Adam begitu setia menunggu Fanny selama masa kritisnya. Dunianya hampir saja runtuh saat melihat kondisi sang istri tidak baik-baik saja setelah mereka akhirnya bisa menemukan keberadaan Fanny. Adam bahkan memaki dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga sang istri dengan baik, bahkan selama Fanny bersama dengannya hanya ada bahaya yang menyelimuti perempuan itu.Dokter mengatakan masa kritisnya akan segera lewat dan menunggu Fanny sadarkan diri. Luka yang diakibatkan oleh insiden pembegalan tersebut perlahan akan sembuh, tetapi Dokter menyarankan agar Adam selalu mengecek kondisi Fanny setelah istrinya siuman dan diperbolehkan untuk pulang nanti.Adam sama sekali tidak pernah beranjak dari samping istrinya, bahkan untuk sekedar menyentuh makanannya saja Adam tetap berada di samping Fanny seolah sang istri akan pergi jika sedikit saja ia beranjak dari posisinya.Seperti sekarang lelaki itu tampak kembali duduk setelah dari kamar mandi, kedua tangannya selalu setia menggenggam sebelah
Adam baru sampai di rumah sakit. Matanya melirik ke arah mobil Roll Royce yang terparkir di sebelah kanannya. “Papa ada di sini?”, gumam Adam sambil melangkah masuk. Sudah terbayang di benaknya apa yang akan dihadapinya ini di dalam sana. Sang Papa jelas akan sangat marah mengetahui apa yang menimpa menantu kesayangannya itu.Tepat seperti dugaannya, Adam baru sampai di depan pintu kamar dan tatapan tajam Abraham sudah menusuknya. “Pa,” sapa Adam.“Ikut aku, Nak” ucap Abraham sambil melangkah keluar dari kamar perawatan tersebut.Adam yang baru sampai di sebelah Lucy, hanya sempat menaruh barang bawaannya saja tanpa bisa bicara panjang lebar kepada sang Mama karena Papanya sudah menunggunya di luar kamar.“Inikah caramu menjaga menantuku?” tanya Abraham sambil menyipit tajam menatap Adam.“Maafkan aku, aku janji tidak akan terulang lagi insiden ini Pa,” jawab Adam dengan penuh sesal.“Hentikan para wanita itu atau Papa yang akan menyingkirkannya dengan cara yang tidak perlu kau tahu!”
Setelah satu pekan dirawat intensif di rumah sakit, akhirnya Fanny diberikan izin pulang. Dengan sangat bahagia Adam dan kedua orang tuanya menjemput Fanny. Bukan itu saja, Lucy bahkan dengan sengaja menyiapkan acara penyambutan khusus untuk sang menantu kesayangannya ini.“Mama, terima kasih,” ucap Fanny saat melihat banyak sekali ornamen selamat kembali ke rumah menghiasi sudut demi sudut rumahnya ini. Senyuman lebar Fanny pun seolah tak bisa berhenti mendapatkan banyak kejutan dari keluarganya ini.“Apakah suamimu ini tidak akan kau berikan ucapan yang sama?” ucap Adam terlihat merengek.Fanny mencubit pinggangnya sangat pelan, wanita itu tahu jika Adam hanya menggodanya.“Baiklah… kami pulang ya, dan ingat satu hal, jangan pernah bertengkar lagi! selesaikan semuanya on the bed with love and, kalian tahu lah bagaimana caranya,” ucap Abraham sambil tersenyum.“Papa,” ucap Fanny dan Adam secara bersamaan. Keduanya kemudian mengantarkan Lucy dan Abraham hingga ke teras depan, kedua or
Siang ini, Adam baru selesai memeriksa pembangunan New Zetta yang sudah mencapai 60%. Padaluang waktunya ini, seperti biasa Adam segera menelpon istri tercintanya yang masih bekerja dari rumah. Sebagai pengacara hukum, sebenarnya kehadiran Fanny di perusahaan tidak terlalu dipermasalahkan. Karena yang terpenting adalah pekerjaannya tuntas.“Jadi istriku masak apa hari ini?” tanya Adam.“Gepuk kesukaanmu tentunya,” ucap Fanny sambil meletakkan ponselnya pada dinding dapur.Adam paling menyukai momen ini, Fanny terlihat semakin menarik dengan apron yang dikenakannya. Jemari lentik sang istri yang biasanya bergerak lincah di atas keyboard laptopnya itu pun tampak semakin menggodanya saat jemari itu dengan lincah mengiris daging sapi segar.“Jangan macam-macam denganku Pak, lihat ini!” ucap Fanny menggoda suaminya sambil mengiris daging di depannya.“Aduh, sakit sekali … bisa habis ketampananku jika istriku marah seperti itu,” ucap Adam mengikuti candaan sang istri.
Adam dan Fanny sedang menikmati sarapan pagi mereka ketika Lucy menelpon dan mengatakan kepadanya jika Abraham kini sakit keras. Wanita itu bahkan sampai menangis terisak memberitahukan kabar buruk ini kepada sang anak.Tak ingin membuat Mamanya sendirian di tengah situasi tersebut, Adam dan Fanny pun akhirnya sepakat untuk segera menemani Lucy di Rumah Sakit. Meski harus diawali dengan sebuah perdebatan sebelumnya, namun akhirnya Adam meloloskan keinginan Fanny untuk menemani sang Mama mertua.“Baiklah, tapi dengan satu syarat yaitu hanya pada kondisi darurat ini saja,” ucap Adam kepada istrinya yang langsung mengangguk mengiyakannya.Wanita itu kemudian memilih untuk segera bersiap, sementara Adam pun membatalkan sejumlah pertemuan pentingnya dengan beberapa klien termasuk di dalamnya adalah jadwal rapat yang akan dilakukan siang ini selepas jam makan siang di New Zetta.Mengetahui ketidak hadiran Adam dengan kembali membatalkan rapat mereka, Ardian sebenarnya sangat geram. Dia mera
Kabar kematian Abraham yang sangat mendadak sontak membuat publik sangat terkejut. Bukan hanya kalangan pebisnis saja yang kini merasa kehilangan sosok Abraham melainkan juga banyak pihak di dalam lingkungan lainnya di New Villa.Sosok Abraham yang penyayang dan juga sangat dermawan tentu saja membuat banyak orang ikut terkejut mendengar kabar duka yang begitu mendadak dari keluarga Hussein ini. Mereka seolah tak percaya jika Abraham telah tiada. Dan kini banyak channel televisi yang ikut menayangkan biografi singkat lelaki itu yang dikenal sangat tegas.“Adam, Papamu tiada,” ucap Lucy terus mengucapkannya di sepanjang hari.Wanita itu demikian terpukul dengan wafatnya Adam yang masih dirasakannya terlalu cepat ini.Para pelayat kini mulai berdatangan ke rumah duka.Sementara itu para pelayan pun sudah mulai menyiapkan skenario khusus yang diberlakukan selama acara pemakaman ini berlangsung. Tidak ada yang boleh luput dari pengawasan. Begitulah pesan Adam kepada semua tim yang bekerja
Status barunya Adam sebagai pemilik semua asset keluarganya, membuat Fanny pun kini ikut melesatkan status sosialnya. Wanita muda yang baru beberapa pekan menjadi Nyonya Hussein ini akhirnya sukses menjadi wanita sosialita kelas atas yang memaksanya harus terlibat dalam banyak sekali kegiatan.Namun di sini, Fanny tetap menegaskan kepada Adam jika dia tidak berniat sedikitpun untuk ikut andil secara totalitas di semua kegiatan yang selama ini melibatkan Lucy. “Aku akan tetap bekerja, dan mengenai semua kegiatan itu … aku akan memilihnya,” ucap Fanny.Adam mengangguk mengiyakannya, dia sendiri memang tidak begitu setuju jika istrinya itu harus terlibat banyak kesibukan lainnya. Adam tidak mau kehidupannya terganggu semakin jauh lagi dengan semua ini. Bahkan jika bisa, Adam sejujurnya sangat ingin jika Fanny tidak perlu mengikuti semua itu.Hanya saja, pada beberapa hal Adam pun tidak bisa menolak campur tangan istrinya yang memang sangat dibutuhkan dalam menjaga citra bai
Sejak kejadian makan siang pemberian Litha itu membuat Fanny terungkit kembali rasa sakitnya. Wanita itu menjadi lebih sering diam dan merenung. Hal ini tentunya dilakukannya diam-diam. Karena memang Fanny tidak mau terkesan baperan.Namun seiring dengan usia kehamilannya yang mulai memasuki minggu keempat, kondisi emosional Fanny pun cenderung menjadi lebih naik turun. Terlebih, saat wanita demi wanita yang ramai diberitakan oleh banyak pihak berseliweran di sekeliling suaminya.Fanny sendiri menjadi jauh lebih tertutup belakangan ini. Tak jarang juga, Fanny hanya bisa menahan dirinya meski dia sudah sangat merasa tertekan oleh keadaan ini di mana Litha semakin gencar menuai kontroversial di perusahaan dengan memberikan parcel bunga, parcel coklat hingga jus buah untuk suaminya.“Bu, aku mau… “ ucap Litha yang berpapasan dengan Fanny pagi ini di depan lobi tergagap.Fanny yang sudah mulai jengah dengan sikap dari wanita tersebut akhirnya mulai membela dirinya. “ Kau pikir aku pelaya