna!" seloroh Milea penuh semangat.

Evangeline tertawa mendengar ucapan temannya itu. Mereka akhirnya masuk ke klub itu, Milea sudah membocking ruangan untuk mereka berdua.

Keduanya tampak menikmati malam itu, Evangeline bisa sejenak melupakan rasa sakit yang sudah menekan jiwanya selama enam bulan ini. Milea adalah teman terbaik Evangeline, begitu wanita itu menghubungi dirinya kalau ingin bercerai dengan Radhika, Milea langsung menerima Evangeline dengan tangan terbuka, ia adalah tempat mencurahkan rasa sakit yang sedang dirasakan temannya itu. 

Evangeline sudah tidak memiliki siapapun, kedua orangtuanya sudah meninggal sedangkan saudara dari orangtuanya tidak pernah baik kepadanya. Semasa sekolah, keluarga Milea yang memang dari kalangan atas, membantu biaya sekolah gadis itu. Kemudian saat masuk perguruan tinggi, Evangeline memilih bekerja sambilan untuk bisa membiayai hidup dan pendidikannya, ia hanya merasa tidak enak hati jika terus merepotkan keluarga Milea.

"Aku mau ke kamar kecil," ucap Evangeline yang langsung berdiri sedikit sempoyongan.

"Mau aku antar?" tanya Milea yang sadar jika temannya itu sudah mabuk parah.

Evangeline hanya menggoyangkan telapak tangannya tanda tidak perlu, ia pun berjalan sedikit gontai keluar dari ruangan itu. Mungkin dia gila karena sudah mabuk seperti itu, tapi ini salah satu cara untuk melupakan kenangan yang terus muncul dalam pikirannya.

Wanita itu berjalan seraya meraba tembok, kakinya sedikit terseok dan hampir membuatnya terjatuh. Hingga tanpa sengaja ia menabrak seorang pria, Evangeline terjatuh tapi pria itu menatapnya dengan wajah dingin dan datar tanpa menolongnya.

Evangeline yang terjatuh ke lantai lantas mendongakkan kepala, matanya sampai menyipit untuk bisa melihat siapa pria yang berdiri tapi tidak mau menolongnya. Dasar orang mabuk, ia langsung bangun kemudian memegang dada pria itu lalu mulai meracau.

"Wah, Tuan! Anda ternyata tampan sekali!" Evangeline tersenyum manis dengan mata yang menyipit.

"Lepaskan tangan kotormu!" perintah pria tadi yang ternyata adalah Devan.

Mungkin ini keberuntungan untuk Evangeline, Devan tidak sadar jika itu sekretarisnya karena penampilan wanita itu begitu sangat berbeda.

"Cih ... Tuan! Anda sombong sekali! Baru aku pegang sedikit saja sudah galaknya minta ampun!" Evangeline yang benar-benar terpengaruh alkohol langsung mencengkeram jas Devan dengan kedua tangan.

Danny yang berdiri di belakang Devan pun mencoba melepas tangan Evangeline karena atasannya itu tidak suka jika disentuh orang sembarangan.

"Nona, Anda jangan kurang ajar!" Danny mencoba melepas tangan Evangeline tapi tidak berhasil.

"Diam kamu!" bentak EvangelinepEvangeline Danny, ia kemudian menatap Devan yang terlihat memalingkan wajah karena malas.

"Hei, Tuan! Jangan sombong-sombong! Anda pernah dengar, orang benci itu bisa jadi cinta, jangan sampai Anda nanti cinta karena benci kepada saya, ya!" racau Evangeline semakin menjadi.

Devan membulatkan bola mata lebar, melotot pada Evangeline yang masih mencengkeram jas dan tersenyum pada dirinya.

"Dasar wanita gila! Lepaskan!" Devan mencoba melepas tangan Evangeline.

Namun, kejadian selanjutnya membuat Devan dan Danny terkejut tidak percaya. Evangeline menenggelamkan wajahnya ke dalam jas Devan, memuntahkan isi perutnya di sana.

"Dasar gila!!!" teriak Devan panik karena kemeja dan jas-nya kini penuh dengan muntahan Evangeline.

"Ahh ... lega!" Evangeline mengusap sisa muntahan di permukaan bibirnya dengan punggung tangan. Ia sudah melepas tangannya dari jas Devan lantas menyandarkan tubuhnya di tembok.

Danny ikut panik melihat wajah Devan yang memerah menahan amarah, pria itu langsung melepas jas dan kemeja lalu melemparnya serampangan. Kini Devan bertelanjang dada, memperlihatkan bentuk tubuhnya dengan otot dada yang membentuk sempurna.

"Saya akan mengambilkan pakaian Anda." Danny langsung berlari ke arah luar klub menuju mobil.

Devan memicingkan mata pada Evangeline yang terlihat menyandarkan kepala di tembok dengan mata terpejam, pria itu merasa harinya begitu buruk sampai bertemu dengan wanita mabuk yang muntah ke jasnya.

Milea yang merasa jika Evangeline pergi terlalu lama pun berniat menyusul, ia lantas keluar dari ruangan. Baru saja berjalan beberapa langkah, Milea terkejut melihat Devan yang bertelanjang dada dengan Evangeline yang menyandar pada tembok. Ia langsung berlari menghampiri temannya itu.

"Dia teman kamu?!" tanya Devan dengan nada sedikit membentak ketika melihat Milea menghampiri Evangeline.

"I-iya," jawab Milea sampai tergagap, melihat tatapan dingin yang menusuk membuat Milea sampai merinding.

"Lihat kelakuan temanmu! Dia sudah muntah di tubuhku! Jika bukan wanita, sudah aku remas mulutnya!" geram Devan seraya menunjuk pada jas dan kemeja yang teronggok di lantai.

"Ma-maaf, nanti saya ganti pakaian Anda," ucap Milea mencoba mempertanggung jawabkan kelakuan temannya.

"Aku tidak butuh! Jaga saja temanmu agar berperilaku baik!" bentak Devan.

Begitu melihat Danny datang membawa setelan jas, Devan langsung meninggalkan Milea dan Evangeline.

"Wow, tubuhnya sungguh bikin jantung bergetar. Ck ... ck ... benar-benar mubazir tuh tubuh seksi," gumam Milea seraya melihat punggung Devan yang berlalu pergi.

Kemudian ia sadar akan kondisi temannya, Milea langsung memapah Evangeline dan membawanya pergi dari sana.

"Dasar gadis bodoh, mabuk sampai muntah ke tubuh orang. Untung itu orang nggak ngapa-ngapain kamu!"

-

-

-

Evangeline memegangi kepalanya yang pening, ia mencoba menggerakkan kelopak matanya yang terasa berat. 

"Aghh ... sakit!" Evangeline merasakan kepalanya yang begitu berat.

Ia bangun dan duduk bersandar kepala ranjang. Evangelinep meraih ponsel di atas nakas, ia melihat waktu masih menunjukan pukul enam pagi. Evangelina mengangsurkan kakinya, ia hendak pergi ke kamar mandi tapi tatapannya tertuju pada paper bag yang ada di atas meja.

Evangeline pun melihat apa itu karena penasaran. Ia langsung menutup hidung karena bau busuk tercium dari paper bag.

"Apa ini?" Evangeline langsung menutup paper bag itu.

Ada secarik kertas di bawah paper bag, ia lantas membaca tulisan di sana.

'Heh, dasar gadis bodoh! Kalau sudah sadar cepat kabari aku. Mabuk sampai segitunya, merepotkan saja! Oh ya, itu adalah pakaian pria yang kamu muntahin semalam, jangan lupa dicuci!'

Evangeline membulatkan bola mata lebar, ia sampai terduduk di sofa ketika tahu jika dirinya muntah pada pakaian orang, pantas saja pakaian yang ada di papar bag itu begitu bau, ternyata itu ulahnya sendiri.

"Pria? Siapa? Ahh ... masa bodoh!"

Evangeline menyambar paper bag berisi kemeja dan jas Devan, ia langsung memasukannya ke mesin cuci, memberi deterjen dan pewangi sebanyak mungkin agar tidak bau.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Septin Hariyanto Hariyanto
keterlaluan.........
goodnovel comment avatar
Jhoo
waduhhh...
goodnovel comment avatar
Pengembara Elite
Mabuk dong. Anggur merah, yang slalu memabukan diriku kuanggap. Belum seberapa, dahsyatnya😂
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • My Hot Lady   Senyum salah, nggak senyum salah

    Malam itu selepas terkena muntahan dari Evangeline, Devan langsung membersihkan tubuhnya begitu sampai di rumah. Dengan masih menggunakan bathrobe, ia mengeringkan rambutnya seraya menatap dirinya dari pantulan cermin. "Wanita itu, kenapa aku tidak merasa jijik!" Devan bergumam, ia menyentuh dadanya yang sempat diraba oleh Evangeline. Devan memang paling benci ketika ada yang menyentuhnya terutama wanita, ia merasa risih dan memiliki rasa trauma tersendiri yang membuatnya paling benci jika disentuh sembarangan. Namun, entah kenapa saat Evangeline menyentuhnya bahkan sampai muntah ke pakaiannya, Devan bersikap biasa saja, ia tidak sampai meluapkan amarah seperti yang ia lakukan ketika ada yang menyentuhnya sembarangan. "Huft ... mungkin kebetulan saja!" Devan memilih untuk melupakan kejadian di klub, pemuda yang belum pernah menikah ataupun berpacaran bahkan sama sekali tidak pernah dekat dengan gadis manapun itu memilih untuk mengistirahatkan

  • My Hot Lady   Mama Ivi

    Angel terlihat fokus dengan pekerjaannya, karena jabatan sekretaris sudah lama tidak diisi membuat pekerjaan itu menumpuk. Ia sampai memijat keningnya berkali-kali."Bibi!Suara panggilan itu membuyarkan konsentrasi Evangeline, ia langsung menoleh ke arah sumber suara. Evangeline melihat gadis kecil yang ia tolong kemarin berlari dengan cepat ke arahnya, gadis kecil itu masih memakai seragam sekolah dengan rambut yang dikuncir dua. Sungguh membuat gadis kecil itu semakin lucu.Angel kecil langsung saja berdiri di hadapan Evangeline dengan napas terengah-engah, tapi senyum gadis itu terus terpajang di wajah manisnya."Boleh a-ku du-duk?" tanya Angel kecil."Oh, silahkan!" Evangeline langsung berdiri, tapi Angel kecil menggelengkan kepala."Kenapa?" Evangeline bingung karena gadis kecil itu malah menatapnya."Pangku!" pinta Angel kecil yang membuat Evangeline bingung.Evangeline menatap pada Danny yang menganggukkan kepala tanda un

  • My Hot Lady   Tragedi kuah sup

    Devan mengajak Evangeline dan Angel makan siang di sebuah restoran. Pria itu memesan beberapa menu untuk keponakan tercintanya dan juga Evangeline."Ica, kenapa sayurnya disisihkan?" tanya Evangeline yang melihat Angel menyingkirkan sayur hijau itu."Ini nggak enak Mama, rasanya hambar," jawab Angel menatap jijik pada brokoli yang ada di piring.Devan yang melihat Angel terlalu memilih makanan pun ikut bicara."Angel, makan apa yang tersaji dan jangan sisakan sedikit pun!" perintah Devan.Evangeline menoleh pada Devan, merasa jika pria itu tidak membujuk tapi memerintah."Kalau Anda bicara seperti itu, aku jamin dia tidak akan nurut," lirih Evangeline pada Devan yang membuat pria itu terkejut.Wanita itu kembali fokus kepada Angel, ia lantas memberi pengertian."Kamu tahu nggak? Setiap kita berlari, bermain juga bersekolah, ada banyak kuman yang mas

  • My Hot Lady   Mama Ivi, Mama buat Ica

    "Oma!" teriak Angel begitu sampai di rumah.Angel berada di perusahaan Devan sampai sore, gadis kecil itu tidak mau dipisah dari Evangeline."Ya ampun, kenapa baru pulang?" tanya Sonia—Nenek Angel."Angel tadi sama mama Ivi," jawabnya seraya naik ke pangkuan Sonia.Sonia mengernyitkan dahi, ia tidak mengerti kenapa Angel memanggil nama 'mama Ivi'."Ma-mama Ivi siapa?" tanya Sonia bingung, ia menatap Angel dengan ekspresi keheranan.Devan yang baru saja masuk rumah tampak sedikit melonggarkan dasinya lalu duduk di sebelah Sonia. Ia ikut mendengarkan celotehan Angel."Mama Ivi itu bibi yang kemarin nolong Angel. Itu lho yang pakai kacamata!" Angel menjelaskan pada Sonia.Sonia bisa menangkap maksud cucunya, tapi ia bingung kenapa Angel memanggil wanita itu dengan sebutan 'mama Ivi'.Angel menjelaskan jika dirinya menganggap Evangeline

  • My Hot Lady   Trauma Devan

    Devan melepas dasi kemudian membuka kemejanya, ia lantas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Pria itu menyalakan shower air, membiarkan air mengguyur tubuhnya dari ujung kepala hingga kaki. Entah kenapa tiba-tiba Devan teringat akan kejadian lima belas tahun yang lalu setelah Evangeline menyentuhnya, kejadian di mana ia memiliki kenangan buruk yang membuatnya trauma hingga pada akhirnya ia merasa jijik dengan wanita.Devan saat itu berumur lima belas tahun, ia baru saja duduk di bangku kelas satu sekolah menengah atas. Pemuda itu menunggu Diana—Adik perempuannya, Diana kala itu duduk di kelas dua SMP.Diana terlihat berjalan cepat menuju ke arah Devan, gadis itu melambaikan tangan kepada kakaknya."Sudah lama?" tanya Diana begitu sampai di hadapan Devan."Nggak, baru saja. Ayo pulang!" ajak Devan seraya menggandeng adiknya itu.Mereka memang berjalan kaki saat pulang

  • My Hot Lady   Ide memenangkan Tender

    Evangeline terlihat sedang menyusun dokumen, hari ini dia terlihat begitu serius bekerja. Evangeline melihat laporan untuk pengajuan Tender yang akan diikuti oleh perusahaan Devan. Perusahaan Devan salah satunya adalah sebuah perusahaan properti, tentu saja mereka tidak akan melewatkan setiap ada proyek besar yang akan dilaksanakan.Wanita itu tampak mencermati dan mempelajari berkas itu, tapi ia merasa ada yang kurang. Evangeline yang sudah biasa membantu Radhika memenangkan Tender melalui ide-idenya agar bagian penyelenggara tertarik, tentu saja merasa perlu membantu perusahaan atasannya agar bisa menang Tender yang akan mereka ikuti.Evangeline membawa berkas itu, ia lantas berjalan menuju meja Devan. Evangeline meletakkan dokumen di tangan ke atas meja."Pak, untuk pengajuan Tender ini, saya punya usul," ucap Evangeline memberanikan diri seraya menunjuk pada berkas yang ia bawa.Meski bagian pengajuan ada sendir

  • My Hot Lady   Kemeja

    Waktu sudah menunjukan pukul empat sore, sudah waktunya bagi Evangeline untuk kembali. Namun, Evangeline bingung karena Angel terus menempel padanya selepas pulang sekolah."Ica, Mama Ivi mau pulang. Ica sama paman, ya!" bujuk Evangeline seraya merapikan berkas di atas meja."Pulang? Ica ikut!" pinta Angel penuh semangat, gadis kecil itu langsung mengemas buku dan peralatan menulisnya lalu memasukannya ke tas.Evangeline terkesiap, ia tampak bingung dengan permintaan Angel. Wanita itu sampai menggaruk-garuk kepala tidak gatal."Lho, Ica harus pulang sama paman," bujuk Evangeline lagi memberi alasan.Angel menggelengkan kepala, ia malah berteriak memanggil Devan. Evangeline semakin bingung, ia kemudian berjongkok dan memberi pengertian pada gadis itu."Ica harus pulang, kasihan oma. Ica tega ninggalin oma? Kalau oma nyari Ica gimana?" tanya Evangeline dengan nada membujuk."Ica telpon dong, bilang mau tidur di rumah Mama Ivi," balas gadis itu

  • My Hot Lady   Lapar apa doyan?

    Evangeline menghidu uap panas yang mengepul dari makanan yang ia masak. Setelah merasa jika rasanya sudah pas dan matang, Evangeline mematikan kompor kemudian menuangkan makanan itu ke mangkuk saji.Devan yang sadar jika Evangeline telah selesai pun bergegas duduk ke sofa, jangan sampai ia ketahuan memperhatikan wanita itu sejak dari tadi."Ica! Makan malam, yuk!" ajak Evangeline.Angel yang mendengar ajakan Evangeline pun langsung bangkit dan berlarian kecil menuju meja makan, seolah sudah biasa dan tidak merasa canggung di rumah Evangeline."Pak, Anda tidak ingin bergabung?" tanya Evangeline yang melihat Devan masih duduk.Mendengar tawaran Evangeline tentu saja membuat Devan langsung bangkit dan berjalan menuju meja makan. Meski pria itu mengeluarkan ekspresi datar, tapi jauh di dalam hatinya ia merasa bahagia karena Evangeline masih ingat untuk menawari dirinya makan malam."Say

Latest chapter

  • My Hot Lady   MHL 222

    Setelah memantapkan hati, akhirnya Anira memutuskan untuk pergi. Hari itu Kenan dan keluarganya datang untuk berpamitan dengan Anira, setelah sebelumnya mendapat kabar dari Evangeline dan Devan. "Jangan lupakan kami," ucap Angel yang ingin melepas Anira. Anira mengangguk kemudian memeluk Angel, tak bisa berkata-kata karena dirinya begitu sedih meninggalkan keluarga itu. "Sering hubungi kami, oke!" pinta Angel lagi sebelum melepas pelukan. Anira lagi-lagi hanya mengangguk, sebelum kemudian beralih menatap Kenan yang sudah menatapnya sejak tadi. "Aku akan menunggumu kembali, Nira." Kenan langsung memeluk Anira, membuat gadis itu terkejut. Anira membalas pelukan Kenan, bahkan mengusap punggung pemuda itu karena tahu jika Kenan sama beratnya melepas. "Aku sangat menyayangimu, jangan lupakan aku," lirih Kenan sebelum melepas pelukan. Anira merasa jantungnya berdegup dengan cepat ketika Kenan mengucapkan kata itu, entah kenap

  • My Hot Lady   MHL 221

    "Kamu tidak akan pergi, 'kan!" Kalandra bicara empat mata dengan Anira di kamar gadis itu. Ia menatap Anira yang duduk di tepian ranjang."Aku tidak tahu." Anira menjawab pertanyaan Kalandra seraya menundukkan kepala.Wanita yang bicara dengan Evangeline adalah ibu kandung Anira, setelah sekian tahun wanita itu datang dan ingin membawa Anira karena merasa berhak atas gadis itu."Nggak, aku nggak izinin kamu pergi!" Kalandra langsung memegang kedua lengan Anira, bahkan tanpa sengaja mencengkeram begitu erat."Al, sakit!" pekik Anira mencoba melepas tangan Kalandra dari lengannya.Kalandra berlutut di depan Anira, menggenggam kedua telapak tangan gadis itu begitu erat, kedua bola matanya terlihat berkaca."Jangan pergi, Nira. Aku mohon," pinta Kalandra.Anira terlihat bingung, setelah sekian tahun dia tidak tahu siapa orangtua kandungnya, serta bagaimana mereka, haruskah dia melewatkan kesempatan bersama orangtuanya."Aku bingung

  • My Hot Lady   MHL 220

    "Apa maksudnya itu, hah?" Kalandra mendorong Kenan ke tembok.Kenan yang baru saja mengantar Anira ke kelas, cukup terkejut saat Kalandra langsung menarik dan membawanya ke samping gedung sekolah."Kamu kenapa sih, Al?" tanya Kenan bingung, apalagi ketika menatap amarah di mata saudaranya itu. Ia mengusap lengan yang sakit karena terbentur dinding."Apa maksudmu menciumnya?" Kalandra ternyata melihat dari jauh saat Kenan menangkup wajah Anira. Ia melihat punggung Kenan di mana saudaranya itu memiringkan kepala.Kenan terkejut mendengar pertanyaan Kalandra, tak menyangka jika saudaranya itu melihat."Al, dengar dulu--" Kenan ingin menjelaskan, tapi terhenti karena Kalandra yang tiba-tiba memukulnya tepat di pipi, membuatnya sampai memalingkan wajah."Apa kamu kira, karena dekat dengannya maka bisa membuatmu sesuka hati menciumnya? Aku tidak setuju kamu bersikap seperti itu padanya!" Kalandra yang sudah terpancing emosi, tak bisa berpikiran je

  • My Hot Lady   MHL 219

    Kenan berada di kamarnya setelah Kalandra dan Anira pulang. Ia menatap bingkai yang terdapat di meja belajarnya. Di sana terdapat foto dirinya, Anira, dan Kalandra.Kenan tiba-tiba menggelengkan kepala dengan senyum kecil di wajah, merasa lucu dengan hal yang dipikirkannya sekarang."Apa itu senyum-senyum sendiri?" tanya Angel yang ternyata melihat adiknya itu duduk melamun. Ia pun lantas berjalan masuk dan menghampiri Kenan.Kenan menoleh Angel yang kini sudah berdiri bersandar meja belajarnya."Siapa yang tersenyum?" Kenan mengelak dari pertanyaan sang kakak."Jangan bohong! Jelas-jelas tadi aku melihatmu tersenyum," ucap Angel."Hah, terserahlah." Kenan masih tidak mau mengakui. Ia malah membuka buku seakan ingin mengabaikan sang kakak.Angel menatap Kenan, seperti mengetahui sesuatu dari pandangan sang adik."Ke, apa kamu menyukai Anira?" tanya Angel tiba-tiba.Kenan langsung berhenti membalikkan buku saat mendengar

  • My Hot Lady   MHL 218

    Kalandra tidak jadi belajar karena kasihan dengan Anira. Ia pun meminta sopir untuk menjemput mereka. Dalam perjalanan pulang, Kalandra hanya diam, membuat Anira sedikit merasa heran."Kamu baik-baik saja, Al?" tanya Anira.Kalandra tersadar dari lamunan, kemudian menoleh ke arah Anira yang duduk di sampingnya."Aku tidak apa-apa," jawab remaja itu, mencoba mengulas senyum.Anira mengangguk karena Kalandra sudah mengatakan jika tidak apa-apa, mereka pun kembali menatap aspal jalanan.Sebenarnya Kalandra sedang memikirkan percakapannya dengan Kenan beberapa waktu lalu, saat Kenan sedang berganti pakaian.Di kamar tamu, beberapa waktu lalu."Ke, boleh aku tanya sesuatu?" Kalandra berdiri di samping pintu kamar mandi tempat Kenan berganti pakaian."Tanya saja!" Suara Kenan terdengar dari dalam kamar mandi."Aku melihat, akhir-akhir ini kamu sangat memperhatikan Nira. Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?" tanya Kala

  • My Hot Lady   MHL 217

    Angel sangat terkejut saat melihat Anira tercebur ke kolam. Saat ingin melompat, ternyata Kenan sudah melompat duluan. Angel pun akhirnya menunggu di tepian dengan wajah panik.Kalandra meraih handuk yang tergantung di kursi, lantas berjongkok begitu melihat Kenan membawa Anira ke tepian, ia langsung menarik Anira keluar dari kolam, serta menutup tubuh gadis itu menggunakan handuk.Anira sangat ketakutan, itu karena dirinya trauma. Sejak kejadian banjir itu, tenggelam adalah mimpi buruk untuknya. Kejadian di masa kecil itu, ternyata melekat di hati dan pikiran gadis itu.Kenan keluar dari kolam, kemudian langsung mendekat ke arah Wira dan mendorong teman kakaknya itu. Membuat beberapa teman Angel terkejut dan panik karena takut ada perkelahian."Kenapa kamu mendorongnya, hah?" Kenan murka dengan kejadian yang menimpa Anira, menyalahkan Wira seakan tak takut dengan pemuda yang lebih dewasa darinya itu."Siapa yang mendorong? Dia terpeleset!" Bela Wi

  • My Hot Lady   MHL 216

    Sore itu Anira dan Kalandra pergi ke rumah Kenan. Anira ke sana karena Kalandra yang mengajak, dua remaja itu ingin mengerjakan tugas."Rumah Kenan ramai amat?" tanya Anira ketika melihat beberapa mobil terparkir di halaman rumah."Palingan teman-teman Ica. Kata Kenan, tante dan om lagi ke luar kota, makanya di rumah bebas. Biasa kalau Ica suka ngundang teman kalau tidak ada om dan tante," jawab Kalandra seraya turun dari mobil, mereka diantar sopir.Anira hanya mengangguk, kemudian keluar dari mobil bersama Kalandra.Saat masuk, Anira melihat ke arah samping rumah, di mana kolam renang terlihat ramai dengan muda-mudi. Sepertinya Angel mengadakan pesta kolam renang."Nira!" panggil Angel saat melihat Anira."Kak!" sapa Anira sopan."Mau belajar?" tanya Angel. Ia membawa nampan berisi softdrink dan camilan."Ya, Al yang ingin belajar bersama Kenan," jawab Anira. "Apa mau aku bantu?" tanya Anira kemudian saat melihat Angel kerepo

  • My Hot Lady   MHL 215

    Tahun demi tahun pun berlalu. Evangeline dan Devan menjalani hidup penuh kebahagiaan. Adanya Kalandra dan Anira, membuat hidup keduanya begitu sempurna.Kalandra kini hampir menginjak umur enam belas tahun, sedangkan Anira baru menginjak umur delapan belas tahun, gadis itu tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik. Sama seperti tahun sebelumnya, Anira satu sekolah dengan Kalandra dan Kenan. Evangeline dan Milea memang sengaja menyekolahkan mereka bersama, agar ketiganya bisa terus saling menjaga."Nira! Dasiku di mana?" Kalandra berteriak dari kamarnya. Remaja itu sibuk mencari dasi sekolahnya.Anira yang baru saja selesai bersiap, lantas menyusul Kalandra begitu mendengar suara pemuda itu."Bukannya di laci kamar ganti, Al! Kenapa kamu suka lupa?" Anira yang baru masuk kamar, langsung berjalan ke arah kamar ganti.Kalandra sendiri hanya tersenyum melihat Anira yang langsung masuk ke kamar begitu dipanggil.Anira mengambilkan dasi Kaland

  • My Hot Lady   MHL 214

    Hari berikutnya, Kalandra terpaksa tak ke sekolah karena kondisinya. Siang itu Kenan pulang bersama Anira dijemput Milea, Kenan ingin menjenguk Kalandra."Apa Al baik-baik saja?" tanya Kenan saat berada di mobil bersama Anira."Ya, hanya karena masih pusing, makanya dia tidak berangkat," jawab Anira dengan senyum kecil di wajah.Kenan mengangguk, kemudian memilih duduk dengan tenang bersama Anira, sampai mobil mereka sampai di rumah Evangeline.--Di rumah Evangeline, Kalandra terlihat kesepian karena berada di kamar sendirian."Ma, aku bosan," ucap Kalandra ketika melihat Evangeline masuk kamar."Nonton televisi kalau bosan," balas Evangeline santai. Wanita itu masuk membawa makanan dan minum untuk Kalandra.Kalandra mencebikkan bibir, tahu akan bosan di rumah sendirian, tentu dia akan memilih berangkat ke sekolah bersama Anira, meskipun kepala masih terasa pening.Evangeline meletakkan nampan ke atas nakas, seb

DMCA.com Protection Status