Saat ini di dalam mobil, hanya ada keheningan saja. Baik Fanny atau pun Anna, tidak ada yang bersuara. Fanny berusaha baik-baik saja dan bersikap profesional meskipun wanita di sebelahnya itu adalah seseorang yang sudah terpergok dirinya saat bersamaan dengan Adam.
Fanny kecewa? Tentu saja. Namun nyatanya, Fanny tetap berusaha bersikap profesional karena memang ini adalah profesinya. Terlebih Anna adalah klien yang harus dilayani sebaik mungkin.Sementara Anna, wanita itu sesekali melirik Fanny yang hening tanpa suara. Jujur saja Anna merasakan canggung berlebih pada posisi ini. Ingin mengajak bicara, namun Anna teringat tentang apa yang sudah terjadi.Perjalanan menuju kantor polisi pagi ini nyatanya cukup terhambat karena ada kecelakaan di jalan utama. Fanny sendiri hanya bisa menatap dari dalam mobil dengan wajah datar seolah tak ada minat untuk melihat.“Fan—”Anna berbisik ketika memanggil Fanny saat melihat pengacara itu tiba-tiba bergerak. Jika boleh jujurEntah berapa banyak pasal yang akan menjerat Adam nanti saat di Persidangan tuntutan dari Anna. Namun besar harapan dalam diri Adam bahwa Pengacara yang mendampinginya nanti, bisa memenangkan kasus ini. Setidaknya dengan begitu, Adam bisa memiliki waktu untuk berbicara bersama Fanny.“Sepertinya Tuan Adam perlu belajar tentang kesetiaan. Jika di kemudian hari Nyonya Fanny memberikan kesempatan, saya memiliki harapan besar kepada Tuan tentang perubahan itu. Saya ingin hubungan Tuan dan Nyonya bisa kembali membaik,” celetuk Komisaris Edward lagi. Entah sejak kapan pimpinan itu menjadi pria yang julid seperti ini karena memang biasanya Edward adalah pimpinan yang jarang sekali bersuara.Tak ada sahutan sedikit pun dari Adam karena pria itu malas menyahuti. Percuma juga memberikan tanggapan karena pasti ujung-ujungnya dia yang kalah.Kurang lebih sekitar sepuluh menit kemudian, segala pengumpulan bukti selesai dilakukan. Adam beserta Jhon segera berpamitan dengan Komisaris E
Adam duduk di kursi belakang dengan tatapan yang tak lepas mengawasi Kota New Filla. Pagi ini, hujan turun sedikit deras sehingga membuat hawa semakin dingin. Namun semua itu tak mempengaruhi Adam yang saat ini perasaannya sedang tidak baik-baik saja.Hubungan keduanya memang sudah mengalami sedikit perubahan setelah mendapatkan maaf dari Fanny. Tapi tetap saja, Adam merasa seperti ada yang hilang dan berbeda dari Fanny walaupun sudah memaafkannya.“Aku akan pergi sendiri, John. Kau bisa tinggal di kantor saja nanti,” ucap Adam kala traffic light memberikan kode agar semua kendaraan berhenti.John yang ada di bangku depan pun menoleh dengan ekspresi terkejutnya. “Kenapa, Tuan? Bukankah nanti saya akan mendampingi anda pada rapat ini?”Bukan John tidak percaya dengan kemampuan sang atasan yang sepak terjangnya tidak dapat dinilai nalar itu. Hanya saja John takut apa yang menjadi harapan Adam ikut pupus bertepatan dengan kondisinya yang tak stabil.“Kau benar, John
Di dalam kamar, Fanny sibuk mengemasi barang-barangnya tanpa sepengetahuan Adam. Memang sebelumnya baik Fanny atau pun Adam sudah membahas rencana kepindahan mereka berdua ke salah satu apartemen. Hanya saja Adam tidak serta merta mengizinkan Fanny untuk mengemasi sendiri barangnya.Tiga buah koper untuknya, dan tiga buah koper untuk Adam sudah berjajar rapi di samping lemari. Nantinya, koper-koper tersebut akan diisi oleh seluruh pakaian dan juga perlengkapan lain yang biasa mereka berdua pergunakan. Mungkin Fanny harus bergerak cepat agar tidak ketahuan Adam yang entah sedang apa dan di mana.Baik barang berharga, atau pun tidak, semuanya dibawa oleh Fanny. Dalam benak Fanny, wanita itu ingin jika kepindahan mereka ke apartemen benar-benar murni tanpa ada campur tangan orang lain apalagi asisten rumah tangga.Sekitar satu jam kemudian, Fanny benar-benar selesai dengan urusannya menata segala barang bawaan untuk pindah. Bertepatan dengan itu juga, terdengar suara decita
Mobil yang dikemudikan Adam melaju santai di jalan raya. Laki-laki itu bersiul-siul sembari mengamati sekitar. Tujuannya sekarang adalah menuju firma hukum sang istri. Sekarang merupakan jadwal untuk memeriksakan kandungan. Maka dari itu, Adam sangat tidak sabar untuk mengetahui hasilnya. Adam mengambil gawai yang tersimpan di atas dashboard, mengabari Fanny jika dia sudah hampir sampai. Tiba-tiba, matanya tertuju pada sebuah papan nama. Loucy Bakery. Beberapa potong red velvet mungkin akan membuat mood sang istri semakin baik. Menepikan mobil, Adam pun masuk ke dalam toko tersebut. Aroma wangi segera saja menguar memenuhi indra penciuman. Tanpa berlama-lama, Adam memesan sekotak kecil kue yang akan dibawa sebagai buah tangan. Lelaki itu juga meminta dibuatkan tulisan "I Love you, My Wife." Sebuah hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Mungkin, naluri sebagai calon ayah sudah mulai muncul untuk membahagiakan istrinya. Juga sebagai ucapan terima kasih karena Fanny memilih untu
Adam menarik napas dalam-dalam kala perasaan gelisah melanda dirinya. Panggilan dari seseorang yang begitu dikenali, membuat Adam kebingungan. Adam bingung harus mengangkat panggilan itu atau tidak. Diam-diam, kedua mata Fanny melirik Adam yang memilih menolak panggilan itu dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Adam kemudian beralih menatap Fanny yang kini sudah kembali menatap lurus ke depan.“Ayo kita pulang, sayang,” ajak Adam.Karena tidak mau membuat suasana hatinya memburuk karena kejadian ini, Fanny pun mengulas senyum senatural mungkin. Fanny merangkul lengan Adam dan berlalu bersama keluar dari area rumah sakit.Adam membukakan pintu untuk Fanny hingga sang istri itu mengulas senyum dan mengucapkan terima kasih. Namun setelah tubuhnya masuk sempurna di dalam mobil, senyuman Fanny lenyap dan berganti dengan wajah yang datar. Hanya sesaat saja sampai akhirnya Adam juga turut masuk ke dalam mobil.“Sudah siap, sayang?” seru Adam setelah mendudukk
Keesokan paginya Fanny terbangun pukul empat kala mengingat bahwa dia akan membuatkan sarapan. Seperti yang pernah dibahas kala itu, Fanny ingin mempersiapkan semuanya sendiri, hitung-hitung belajar mandiri juga.Sebelum memulai kegiatannya, Fanny terlebih dahulu mandi untuk menyegarkan tubuh. Fanny yakin sekali jika dia sudah berhadapan dengan segala jenis bahan masakan, pasti tidak akan memiliki waktu lagi untuk mandi.Pergerakan Fanny begitu pelan supaya tidak membangunkan Adam. Entah kenapa Fanny memilih untuk cari aman agar Adam tidak bergerak dan melarangnya beraktivitas. Mungkin juga, Fanny merasa bosan hidup dengan kemewahan.Fanny membersihkan diri di kamar mandi dengan gerakan super cepat. Itu semua dilakukan agar Adam tidak memergoki dirinya hingga berakhir dilarang untuk ini dan itu. Saat ini Fanny berharap masa tidur Adam seperti orang pingsan.Sesudah berpakaian lengkap, Fanny segera keluar dari kamar. Beruntung karena ketika tadi sempat mengintip, Adam
Adam berlalu pergi ke kantor dengan John yang selalu setia mengikutinya. Kedua pria itu memasuki mobil dengan John membawa banyak berkas pekerjaan. Sedangkan Adam sebagai atasan langsung masuk begitu saja karena kedua matanya sibuk mengamati ponsel.Pagi ini Fanny berangkat begitu awal karena ada calon klien yang ingin bertemu dengannya di kantor pukul tujuh. Permasalahan yang dihadapi cukup rumit sehingga Fanny pun memberikan izin untuk kliennya mengawali meskipun kantor belum beroperasi.Dari kaca jendela, Adam mengamati rumahnya di mana para pekerja sibuk berlalu lalang. Sebelum akhirnya mobil mulai melaju meninggalkan rumah dan pergi menuju tempat tujuan yakni kantor.Di dalam mobil, sebelah tangan Adam terangkat memegang dadanya sendiri. Adam tidak tahu apa yang terjadi namun sejak berada di rumah tadi, degupnya benar-benar tidak beraturan.Tak mau memikirkan hal yang tidak ada di dalam jadwal, Adam memilih untuk menikmati pemandangan. Setelah tiba di kantor nanti, pekerjaan yang
Dengan berat hati, pagi ini Adam melangkah pergi menuju Rumah Sakit Utama New Filla untuk menjenguk Maya. Ditangannya, sebuah buket bunga nan cantik yang dibelikan Fanny ditentengnya dengan setengah hati.“Fan, kau yakin?” ucap Adam sambil berbalik ke arah Fanny yang berdiri di depan gerbang masuk Rumah Sakit dengan perut membuncitnya.“Aku yakin, kamu bisa menjaga diri! Aku menunggumu pulang untuk makan malam, bye!” Ucap Fanny sambil berbalik arah menuju mobil yang terparkir di tepi jalan.Fanny sadar, jika dia tetap berlama-lama di sini yang ada Adam tidak akan pernah menemui Maya seperti seharusnya.Batas akhir pekan yang diberikan Fanny diharapkan akan cukup untuk memenuhi permintaan Tante Arin kepada mereka.‘Kita akan baik-baik saja sayang,’ gumam Fanny sembari membelai lembut perutnya.“Berangkat Pak,” ucap Fanny kepada sopirnya.Mobil melaju pelan, sementara Fanny kini memandangi ke arah koridor lurus yang tengah dilalui Adam. Dilihatnya punggung sang suami telah sangat jauh k