Berita tentang kecelakaan Adam dan Fanny seketika tersebar setelah Ardian menyuruh pengawalnya untuk menghubungi nomor darurat kecelakaan. Lokasi yang sunyi di pinggir Kota New Valleand itu mendadak gaduh karena sudah dipenuhi oleh para wartawan dan tim rescue.
Tim penyelamat yang turun ke dalam jurang mengalami kesulitan saat mencoba untuk mengeluarkan Adam dan Fanny dari mobil. Posisi bagian depan mobil yang ringsek, medan yang terjal, dan pepohonan rimbun berjarak dekat, membuat ruang gerak tim menjadi terbatas. Mereka terpaksa merusak pintu mobil karena tak ada pilihan lain. "Lakukan dengan hati-hati! Bisa bahaya kalau korban mengalami tambahan luka akibat penyelamatan ini," perintah seorang pria yang kira-kira berusia di akhir 30an. Sepertinya pria itu adalah ketua tim rescue. Di atas Ardian tampak sangat cemas karena sudah hampir lima jam belum ada tanda-tanda Adam dan Fanny dibawa ke atas. Sementara dari tadi ambulans sudah menunggu dan para wartawan terus sajaKabar kecelakaan tentang pasangan Hussein itu akhirnya terdengar juga di telinga Lucy—ibu dari Adam. Tentu saja kabar itu langsung membuat wanita paruh baya itu shock bukan main. "Nyonya! Anda tidak apa-apa?" tanya salah satu pelayan wanita yang kebetulan berada di dekat Lucy. Lucy terlihat sangat lemas bahkan tubuhnya hampir roboh karena kakinya seperti sudah kehilangan tulang saja. Beruntung tubuhnya berhasil ditahan oleh salah satu pelayannya. "Astaga! Adam putraku. Bagaimana hal buruk ini bisa menimpamu, Nak?" isak Lucy. "Silahkan diminum dulu agar Anda lebih tenang, Nyonya." Salah satu pelayan memberikan segelas air putih agar emosi Lucy bisa sedikit reda. Setelah merasa kondisinya cukup baik, Lucy langsung bergegas menuju rumah sakit tempat Adam dirawat. Pikirannya berkecamuk karena ia juga sudah mendapatkan kabar jika putra kesayangannya sekarang berada di ruang ICU karena mengalami koma pasca kecelakaan dan operasi. Sepanjang perjalanan wanita p
Koma selama semalam, akhirnya Adam sadar juga. Orang pertama yang menyadari hal itu adalah Lucy. Pergerakan dari tangan serta mata sang putra spontan membuatnya lega dan segera memanggil dokter. "Bagaimana keadaan Adam, Dok?" "Syukurlah putra ibu sudah melewati masa kritisnya," ucap dokter setelah selesai memeriksa keadaan Adam. Laki-laki itu kini memandang sekitarnya dengan linglung. "Adam Sayang." Lucy mencium pipi Adam berulang kali. "Adam dan Fanny kecelakaan, Ma. Sekarang kita di rumah sakit? Bagaimana keadaan Fanny dan calon anakku?" tanya Adam. Senyuman Lucy segera saja luntur. Dia masih menyalahkan Fanny sebagai salah satu penyebab putranya kecelakaan. Namun, dia tidak ingin menunjukkannya secara terang-terangan. "Mereka baik-baik saja, Sayang. Sekarang ada di ruang perawatan. Kamu tunggu di sini sebentar, ya. Mama ada perlu berbicara dengan dokter." Lucy mengajak sang dokter untuk keluar dari ruangan. Karena Adam sudah sadar, dia berniat m
Hari demi hari yang dilalui Fanny semakin sulit. Semenjak Sharena kembali muncul, Lucy semakin tidak berpihak padanya. Mertuanya itu bahkan menyuruh Sharena agar sering-sering datang dan merawat Adam. Sementara Adam tidak bisa berbuat banyak karena belum pulih sepenuhnya dan masih belum bisa beranjak dari tempat tidur. Pagi itu, Sharena kembali datang. Seperti biasa, Lucy menyambutnya hangat. Sangat berbanding terbalik dengan perlakuannya terhadap sang menantu. Fanny sendiri memilih tak acuh, kini dia hanya fokus dengan kesembuhan Adam. Berusaha tidak memperdulikan apa yang Lucy dan Sharena lakukan.Seperti saat ini, Fanny sedang di kamar menunggui Adam yang beristirahat. Sementara Sharena dan Lucy berada di ruang tengah. Entah membicarakan apa. "Dam, kau harus sembuh. Aku butuh kamu. Anak kita butuh papanya," bisik Fanny pilu. "Kehamilan ini, kondisi kamu, semuanya berat, Dam." Fanny baru berani meluapkan keluh kesahnya saat Adam terlelap. Tentang betapa tid
Sudah jatuh tertimpa tangga pula!Seperti itulah nampaknya yang kini tengah dialami oleh Fanny. Alih-alih bahagia menjadi istri seorang Hussein, nyatanya masalah demi masalah terus menghampirinya silih berganti.Pagi ini, Fanny lebih dulu menyiapkan dirinya. Memberikan asupan bergizi untuk tumbuh kembang baby didalam kandungannya yang kini sudah berusia hampir empat bulan.Sudah empat minggu sejak kecelakaan terjadi, dan kini kehidupannya menjadi semakin rumit saja. Campur tangan Lucy di dalam keluarga kecilnya menjadi semakin mendominasi semenjak sakitnya Adam.“Sayang, ayo bangun sudah pagi,” bisik Fanny dengan lembutnya di daun telinga sang suami.Perlahan Adam membuka matanya, lalu tersenyum ke arah Fanny. Sungguh sebuah kekuatan yang luar biasa bagi Fanny di saat seperti ini. Ya, senyuman Adam yang selalu tulus menyambutnya adalah kekuatan bagi Fanny untuk terus bertahan di tengah cecaran Lucy yang kian menuntut banyak darinya.Fanny kemudian membantu Ad
Mata Fanny sudah sangat mengantuk, namun dia menjadi terganggu sekali karena suara gaduh dari luar kamar yang begitu bising. Dilirknya Adam begitu lelap. Mungkin karena pengaruh obat dokter yang masih dikonsumsinya.Perlahan Fanny menggeserkan tubuhnya dari balik selimut, dengan menguap lebar berulang kali.“Kalian?” Ucap Fanny nyaris tak percaya saat melihat Ibu mertuanya tengah bermain mahjong dengan Sharena dan juga? Maya dan Tante Arin.“Hmm, gadis miskin ini mau kemana?” Ucap Lucy menyindirnya.“Ibu, kenapa belum tidur? Ini sudah sangat larut,” ucap Fanny sambil duduk di kursi kosong yang berada di sebelah Lucy.Satu per satu wajah di depannya itu dipandanginya.“Apa maumu? Ini rumahku!” Ucap Lucy ketus.“Tentu Ibu, aku sangat tahu itu. Tapi lihat jam di sana, Ibu harus istirahat. Bukankah besok Ibu masih bisa bermain mahjong lagi?” Tutur Fanny.Gerutuan terdengar setelahnya. Bukan hanya dari mulutnya Lucy, melainkan juga dari mulut lain yang ada
Kediaman Hussein semakin disesaki orang hingga hari semakin siang. Sejumlah kolega terus berdatangan menjumpai Adam.Fanny sendiri kini tengah berada di Kantor Polisi guna mendampingi Lucy. Sejumlah pembelaan dasar telah diajukan Fanny untuk bisa menunda penahanan Lucy. Namun pihak Kepolisian tidak bekerja mendadak, Lucy ternyata telah menjadi bidikan target sejak dua pekan terakhir.Fanny duduk menyungsarkan kedua kakinya di bangku panjang yang berada di luar kantor Kepolisian. Wanita ini tengah berusaha menenangkan dirinya. Di tangan Fanny saat ini, sejumlah barang bukti kepemilikan barang haram dan juga hasil urine test Lucy yang menyatakan positif pengguna zat adiktif tersebut kian membuatnya cemas.“Ibu, apa yang terjadi hingga kau terjebak di dalam pusaran ini?” gumam Fanny sambil menutup wajahnya menggunakan lembaran kertas di tangannya. Matanya berkaca-kaca, Fanny tengah menangisi hidupnya di dalam hati saja.Untuk sesaat Fanny merasa jika hidupnya sempurna,
Didorongnya kursi roda Adam ke arah lift yang langsung menuju kamar utama. Tidak ada perbincangan di sepanjang perjalanan. Tatapan Fanny nanar mengamati ke arah lantai dasar yang masih dipenuhi para staf dan juga awak media yang berburu informasi dari situasinya ini.“Kita harus istirahat,” ucap Fanny.Adam setuju, dan malam ini mereka menghabiskan malam dengan mata yang tak kunjung terlelap hingga dini hari menjelang.***“Kamu mau kemana?” tanya Fanny saat melihat Adam telah siap dengan pakaian resminya.“Aku tidak bisa terus disini,” ucap Adam sambil menyimpulkan dasi di lehernya.Fanny yang baru selesai mandi, kini tersenyum tipis. “Kau yakin siap untuk keluar dari rumah dengan kursi roda itu?” tanya Fanny.Senyuman di wajah Adam seketika menjawabnya.“Tentu, jika istriku yang tengah mengandung saja sanggup mengurusiku dan juga Ibuku, maka kursi roda ini tidak seharusnya menahanku untuk bisa melindungi keluargaku,” ucap Adam dengan suara baritonny
Adam pun akhirnya diam. Dia membiarkan Fanny tidur sementara di mobil. Meski banyak yang keheranan karena sampai di rumah Adam tak kunjung turun dari mobilnya, lelaki itu mengacuhkannya. Hanya Jhon yang kini sibuk ditanyai oleh para awak media terkait alasannya itu.Dua jam berlalu, perlahan Fanny membuka matanya. “Adam, kita dimana?” tanyanya.“Sayang, kau sudah bangun? Ayo kita turun,kita sudah sampai di rumah,” jawab Adam.Fanny mengucak matanya dan masih saja menguap beberapa kali tanpa bisa ditahannya.Adam kemudian membuka kaca jendela mobil memanggil Jhon untuk membantunya turun, tapi Fanny justru menolaknya.“Aku bisa membantumu, Dam.”“Baiklah,” Keduanya kemudian turun dari mobil dan segera masuk menuju halaman rumah. Para awak media sendiri sudah diamankan Jhon ke teras samping sehingga Adam dan Fanny tidak lagi terganggu. Dari garasi mereka langsung naik ke kamar utama.***Besok sidang dimulai, tapi kondisi Ibu masih belum membaik. Ki
Di tengah perjuangan mempertahankan proyek New Vallend, bencana datang tanpa terduga. Malam itu, hujan turun dengan deras disertai angin kencang. Fanny sudah mendengar peringatan akan adanya badai, tapi tidak ada yang menyangka bahwa angin beliung akan menghantam langsung wilayah proyek mereka. Saat pagi tiba, kabar buruk mulai berdatangan satu per satu.Proyek New Vallend mengalami kerusakan parah. Struktur bangunan yang hampir selesai porak poranda, beberapa material rusak dan terhambur, bahkan sebagian tanah longsor akibat hujan deras yang merendam area sekitar. Fanny yang sedang di kantor langsung mendapat panggilan darurat dari manajer proyek.Dengan perasaan campur aduk antara cemas dan marah, Fanny memutuskan untuk segera menuju lokasi proyek. Adam, yang melihat kegelisahan di wajah Fanny, ikut menemaninya. Dalam perjalanan, Fanny hanya bisa terdiam, mencerna skala kerusakan yang mungkin harus dihadapi. Namun, di kepalanya sudah terbayang skenario terburuk dan ancaman biaya yan
Fanny duduk termenung di ruang kerjanya setelah percakapan menegangkan dengan Sharena. Setiap kata dari wanita itu bergaung dalam pikirannya, menambah tekanan di hatinya. Ia menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri sebelum melanjutkan tugasnya. Fanny memutuskan untuk memperkuat strategi perlindungannya, tidak hanya terhadap proyek New Vallend, tetapi juga untuk menjaga keluarganya dari ancaman yang semakin dekat.Pagi berikutnya, Fanny menyusun rencana pertemuan dengan tim manajemennya untuk membahas langkah-langkah lebih lanjut terkait audit Firman dan ancaman dari Sharena. Ia ingin memastikan bahwa semua orang di timnya memahami situasi dan bersiap untuk mengambil tindakan jika diperlukan. Fanny tidak bisa membiarkan ketakutan menghantuinya; sebaliknya, ia harus menjadi penggerak perubahan untuk keluarganya.Di tengah persiapan rapat, Fanny mengingat kembali setiap detail yang ia temukan mengenai Firman. Ia mengumpulkan semua informasi yang ada dan menyusun sebuah prese
Di hari-hari berikutnya, Fanny semakin waspada, terutama ketika melihat upaya Sharena yang kian terang-terangan mendekati Adam dengan berbagai dalih bisnis. Ia tahu, satu-satunya cara untuk melindungi pernikahannya adalah dengan mengambil langkah proaktif. Fanny mulai mencari tahu lebih dalam mengenai latar belakang Sharena dan hubungan wanita itu dengan sejumlah tokoh berpengaruh di kota mereka. Tidak mudah, tetapi demi menjaga keluarganya, Fanny tak segan-segan menyelidiki lebih jauh.Sementara itu, Adam, yang semakin menyadari betapa terganggunya Fanny oleh situasi ini, berusaha lebih sering menghabiskan waktu bersama keluarga. Dia bahkan mengurangi beberapa proyek bisnis yang membutuhkan keterlibatannya di luar kota. Namun, kesibukan di New Vallend tak bisa dihindari, dan ada banyak keputusan penting yang membutuhkan perhatian Fanny dan Adam.Suatu sore, saat Fanny tengah mempersiapkan proposal baru untuk proyek New Vallend, sebuah pesan masuk di ponselnya. Dari nomor tak dikenal,
Fanny mencoba menenangkan dirinya setelah membaca pesan dari Sharena. Dia tahu bahwa Sharena selalu mencari-cari alasan untuk mendekati Adam, dan itu membuatnya tidak nyaman. Meski demikian, Fanny berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya. Dia menyadari bahwa rasa cemburunya hanya akan merusak kepercayaan yang telah dibangun dalam pernikahannya."Sayang, kau baik-baik saja?" tanya Adam yang baru saja selesai menidurkan si kembar.Fanny tersenyum lembut. "Aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah setelah perjalanan panjang."Adam duduk di sebelah Fanny dan merangkul bahunya. "Aku mengerti, kau pasti sangat lelah. Bagaimana kalau kita istirahat saja malam ini? Kita bisa membicarakan semua hal besok pagi."Fanny mengangguk setuju, tapi pikirannya masih terusik oleh pesan Sharena. "Adam, kau pernah mendengar sesuatu tentang Shwan?"Adam terlihat sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. "Shwan? Anak angkat Sharena? Tentu saja, aku tahu dia. Tapi, kenapa kau menanyakannya?""Aku hanya ingin t
Kehangatan pernikahan Fanny dan Adam kini semakin HOT. Hari ini. Pertemuan dengan salah satu lawyer dari perusahaan Schwaley yang dijadwalkan pada Selasa ini membuat Fanny cukup gugup. Sehingga dia sampai lupa bahwa ini adalah akhir pekan.“Fanny sayang, kau terlalu banyak memikirkan pekerjaan. Hingga saat kau mengatakan bekerja dari rumah pun kau tetap saja memikirkannya,” ucap Adam sambil menggendong Fanny ala bridal menuju ke sebuah sofa bulat di dekat pintu menuju balkon kamarnya.Matahari pagi bersinar sangat terang di sana.“Mana bayi kita?” tanya Fanny terperanjat.Dia sangat kaget melihat box bayi kedua bayinya kembarnya itu sudah kosong.“Nurse sedang memandikannya, mereka tidak boleh pemalas seperti ibunya!” ucap Adam menyindir.“Aku kesiangan dan kau yang tidak membangunkanku, kenapa kau bilang aku pemalas?” ucap Fanny sambil tersenyum.Fanny langsung duduk meringkuk dengan masih sangat mengantuk. Dia tidak menolak ketika Adam menyodorkan susu hangat kepadanya.“Minum yan
Fanny melajukan mobilnya menuju ke sebuah alamat restoran yang diberikan oleh Sharena. Dia berangkat dengan menggunakan piyama tidurnya saja dibalut dengan cardigan olive selutut dan rambut yang dicepol ringkas.Sederhana namun tetap anggun nan berkelas, seperti itulah Fanny selalu memukau di setiap penampilannya.Flat shoes yang dikenakannya berwarna olive juga, senada dengan tas yang ditentengnya semakin membuat wanita itu nampak rapi dan juga elegan.Fanny melangkah masuk ke restoran yang lumayan mewah ini. Meski berada di ujung kota, namun pelayanan disini cukup baik dan Fanny merasa nyaman dengan situasi penyambutannya.Tanpa Fanny ketahui, diam-diam Adam mengikutinya di jarak yang cukup jauh sehingga wanita itu tidak menyadarinya.Fanny mengamati sekelilingnya dan melihat ruangan di bagian lantai dua tempat mejanya berada sangat sepi.“Aku disini,” ucap Sharena sambil melambaikan tangannya kepada Fanny.Tanpa menjawab, Fanny segera melangkah mendeka
“Apalagi masalah yang harus kita hadapi?”ucap Fanny mengeluhkan hidupnya lagi.Wanita ini merasa sangat bingung dengan apa yang kini harus dihadapinya setelah Ardian pergi.Alih-alih merasa senang karena baby Lilac dan baby Abigail mendapatkan wasiat besar sebagai pewaris dari Schwaley Corp. Fanny kini justru merasakan kecemasan lebih hebat karenanya.Fanny tidak ingin kedua buah hatinya akan merasakan bullying dari seluruh pihak yang menyudutkannya tidak profesional.Kesaksian Dipo terkait dengan surat wasiat itu pun memang menguatkannya secara hukum. Namun tentu saja itu tidak serta merta menyelesaikan konflik yang terjadi di internal Schwaley Corp.Pengesahan baby Abigail dan baby Lilac sebagai pewaris utama berikutnya dari Schwaley Corp nyatanya memang berjalan dengan lancar. Namun hal ini menuai dendam dari para petinggi Schwaley Corp yang sudah mengabdikan dirinya puluhan tahun di perusahaan tersebut.Beberapa dari mereka kemudian berupaya untuk mengges
Dengan jetlag sekitar delapan jam, mereka harus sedikit menyesuaikan waktu terlebih dahulu.Senyuman akhirnya mengembang di wajah Fanny saat keluar dari pesawat dan menghirup udara segar kota London dengan sangat tenang. Kedua buah hatinya pun bisa mendarat dengan selamat di sana, ini adalah sebuah berkah tersendiri untuk Fanny.Di bagian luar bandara, Dipo dan juga beberapa staf dari Schwaley Corporation sudah menunggunya.“Adam, bisakah kau mengatakan padaku apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Fanny kepada Adam dengan memaksa.Adam menghentikan langkahnya, dia merasa tidak tega untuk mengatakannya sendiri kepada Fanny. Meski riwayat panjang kehidupannya bersama Ardian mengalami pasang surut; tapi Adam merasa bahwa Ardian pun memiliki sangat banyak sekali jasa dalam pernikahannya dengan Fanny.“Sayang, sebaiknya kita berangkat! Kasihan mereka terlalu lama menunggu,” ucap Adam kepada istrinya. Fanny pun menurut. Rombongan ini pun tak menunggu waktu lama lagi
Setelah dua minggu, renovasi rumah akhirnya selesai. Di berbagai bagian masih terdapat banyak puing-puing bangunan di sana yang berceceran. Pagi ini sejumlah petugas kebersihan sedang menyelesaikan finishing dari renovasinya itu.Adam benar-benar tidak ingin kecolongan setelah insiden pemecahan kaca yang dilakukan oleh orang tak dikenal ke rumahnya tengah malam itu dan juga insiden racun yang nyaris saja mencelakai keluarganya.Kini, Adam benar-benar menjadi semakin ekstra dalam pengawalan dan juga penjagaan rumahnya. Pagi yang cerah di New Filla, mentari menyembul dengan sangat hangat dari balik jendela rumah memberikan energi yang lebih cerah.Adam tengah menikmati sarapan bersama Fanny. Keduanya kini sudah memulai hidup normalnya tanpa ada lagi kerepotan para penjaga dan juga pekerja di rumahnya. Insiden mengenai percobaan untuk meracuni yang dilakukan oleh orang tak dikenal yang menyamar di antara para pekerja pun akhirnya ditangani oleh pihak kepolisian. M