Status barunya Adam sebagai pemilik semua asset keluarganya, membuat Fanny pun kini ikut melesatkan status sosialnya. Wanita muda yang baru beberapa pekan menjadi Nyonya Hussein ini akhirnya sukses menjadi wanita sosialita kelas atas yang memaksanya harus terlibat dalam banyak sekali kegiatan.
Namun di sini, Fanny tetap menegaskan kepada Adam jika dia tidak berniat sedikitpun untuk ikut andil secara totalitas di semua kegiatan yang selama ini melibatkan Lucy. “Aku akan tetap bekerja, dan mengenai semua kegiatan itu … aku akan memilihnya,” ucap Fanny.Adam mengangguk mengiyakannya, dia sendiri memang tidak begitu setuju jika istrinya itu harus terlibat banyak kesibukan lainnya. Adam tidak mau kehidupannya terganggu semakin jauh lagi dengan semua ini. Bahkan jika bisa, Adam sejujurnya sangat ingin jika Fanny tidak perlu mengikuti semua itu.Hanya saja, pada beberapa hal Adam pun tidak bisa menolak campur tangan istrinya yang memang sangat dibutuhkan dalam menjaga citra baiSejak kejadian makan siang pemberian Litha itu membuat Fanny terungkit kembali rasa sakitnya. Wanita itu menjadi lebih sering diam dan merenung. Hal ini tentunya dilakukannya diam-diam. Karena memang Fanny tidak mau terkesan baperan.Namun seiring dengan usia kehamilannya yang mulai memasuki minggu keempat, kondisi emosional Fanny pun cenderung menjadi lebih naik turun. Terlebih, saat wanita demi wanita yang ramai diberitakan oleh banyak pihak berseliweran di sekeliling suaminya.Fanny sendiri menjadi jauh lebih tertutup belakangan ini. Tak jarang juga, Fanny hanya bisa menahan dirinya meski dia sudah sangat merasa tertekan oleh keadaan ini di mana Litha semakin gencar menuai kontroversial di perusahaan dengan memberikan parcel bunga, parcel coklat hingga jus buah untuk suaminya.“Bu, aku mau… “ ucap Litha yang berpapasan dengan Fanny pagi ini di depan lobi tergagap.Fanny yang sudah mulai jengah dengan sikap dari wanita tersebut akhirnya mulai membela dirinya. “ Kau pikir aku pelaya
Fanny yang sedang tidur lelap malam ini, mendadak terjaga ketika mendengar suara sayup-sayup telepon di malam hari. Dipaksanya membuka mata dan juga telinga, suara itu ternyata dari suaminya yang tengah menelepon seseorang entah di mana. Suara Adam terdengar begitu marah ketika Fanny mendengarnya tadi, wanita itu tidak bisa mendengar jelas apa yang dibicarakan oleh suaminya dengan orang di seberang telepon. Namun sekilas saja bisa diketahui oleh Fanny jika kini Adam tengah menghadapi sebuah masalah.Meskipun Fanny tidak bisa mengetahui dengan jelas, namun Fanny memiliki cukup banyak cara untuk bisa memahaminya.“Ini, minumlah dulu,” ucap Fanny sambil meletakkan segelas air mineral di atas tangannya lalu meneguknya.Inilah juga yang sedang dilakukan oleh Fanny kali ini. “Kriing!” suara telepon Adam kembali berbunyi. Namun setelah Adam mengangkatnya, lelaki itu kemudian menyalakan pelantangnya sehingga Fanny bisa ikut mendengarkannya.“Boss, kami menemukan enam wanita yang siap direkr
“Sayang, aku tidak pulang malam ini karena masih mengikuti sederet kunjungan kerja di wilayah Timur New Auland,” ucap Adam kepadanya.Praktis, Fanny langsung mengeluh tipis di bibirnya.Adam pun bukan tidak mendengarnya, namun dia juga tidak bisa berbuat banyak karena kini harus menggantikan posisi sang Papa di Sarikat Dagang yang memang memiliki sangat banyak jadwal padat.Kunjungan ini adalah kunjungan dadakan yang diluar rencana. Sehingga Fanny pun sangat terkejut mengetahuinya.Sementara Fanny berada di New Sealley yang seperti biasanya diguyur hujan deras. Di New Conour Adam justru tengah dijamu oleh para pengusaha setempat yang memang tengah menjalin koneksi intens dengan para petinggi Sarikat Dagang ini.“Pak Adam, namanya Nonny, dan dia adalah staff terbaik kami, selama dua hari di New Conour, maka Nonny akan menemani Anda dua kali dua puluh empat jam,” ucap Jouhar kepada Adam.Lelaki tersebut tentunya tidak akan menduga jika Nonny adalah sebuah jalan instan bagi Jouhar untuk
Pasangan Adam dan Fanny tampaknya memang membuat publik sangat mengidolakan keduanya. Kehadiran sosok sederhana Fanny yang sukses membuat si putra mahkota Hussein Group itu jatuh cinta, akhirnya semakin membuat kehidupan pribadi keduanya di sorot.Tidak jarang, aktivitas harian keduanya menjadi terganggu gegara kehadiran wartawan legal maupun paparazzi yang membuntuti. Hari-hari damai bagi Fanny pun tampaknya menjadi semakin jauh dari bayangan. Kini di setiap langkahnya, Adam memberikan pengawalan ekstra ketat untuk sang istri.“Sayang, aku rasa kau membutuhkan asisten pribadi,” ucap Adam kepada Fanny.Fanny langsung melebarkan matanya menatap sang suami yang tengah menyantap serealnya. “Asisten pribadi? No!” ucap Fanny langsung menolaknya.Adam kemudian menjelaskan jika dia semakin khawatir dengan kesibukan istrinya yang semakin padat seiring bertambahnya jabatan Fanny saat ini. Pilihan memiliki asisten pribadi pun telah melewati banyak pertimbangan dari Adam sebelumnya.“Aku ingin k
Malam harinya, Adam pulang sangat larut malam sehingga Fanny benar-benar tak bisa terpejam. Matanya sedari tadi berusaha lelap tapi sedikitpun dia tak bisa memejam. Otaknya terus memikirkan banyak hal yang justru membuatnya semakin gelisah.“Kenapa Hp kamu diluar jangkauan terus?” ucap Fanny dengan sangat gelisah terus menggulirkan layar ponselnya, menunggu jika saja suaminya akan segera online.Namun tanda tanda itu tak juga terlihat, Fanny hanya bisa menunggu.Tak berselang kemudian, Fanny yang mulai diserang kantuk pun kemudian mendengar suara langkah kaki yang mendekati kamarnya.“Sayang, maafkan aku,” ucap Adam yang baru saja membuka pintu langsung menghampirinya di sofa.Bola mata Fanny seketika bergerak ke arah Adam, menatap lelaki itu dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya. “Kenapa Hp mu tidak bisa dihubungi?” tanya Fanny.“Aku … Begini, jadi tadi siang aku mengunjungi salah satu cabang Hussein Group di New Oreon, dan … Hp ku terjatuh entah di mana, aku tidak bisa menemukan
“Aku butuh psikolog, sepertinya semua hidupku menjadi kacau sejak malam itu,” ucap wanita berambut lurus hitam itu kepada Fanny.“Nona Anna, aku sudah mempelajari kasus Anda, sayangnya … kita tidak memiliki barang bukti lain yang menguatkan alibi untuk memenjarakan lelaki itu,” ucap Fanny cukup putus asa.“Dia menodaiku! Dia melakukannya tanpa kehendakku!” ucap Anna dengan suara yang meninggi.Fanny diam. Dia berusaha menenangkan keadaan.“Aku mendapatkan identitasnya, dia juga ternyata bukan seseorang yang biasa, ini yang membuatku cemas,” ucap Anna dengan mata yang nanar.Fanny merasa iba. Wanita ini sejak pagi tadi mempelajari kasus dari kliennya ini yang meminta Fanny membantunya menemukan lelaki dalam one night stand yang dilewatkannya malam kemarin.Permintaan eksklusif dari kliennya ini, membuat hari Fanny sangat padat sedari tadi. Hingga kini malam mulai beringsut datang.“Nona Anna, ini sudah diluar ketentuan jam kerja saya, Anda membutuhkan konseling dan saya sudah menghubun
Fanny terus melangkah pergi meninggalkan Hussein Group. Hujan yang mendadak turun, seolah tengah ikut berduka atas kepedihan hati Fanny saat ini. Diantara derasnya hujan, dan di antara padatnya lalu lalang kota New Villa yang tak pernah berhenti, Fanny terus melangkahkan kakinya di trotoar jalan dengan tangisan yang tak kunjung usai.“Bodohnya aku, kenapa aku harus mempercayainya, dia tidak akan berubah Fanny!” ucap Fanny mengajak bicara dirinya sendiri.Wanita itu melangkah dengan arah yang tak menentu, tidak ada tujuan dan hanya sekedar melangkah saja. Dari satu trotoar beralih ke trotoar lainnya, Fanny masih terus melangkah demi menenangkan badai yang mengamuk di jiwanya.Dia kemudian berhenti saat melihat bangku panjang di taman kota. Di tengah guyuran hujan yang menghabisi tubuhnya dengan basah, Fanny kemudian duduk di sana masih dengan tangisannya.Lampu di sebelah bangku sudah menyala meski hari masih siang, ini karena memang hujan lebat membuat langit menjadi sangat gelap seh
Hujan yang diiringi angin kencang ini pun semakin membuat rimbun pucuk dedaunan di dalam taman kota ini menjadi sangat mengerikan. Derit batang-batang kayu yang mulai letih diterpa angin kencang semakin membuat ngilu gendang telinga.Ardian memutuskan untuk mengakhiri acara pesta hujan pribadinya ini, namun tatapannya terhenti pada sebuah sosok tubuh yang berbaring di bangku taman. “Apa dia manusia? Hujan sangat deras tapi malah tiduran di sana?” Racau Ardian sambil berjalan pela mendekati bangku panjang tersebut.Juntaian jubah berwarna coklat muda menggantung di bawah bangku yang membelakanginya membuat Ardian menerka-nerka siapa yang sedang tidur di depannya itu. Dia kemudian memutar langkah sedikit jauh dari arah bangku, dia tidak mau kecolongan jika saja itu adalah jebakan batman yang mungkin dipasang para kriminal kota untuk memangsa korbannya.Ardian kini sudah berdiri sekitar tiga dua meter di depan sosok yang terbaring itu. Wajah si pemilik tubuh yang terbaring