Adam menarik napas dalam-dalam kala perasaan gelisah melanda dirinya. Panggilan dari seseorang yang begitu dikenali, membuat Adam kebingungan. Adam bingung harus mengangkat panggilan itu atau tidak.
Diam-diam, kedua mata Fanny melirik Adam yang memilih menolak panggilan itu dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Adam kemudian beralih menatap Fanny yang kini sudah kembali menatap lurus ke depan.“Ayo kita pulang, sayang,” ajak Adam.Karena tidak mau membuat suasana hatinya memburuk karena kejadian ini, Fanny pun mengulas senyum senatural mungkin. Fanny merangkul lengan Adam dan berlalu bersama keluar dari area rumah sakit.Adam membukakan pintu untuk Fanny hingga sang istri itu mengulas senyum dan mengucapkan terima kasih. Namun setelah tubuhnya masuk sempurna di dalam mobil, senyuman Fanny lenyap dan berganti dengan wajah yang datar. Hanya sesaat saja sampai akhirnya Adam juga turut masuk ke dalam mobil.“Sudah siap, sayang?” seru Adam setelah mendudukkKeesokan paginya Fanny terbangun pukul empat kala mengingat bahwa dia akan membuatkan sarapan. Seperti yang pernah dibahas kala itu, Fanny ingin mempersiapkan semuanya sendiri, hitung-hitung belajar mandiri juga.Sebelum memulai kegiatannya, Fanny terlebih dahulu mandi untuk menyegarkan tubuh. Fanny yakin sekali jika dia sudah berhadapan dengan segala jenis bahan masakan, pasti tidak akan memiliki waktu lagi untuk mandi.Pergerakan Fanny begitu pelan supaya tidak membangunkan Adam. Entah kenapa Fanny memilih untuk cari aman agar Adam tidak bergerak dan melarangnya beraktivitas. Mungkin juga, Fanny merasa bosan hidup dengan kemewahan.Fanny membersihkan diri di kamar mandi dengan gerakan super cepat. Itu semua dilakukan agar Adam tidak memergoki dirinya hingga berakhir dilarang untuk ini dan itu. Saat ini Fanny berharap masa tidur Adam seperti orang pingsan.Sesudah berpakaian lengkap, Fanny segera keluar dari kamar. Beruntung karena ketika tadi sempat mengintip, Adam
Adam berlalu pergi ke kantor dengan John yang selalu setia mengikutinya. Kedua pria itu memasuki mobil dengan John membawa banyak berkas pekerjaan. Sedangkan Adam sebagai atasan langsung masuk begitu saja karena kedua matanya sibuk mengamati ponsel.Pagi ini Fanny berangkat begitu awal karena ada calon klien yang ingin bertemu dengannya di kantor pukul tujuh. Permasalahan yang dihadapi cukup rumit sehingga Fanny pun memberikan izin untuk kliennya mengawali meskipun kantor belum beroperasi.Dari kaca jendela, Adam mengamati rumahnya di mana para pekerja sibuk berlalu lalang. Sebelum akhirnya mobil mulai melaju meninggalkan rumah dan pergi menuju tempat tujuan yakni kantor.Di dalam mobil, sebelah tangan Adam terangkat memegang dadanya sendiri. Adam tidak tahu apa yang terjadi namun sejak berada di rumah tadi, degupnya benar-benar tidak beraturan.Tak mau memikirkan hal yang tidak ada di dalam jadwal, Adam memilih untuk menikmati pemandangan. Setelah tiba di kantor nanti, pekerjaan yang
Dengan berat hati, pagi ini Adam melangkah pergi menuju Rumah Sakit Utama New Filla untuk menjenguk Maya. Ditangannya, sebuah buket bunga nan cantik yang dibelikan Fanny ditentengnya dengan setengah hati.“Fan, kau yakin?” ucap Adam sambil berbalik ke arah Fanny yang berdiri di depan gerbang masuk Rumah Sakit dengan perut membuncitnya.“Aku yakin, kamu bisa menjaga diri! Aku menunggumu pulang untuk makan malam, bye!” Ucap Fanny sambil berbalik arah menuju mobil yang terparkir di tepi jalan.Fanny sadar, jika dia tetap berlama-lama di sini yang ada Adam tidak akan pernah menemui Maya seperti seharusnya.Batas akhir pekan yang diberikan Fanny diharapkan akan cukup untuk memenuhi permintaan Tante Arin kepada mereka.‘Kita akan baik-baik saja sayang,’ gumam Fanny sembari membelai lembut perutnya.“Berangkat Pak,” ucap Fanny kepada sopirnya.Mobil melaju pelan, sementara Fanny kini memandangi ke arah koridor lurus yang tengah dilalui Adam. Dilihatnya punggung sang suami telah sangat jauh k
Fanny baru sampai di ruangan kerjanya. Dari tempatnya ini, Fanny bisa melihat salah satu staf Schwaley Group melangkah masuk ke dalam lobi.“Map biru itu, kenapa sama dengan map yang disodorkan oleh Walikota New Valleand?” gumam Fanny sembari menggulirkan bola matanya ke arah tumpukan map di meja kerjanya saat ini. Di mana sebuah map berwarna biru berada di sana.Kesibukan di kantor,membuat Fanny berkonsentrasi dan berhasil untuk tidak mengingat kerikil kecil yang saat ini tengah mengusik keluarga kecilnya ini. Dia berhasil fokus di setiap pekerjaannya. Sehingga Fanny bisa menjadi seorang lawyer yang semakin berkarir cemerlang.Sejumlah kasus yang ditanganinya, sukse membuat popularitas Fanny meroket tajam di kalangan para pengacara. Kini, firma hukum milik Fanny menjadi salah satu pendatang baru yang dipertimbangkan oleh firma hukum kawakan lainnya yang berada di New Filla.Siang harinya, seperti biasa saat jam makan siang Fanny akan bertemu dengan Adam. Keduanya ja
“Kau sudah siap?” “Seperti yang kau lihat,” jawab Fanny sambil menyimpulkan scarf di lehernya.Keduanya kini tersenyum bahagia sembari menatap pantulan wajah mereka di depannya. Adam mengeratkan kedua tangannya di pinggang Fanny dan beberapa kali mengusap lembut perut buncit sang istri yang semakin terlihat besar.Fanny sendiri melingkarkan kedua tangannya di leher sang suami yang memeluknya dari belakang itu.“Tikus dara yang kutemukan di semak ini akan menjadi ibu dari bayiku,” ucap Adam selalu saja menyematkan kalimat ejekannya itu di setiap pujian dan perhatiannya.“Sayang sekali, aku harus berakhir dengan seseorang yang berotak kerang rebus,” jawab Fanny sambil tersenyum memandangi suaminya yang justru menunjukan warna kemerahan di wajahnya.Keduanya kini berhadapan. Saling menatap dengan intens.“Aku mencintaimu, sangat mencintaimu,” ucap Adam.“Aku juga,” jawab Fanny singkat.Kehangatan yang sesungguhnya dari sebuah ikatan hati adalah keti
“Tidak Adam! Aku sudah menunggu sangat lama! Aku tidak akan bisa diam saja dengan semua ini!” Ucap Maya sambil melepaskan infusan di tangannya. Bukan itu saja, Maya pun sekarang melepaskan penutup kepala botaknya.“Kau bergurau?” Ucap Fanny dengan mulut menganga melihat Maya yang kini tengah membuka kartu AS dirinya sendiri.Di sebelahnya, Adam semakin mengeratkan rangkulan kepada Fanny. Adam seolah sudah menduganya namun dia tidak bisa membuktikannya. “Kau memang ular berbisa, Maya. Itulah kenapa aku tak bertahan lama denganmu!” Ucap Adam sambil menggelengkan kepalanya. “Sayang, ayo kita pulang!” Ucap Adam kemudian.Fanny masih merasa bingung dengan apa yang dilihatnya. Namun sosok Maya benar-benar sudah kembali ke dalam dirinya sendiri yang jauh berbeda dari karakter sebelumnya. “ Dam, nyaris saja,” ucap Fanny sambil mengeratkan genggaman tangannya kepada sang suami. Dia masih tidak percaya jika Maya hanya membodohi mereka dan memanfaatkan rasa simpatinya saja.“A
Pagi harinya.Fanny sudah harus berangkat karena dia harus ke New Vealland untuk peresmian proyek di sana. Adam awalnya akan ikut ke sana mendampingi sang istri, namun karena ada Lucy maka Adam pun membatalkannya.“Aku akan menemani Ibu, mungkin dia bisa melunak nantinya. Kau tidak masalah berangkat kesana hanya bersama Sandra?” Ucap Adam meyakinkan diri.“Tenanglah, hanya satu setengah jam perjalanan ke New Vealland, aku akan segera pulang setelah acara selesai,” jawab Fanny sambil melepaskan handuk dari rambutnya.Adam tersenyum,. Fanny bisa melihatnya dari pantulan di cermin. “Tidak, jangan mengambil bagianku!” Ucap Adam sambil meraih gagang hair dryer dari tangan Fanny.Pasangan ini memiliki sebuah kebiasaan pagi yang hangat dan sangat intim. Ya, seperti biasa Adam membantu mengeringkan rambut istrinya itu dengan sangat antusias.“Sudah,” ucap Adam sambil menekan tombol off lalu meletakkan kembali hair dryer tersebut di tempatnya.“Terima kasih,
Fanny keluar dari kamarnya dan dia melihat Adam sudah tidak ada di sana. Suaminya sepertinya sangat kesal hingga berangkat tak berpamitan seperti biasanya. Pintu kamar tamu pun terbuka, Fanny menyelinapkan pandangan matanya ke arah dalam.Lengang dan kosong.“Apa Ibu sudah pulang?” Gumam Fanny.Dia kemudian mengaduk sereal di mangkuknya sambil menyalakan televisi. Masih tentang kabar longsoran besar di jalur menuju New Valleand yang menjadi topik utama berita kali ini. Tidak ada lagi yang lain kecuali kabar entertainment.Hampir kesiangan, Fanny sampai di kantornya.Terburu-buru berangkat hingga Fanny lupa membawa ponselnya yang masih tergeletak di meja kamar. Alhasil, Fanny hanya bisa menjadwalkan yang sudah terjadwal oleh Sandra saja. Ini artinya, seharian ini Fanny akan stay di kantor.“Bu, maaf jika lancang. Tadi pagi, Pak Adam meneleponku,” Beliau menanyakan beberapa hal yang membingungkan Bu,” ucap Sandra dengan raut wajah yang bingung.Fanny mendengarkannya dengan seksama. “La