Beranda / Romansa / My Fierce Secretary / BAB EMPAT~Woman or Stray cat?

Share

BAB EMPAT~Woman or Stray cat?

Penulis: R_Quella
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

BAB EMPAT~Woman or Stray cat?

"Kau tidak lelah berakting?"

Alessia menatap malas seorang pria yang kini berdiri di ambang dinding pembatas. Pria itu tengah menatapnya penuh dengan pandangan sirat permohonan yang sangat kentara.

"Ale, aku serius. Coba tantang aku dan kupastikan kau akan melihat kematianku tepat di depanmu." kata pria itu lagi.

"Aku sudah bosan mendengarnya," keluh Alessia malas. "Berhenti mendeklarasikan kematianmu padaku, Rey. Itu tidak berguna. Sama sekali tidak ada gunanya." katanya dengan nada tidak peduli.

"Kenapa?" pria yang di panggil Rey itu menatap Alessia kecewa. Tatapan sesak di kedua matanya begitu kentara, memenuhi wajahnya yang puas. "Kenapa kau tidak bisa melihatku sebagai pria, Ale? Aku mencintaimu, dan kau tahu itu. Lalu kenapa kau tidak berusaha melihat kearahku?" suara Rey kian merendah, lebih menyerupai bisikan.

Sejenak, hening seakan bagaikan teman. Udara seakan berderak di sekitar mereka, membelenggu dalam ingatan memori lama.

"Kata siapa aku tidak berusaha? Aku berusaha, tapi aku tetap tidak bisa." Alessia menggeleng pelan. Lebih dari ini, Alessia tidak suka menjadi alasan orang lain menggila apalagi di tengah atap seperti ini. "Dengarkan aku baik-baik, Rey Monteno. Cinta tidak bisa dijelaskan, jika kau tanya kenapa aku tidak mencintaimu, maka jawabannya masih sama—kau sahabatku. Sampai kapan pun pernyataan itu tidak akan berubah." lembut, tapi penuh dengan ketegasan.

Keduanya saling menatap. Sangat kentara sekali kalau Rey tengah putus asa, tatapannya kosong—penuh pengharapan. "Aku sakit, Ale...."

"Kita semua di sini tahu itu," tatapan iba Alessia tampak jelas tapi dia sama sekali tidak terpengaruh. Semua ini sudah berlangsung lama, sampai kapan pun Rey akan seperti ini jika Alessia tidak berpegang teguh pada pendiriannya. Tidak semua yang lemah juga harus di balas dengan cara yang sama. Dan untuk yang kedua kalinya, Alessia mengulangi kekeras kepalanya. "Kau tidak berpikir aku akan menerimamu karena kasihan, bukan? Jangan naif Rey, keadaan sudah berbeda. Jangan samakan dengan dulu."

"Tapi aku sungguh mencintaimu, Alessia! Tidak bisakah aku egois untuk memilikimu hanya untuk diriku saja?" sahutnya cepat. Kelewat cepat seakan Rey sama sekali tidak memikirkan perkataan Alessia yang sudah-sudah.

"Sayangnya aku tidak," Alessia berdecih, bertolok pinggang sembari terus menatap Rey dengan tatapan malas. Datar tanpa emosi. Namun, sungguh ... Alessia ingin meledak saat ini juga. Ia hampir bosan. Bahkan mungkin sudah sangat bosan memberi pengertian padanya tentang hubungan mereka yang tidak akan berubah.

Rey memiliki gangguan mental illness. Sejenis gangguan mental yang hanya ingin melakukan hal apa pun yang dia sukai. Pertemuannya dengan Alessia memang sudah lama, juga perasaan yang di miliki Rey padanya pun sudah berlangsung lama.

Alessia tidak tahu mengapa Rey sangat menginginkan dirinya. Namun, jawaban yang Rey katakan saat itu benar-benar sanggup membuat Alessia mengumpati dirinya sendiri.

Bagaimana tidak? Hanya dengan sebuah uluran dan ia dengan mudah membuatnya jatuh cinta? Yang benar saja. Alessia bahkan tidak percaya jika Rey jatuh hati padanya karena ia wanita pertama yang bersedia mengulurkan tangan untuk pertama kali pada seorang sepertinya.

"Memang kau kira aku tidak bisa bersikap egois sepertimu? Sejauh apa pun kau mengejar, sejauh itupula aku akan terus berlari. Menghindari seorang sepertimu yang bahkan tidak tahu bagaimana merelakan kebahagiaan orang yang dicintainya."

"Itu sulit bagiku." katanya dengan suara bergetar.

"Lalu, kau kira menerimamu tidak sulit bagiku?!" sentak Alessia tidak habis pikir.

"Begini saja, kita buat sesederhana mungkin. Jangan membuat keributan lagi jika kau masih ingin melihatku tepat di depanmu. Tapi jika tidak, lebih baik kau enyah saja. Aku tidak lagi peduli."

Sontak, pernyataan Alessia membuat Rey kehilangan kata. Tidak menyangka jika gadis manisnya dulu bisa secepat ini berubah sikap.

Dulu ... Alessia adalah gadis manis, anggun dan penuh kasih sayang. Namun, tidak disangka, perpisahan yang bahkan tidak sampai empat tahun mampu membuat keadaan berbanding terbalik.

Rey menatap Alessia lama, penuh kekecewaan. "Kau berubah, Ale."

"Dunia yang berubah." geraman rendah Alessia terdengar, berganti emosi yang dengan mudah berubah-ubah. "Segala hal tidak akan pernah sama. Tidak dulu atau bahkan sekarang. Dan, Nanti? Itu masih menjadi misteri. Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi suatu saat bahkan, mungkin besok. Kita semua tidak ada yang tahu garis takdir tuhan, Rey. Sampai di sini kuharap kau mengerti." setelah itu Alessia berbalik, hendak pergi sebelum kembali berhenti dan menoleh pada Rey yang hanya diam dengan mengepalkan kedua tangan.

"Jangan cari aku jika kau masih seperti ini atau kau benar-benar tidak akan melihatku lagi."

Dan Alessia bergegas pergi. Melirik arloji di pergelangan tangannya yang menunjukan pukul 08:35.

Sial! Alessia segera berlari—menyerobot elevator yang membawanya turun, hingga sampai di lobby rumah sakit dia mulai mencari taksi. Buru-buru menyebutkan alamat sebelum akhirnya mobil mulai melaju menjauh.

Tiga puluh menit. Alessia sampai di gedung pencakar langit dengan plang besi disudut atas gedung bertuliskan S T E V A N O Internasional perpaduan antara warna emas dengan hitam metalik yang tampak menyilaukan. Alessia bergegas turun setelah membayar dan mulai melangkah tergesa menuju HRD.

Damn! Alessia tidak bisa berhenti mengumpat. Jika bukan karena si bodoh Rey, Alessia sudah pasti sedang mempersiapkan dirinya dengan tenang, tidak seperti sekarang, ia bahkan terlambat.

Hari pertama dan kau sudah berani terlambat. Kau hebat Alessia.'Rutuknya dalam hati.

Sesampainya di depan pintu HRD Alessia mengatur napas, menarik napas lalu membuangnya perlahan. Mengulanginya beberapa kali sebelum akhirnya pintu lebih dulu terbuka bahkan sebelum Alessia sempat mengetuk.

Alessia menurunkan tangannya, mengulas senyum bersalah.

"Maaf saya terlambat, Sir."

Tatapan pria berbadan gempal di depannya memicing, menatap Alessia dengan kening berkerut. "Siapa kau?"

"Alessia Mikhayla. Pihak HRD kemarin menghubungi saya untuk membawa kelengkapan data. Maaf saya terla—"

"Waktu adalah uang. Dan kau menyikapinya sesukamu? Kau pikir perusahaan ini milik nenek buyutmu!" sela pria itu sembari memperhatikan Alessia lekat, penuh dengan pandangan menilai.

Alessia sebisa mungkin mempertahankan senyum profesionalnya. "Ada sesuatu yang mendesak, Sir."

"Saya tidak meminta alasanmu."

"Jaga sikapmu, Mr. Drey. Dia orangku. Aku yang akan menanganinya."

Pernyataan seseorang di sampingnya lantas membuat Alessia yang baru membuka mulut kembali merapatkan bibir. Menoleh kesamping, Alessia menemukan seorang pria tinggi dengan jambang tipis yang menghiasi wajahnya, rahangnya yang tegas sebanding dengan tatapan datarnya. Mungkin, kira-kira usianya sekitar akhir tiga puluhan. Selain itu, Alessia jadi bertanya-tanya; apa mungkin pria ini calon bosnya?

"Maafkan saya, Mr. Jean. Saya tidak tahu jika Nona ini adalah orangmu." kata pria yang di panggil Mr. Drey itu sembari menundukkan kepala. Tampak bersalah.

"Lain kali perhatikan sikapmu. Dan lagi, kau sudah mempersiapkan salinan kontrak kerja yang kuminta?"

Mr. Drey mengangguk cepat, mengulurkan sebuah map berwarna cokelat dengan sedikit mencuri pandang kearah Alessia yang masih memperhatikan mereka dalam diam.

"Saya baru saja akan mengantarkan keruangan Anda. Tak disangka Anda malah sudah berada di sini."

Jean menerimanya tanpa sepatah kata lalu, pandangannya beralih pada Alessia. Wajahnya yang tegas masih sama tapi tatapannya seketika beganti ramah. "Saya akan mengantarkan Anda, Ms. Alessia. Silahkan lewat sini," suara Jean menginterupsi, membimbing jalan Alessia.

Alessia mengenrnyitkam dahi. "Anda bukan bosnya?"

Senyum simpul Jean berbarengan dengan gelengan kepalanya menjawab pertanyaan Alessia. Jean membawanya berbelok di dua sudut ruangan hingga mereka sampai di dalam elevator yang akan membawa mereka menuju lantai teratas. "Tentu bukan. Dan tolong untuk tidak terlalu formal denganku, Nona. Panggil Jean saja."

"Ah, baiklah." meski ragu-ragu, Alessia menyetujuinya. Ia melirik setelah resmi Jean yang terlihat mahal lengkap dengan berbagai barang mahal yang melekat di tubuhnya. "Kalau kau bukan bosnya, kau di sini sebagai apa? Maaf jika lancang, karena pakaianmu tidak menunjukkan kalau kau hanya sekedar pegawai." kata Alessia dengan tatapan menilai yang kentara.

Lagi-lagi senyum Jean seakan menjawab Alessia meski pria itu belum mengatakan apa-apa. "Saya tangan kanan, Mr. Stevano. Anda dapat menghubungi saya jika ada yang ingin ditanyakan. Selebihnya Anda dapat membacanya dalam kontrak kerja."

Mereka berbelok setelah pintu elevator terbuka. Lorong yang luas namun tampak kosong. Sepi. Tatanan warna, benda-benda yang terpajang lengkap dengan ruang tunggu di sisi selatan membuat Alessia berpikir kalau lantai ini sepertinya memang lantai khusus.

Lirikan Jean masih mengikuti pandangan kagum Alessia. Perempuan dengan setelan kerja resmi: rok span hitam lengkap dengan kemeja putih yang membungkus tubuh mungil berisinya nampak bukan seperti orang biasa. Aura yang terpancar dari wajah cantiknya seakan memperlihatkan kalau dia bukan perempuan lemah. Aura inikah yang membuat Mr. Stevano memilih wanita ini bahkan sebelum melakukan tahapan seperti pergantian sekertaris yang sudah-sudah.

Alessia berhenti begitu Jean tidak lagi di sampingnya. Pria itu tertinggal beberapa jengkal darinya sambil menatapnya ingin tahu.

"Apa sebelum ini Anda belum tahu mengenai Mr. Stevano, Nona?"

"Sejujurnya aku tidak mengenal seperti apa dia," Alessia mengulas senyum kecil. "Aku hanya pernah mendengar sedikit tentangnya. Selebihnya aku sama sekali tidak tahu."

Jean menaikkan satu alis, menatapnya bertanya. "Anda belum pernah melihatnya?"

"Belum," jawab Alessia singkat.

Jean berkedip satu kali. Kembali membimbing Alessia dengan kening berkerut, sedikit bingung. Jika mereka saja belum pernah bertemu, mengapa Alby memintanya mencari tahu segala hal tentang wanita ini? apalagi melihat senyum aneh yang tidak sengaja ia lihat dari seorang Albyazka kemarin.

Membingungkan.

Jean menghela Alessia masuk setelah mengetuk lalu menutup pintunya kembali.

"Nona Alessia di sini, Sir."

Ketukan jemari Alby di kursinya terhenti, berganti dengan seringai culas di bibirnya. Sayangnya, tidak ada yang tahu. Dengan posisi Alby yang membelakangi mereka membuat Alessia juga turut penasaran dengan siapa dia akan bekerja. Lalu, seperti sudah di perhitungkan sebelumnya, dengan gerakan slow-motion Alby memutar kursi kebesarannya. Dan Alessia seakan merasakan dunianya runtuh di bawah kakinya.

Harapan, kesenangan dan kesombongannya kemarin menguap begitu saja. Sialan! Bagaimana bisa ini terjadi? Pria ini ... Bagaimana mungkin pria bedebah yang telah mencuri dua kali ciuman darinya adalah calon bosnya?!

"Kau!"

Alessia buru-buru mengubah ekspresinya, ia tidak akan memberi kesempatan bedebah itu merasa menang telah menggiringnya padanya dengan suka rela. Tatapan Alessia secepat itu berganti, menatap tajam—sirat permusuhan yang kentara.

Senyum menyebalkan Alby tersungging, tatapannya tampak puas—seakan dia benar-benar menantikan hari ini tiba. "Terkejut, Nona bar-bar?"

Decihan malas Alessia adalah respon pertama yang Alby dapat. Lalu, senyum meremehkan perempuan itu menghiasi wajahnya, sama sekali tidak memperlihatkan kalau dia kesal. Berkebalikan dari emosinya, Alessia berusaha tetap tenang. "Well, mengapa dunia sangat sempit?"

"Sayang sekali doamu tidak terkabul, Nona Alessia Mikhayla. Kau berdiri di hadapanku sekarang." Alby menyeringai, mematahkan pernyataan Alessia beberapa hari lalu ketika mereka bertemu di parkiran kelab.

"Aku yakin kau sudah memperhitungkan," ketenangan Alessia lenyap. Gantinya, ia melemparkan tatapan mencemohnya. "Bukankah ini terlalu berlebihan hanya untuk membawaku padamu?"

"Tidak ada yang berlebihan, apalagi untuk mengetahui namamu saja butuh berhari-hari. Kau tahu, ini menghinaku." jawaban Alby di balas kekehan geli Alessia. Sudah ia duga.

"Kalau memang begitu itu artinya kau masih belum hebat. Aku yakin kau tidak menemukan apa-apa."

Menelisir wajah Alby, Alessia tahu jawabannya adalah iya. Beruntungnya dia memiliki teman seperti Keira yang ahli dalam menyembunyikan identitas dirinya.

Andai Alessia tahu kalau bedebah ini adalah calon bosnya, Alessia sudah pasti tidak akan sudi menginjakkan kakinya di sini meski pun dengan gaji besar.

Kemudian Alessia mengibaskan tangannya begitu Alby belum juga menjawab. "Sudahlah, aku juga tidak peduli." katanya kembali memasang senyum yang seakan mengatakan pertemuan kali ini bukan masalah besar. "Oke, kalau begitu selamat tinggal."

Tubuh Alessia kaku. Ia terkesiap begitu tiba-tiba saja Alby meraih tangannya, menariknya ke dalam pelukan begitu dia berniat pergi. Sesaat, kehangatan dari tubuh besar Alby melingkupi tubuh mungil Alessia. Aroma maskulin merebak ke hidungnya berbarengan dengan cekalan lembut jemari besar Alby yang menyentuh belakang lehernya. Sialan! tanpa pikir panjang lagi Alessia menghempaskan lengan Alby—menendang tulang kakinya hingga rengkuhan Alby terlepas.

Alessia mengambil dua langkah mundur, berdecih sembari terus menatap Alby tajam. "Jangan berani menyentuhku, Bedebah!"

Alby menggeleng pelan, mendesis tidak minat. "Kau ini wanita atau kucing liar? Galak sekali!"

"Tidak ada kucing yang menendang, Bodoh!"

"Kau pengecualian." Alby menegakkan tubuh, kembali memusatkan atensi penuh padanya. "Kenapa kau hobi sekali menyiksa? Terakhir tamparan, sekarang tendangan. Nanti apa lagi?" katanya tidak habis pikir.

"Well, akan kupikirkan."

Alessia mengendik acuh—kembali meninggalkan Alby dan Jean yang diam di tempat masing-masing. Belum sampai mencapai pintu, Alessia berhenti, ia menoleh sejenak sebelum kemudian mengambil langkah maju dan dengan gerakan cepat merampas map cokelat yang sempat Jean berikan pada Alby.

"Ralat, akan kupastikan ini yang terakhir. Tidak ada lain kali." ucap Alessia penuh penekanan. Ia menyunggingkan senyum manis lalu pergi dari sana tanpa mengatakan apa-apa.

Lagi-lagi, perempuan galak itu mampu membuat seorang Albyazka terdiam tanpa kata. Adrenalinnya semakin berpacu, menghentak lebih keras setiap kali berhadapan dengan perempuan yang bernama Alessia.

Alessia Mikhayla ... Mari kita lihat sejauh mana kau akan menghindariku.

Bab terkait

  • My Fierce Secretary    BAB LIMA ~ I want you! 

    BAB LIMA ~ I want you!"Dia tidak datang?" terselip nada geli dari suara Alby. Pria itu sudah memperhitungkan dengan baik dan tentu saja kemungkinan semacam ini sudah tidak lagi mengejutkannya.Jean mengangkat wajah, melirik jam yang melingkar di tangannya lalu menjawab lugas. "Sepertinya tidak, Sir."Alby mengendik acuh. Sangat tahu perempuan keras kepala seperti Alessia Mikhayla bukanlah sesuatu yang akan mudah menuruti perintahnya. Pihak perusahaan sudah menginformasikan padanya bahwa dia sudah bisa mulai bekerja tapi tanggapan perempuan itu di luar nalar.Alessia membalas pesan perusahaan, tapi bukan untuk mengucapkan terima kasih, yang ada hanyalah serentetan umpatan yang dia titipkan untuknya. Memang benar-benar sesuatu. Mengingat itu, Alby tidak bisa untuk menahan senyumnya.Bagaimana mungkin sebuah umpatan malah membuatnya begitu menarik perh

  • My Fierce Secretary    BAB ENAM ~ Chaos at the bar

    BAB ENAM ~ Chaos at the bar"Want, me?""You hear me well,"Senyum nakal Alessia tersungging begitu suara rendah Alby terdengar. Ia bergelayut manja di lengan Alby dengan satu tangannya yang lain mulai menyentuh dada bidangnya yang lebar, mengusapnya dengan lembut dan perlahan. Membelainya dengan gerakan menggoda."Memohonlah...."Sebelah alis Alby naik, menatapnya bertanya. "Sorry?"Alessia terkekeh merdu. Melepaskan lengan Alby darinya dan mulai berjalan menjauh dari kerumunan dengan langkah terseok. Kepalanya berdenyut, pusing memenuhi dirinya. Kemudian Alessia kembali ke kursi yang sempat di tempatinya beberapa saat yang lalu, melipat tangannya ke atas meja lalu menidurkan kepalanya di sana.Diam-diam, Alby membuntutinya. Ia duduk di samping Alessia dan berniat meraih perempuan itu lagi hingga Alessia ter

  • My Fierce Secretary    BAB TUJUH ~ I Got you 

    BAB TUJUH ~ I Got you "Akhirnya kau kembali," seruan Keira terdengar begitu Alessia memasuki ruang tamu. Lalu, seluruh pandangan tertuju padanya.Alessia hanya mengulas senyum tanpa mengatakan apa-apa. Semua ini terjadi sangat tiba-tiba hingga Alessia belum dapat mencerna dengan baik. Pagi yang buruk.Arabella mengambil satu langkah maju. Mengulurkan tangan ke depan—menyentil kening Alessia. "Kau berhasil, Ale. Kau sukses membuat kami kalang kabut mencarimu!" geramnya.Alessia meringis kesakitan. Mata birunya menatap jengkel Arabella dengan kening berkerut. "Aku baru pulang dan kau sudah menyiksaku?" ia mengusap-usap keningnya. "Babe, segala hal tidak semudah yang terpikirkan.""Memangnya apa yang kami pikirkan?" sahutan Velove membuat Alessia memutar bola matanya."Kita semua tahu cara menjaga di

  • My Fierce Secretary    BAB DELAPAN ~ Negotiation

    BAB DELAPAN ~ NegotiationAlby berjalan dengan langkah panjang menyusuri koridor kantor. Aura kewibawaannya sangat jelas terpancar dari garis wajah tegasnya. Kuat dan memesona. Beberapa pegawai menunduk hormat ketika Alby melewatinya. Sementara Alby hanya menanggapinya dengan anggukan singkat. Tanpa kata."Bagaimana perkembangan yang kuminta selidiki?"Jean yang berjalan di belakang Alby sempat terdiam. "Masih sama. Bahkan untuk mengorek tentang keluarganya pun sulit dijangkau.""Aku sudah bilang tiga hari. Kau tahu apa artinya?""Maaf, Sir. Tetapi Nona memang bukan orang biasa. Hal terkecil darinya hanya berupa foto juga sertifikat kelulusannya saja. Kami sulit mengidentifikasinya.""Ck! Dia benar-benar, ya...."Alby memasuki ruang kerjanya sesaat Jean membuka pintu, berjalan anggun menuju kursi kerjan

  • My Fierce Secretary    BAB SEMBILAN ~ Knick-knack 

    BAB SEMBILAN Knick-knack Beberapa hari kemudian... Alessia menyibukkan diri dengan tumpukkan berkas-berkas yang sudah ia susun untuk mendapatkan tanda tangan Alby. Selama hampir tiga hari ia menjadi sekretaris pria itu, Alessia benar-benar disibukkan dengan berbagai hal yang sempat ditinggalkan sekretaris lama dan itu cukup membuatnya kerepotan. Untung saja Alby sedikit pengertian untuk tidak merecokinya, meski hanya dua hari. Karena sejak kemarin Alby sudah mengganggunya, mulai dari berdebat hal kecil, mengajaknya bertengkar hingga mengungkit hal-hal tidak berguna lainnya. Sangat kekanakan. "Nona Alessia, Mr. Stevano meminta Anda menunggunya di basemant." Alessia mengangkat wajah begitu suara Jean terdengar. Pria itu mengulas senyum simpul, merunduk hormat padanya. Hal yang sebenarnya sudah sering Alessia keluhkan. Mereka ini kan sama-sama pekerja, lalu mengapa Jean selalu saja memperlakukannya seolah dirinya ini wakil d

  • My Fierce Secretary    BAB SEPULUH ~ Scandal 

    BAB SEPULUH ~ ScandalMengejutkan! Albyazka Stevano tertangkap kamera berciuman dengan seorang wanita, yang sepertinya adalah kekasih yang selama ini dia sembunyikan.Berita menghebohkan datang dari pewaris Stevano internasional yang sekaligus menjadi sanggahan atas ketidaktarikannya terhadap wanita.Dilansir oleh florenzie media, Albyazka Stevano terlihat sedang mencium seorang wanita yang diduga merupakan kekasih yang selama ini disembunyikan. Seperti yang diketahui, publik selama ini dibuat bertanya-tanya mengenai kebenaran yang mengatakan bahwa dia seorang gay. Namun siang ini, salah satu Paparazi memergoki dirinya bersama seorang wanita. Potret dirinya dengan sang kekasih sekaligus menjawab opini-opini tidak benar yang menjadi simpang-siur dikalangan masyarakat.Setelah beberapa pekan Stevano menjadi tranding topic mengenai pesatnya S. Evael center yang baru-baru ini menjadikannya pr

  • My Fierce Secretary    BAB SEBELAS ~ Fierce Secretary? 

    BAB SEBELAS ~ Fierce Secretary?Stevano mansion, NYC, USA | 08:41 AMDi dalam sebuah kamar Alby tengah memperhatikan Alessia yang kini meringkuk di bawah selimut. Perempuan itu sama sekali tidak terganggu meski sudah berulang kali Alby mengusilinya. Senyum geli Alby memenuhi wajahnya, tersenyum tidak habis pikir.Mengapa menonton orang tidur tiba-tiba saja menjadi hal yang begitu menyenangkan?Dari beberapa keterangan yang Alby baca, Alessia adalah ratunya tidur. Sebelum ini dia hampir tidak percaya kalau data itu benar tapi begitu melihat sendiri dengan mata kepalanya kini Alby membenarkan keterangan itu. Katanya, selama tidak terkena cahaya dan berada di ruangan terbuka atau berada dalam kebisingan, selama itupula Alessia akan betah tidur dan terlelap layaknya orang mati. Begitu tenang dan damai.Tapi, semua itu bisa menjadi berkebalikan jikalau dia terb

  • My Fierce Secretary    BAB DUABELAS ~ Why? 

    BAB DUABELAS Why? Masih menjadi perbincangan, kekasih putra pertama keluarga Stevano ternyata merupakan sekertarisnya sendiri. Selain parasnya yang menawan juga kepintarannya, nama Alessia Mikhayla turut menjadi bahasan hangat mengenai statusnya yang tidak diketahui. Tidak banyak artikel yang memuat tentang dirinya juga kehidupan pri— sialan! Alessia mematikan radio dalam mobil ketika berita tentangnya masih tersiar dan menjadi sorotan publik. Belum lagi namanya yang turut dikenal banyak orang membuat ruang gerak Alessia semakin menipis. Dulunya, orang-orang yang tidak pernah memperhatikannya kini mendadak menjadi lebih perhatian. Mencari, menelusuri lama pencarian bahkan terang-terangan menggosip mengenai dirinya. Kehidupan yang seperti ini bukanlah yang Alessia inginkan. Dia tidak suka menjadi pusat perhatian tetapi sekarang semua orang tengah gencar-gencarhya menaruh minat lebih mengenai berita sialan itu. Alessia mengepalkan kedua tangannya

Bab terbaru

  • My Fierce Secretary    Information [TERBIT]

    Aloha kesayangan-kesayangan Mom Girls Knight 👐Gimana kabarnya semua? Semoga kita semua dalam keadaan sehat, ya.Aku kembali dengan membawa sedikit penjelasan juga berita terkait My Fierce Secretary, nih.Berita singkat ini mungkin sudah ada yang tahu, ya.Bisa menebak?Yuks, siap-siap ter-Alby-alby dan ter-Ale-Ale!Iyups. Jawabannya sudah jelas tertulis di judul— bahwasanya My Fierce Secretary akan segera tersedia dalam versi cetak.Yey! Ada yang nunggu?Oke, aku jelasin sedikit ya. Awal tahun 2021 kemarin saya mengikuti kontes di gmg writers dan berhasil menang di kategori Best editor choice. Alhamdulillah.Lalu, ada beberapa pembaca nge-DM saya pribadi di instagram setelah saya meng-unpublish My Fierce Secretary.* Ada yang bertanya

  • My Fierce Secretary    Extra Part

    BAB LIMA LIMA Extra part 1 Dua minggu berlalu dari acara lamaran Alby di Vienna. Setelah malam itu, esok harinya mereka kembali ke New York dan memberitahu semua keluarga mengenai lamaran yang Alby lakukan. Alessia pikir ketika Alby meminta untuk mereka segera pulang ke New York adalah untuk memamerkan status barunya. Tetapi tanpa di sangka mereka berdua di minta untuk segera melangsungkan pernikahan karena Shevana sudah mempersiapkan segalanya. Mulai dari undangan, dekorasi juga tempat yang sudah reservasi. Tinggal 30% lagi untuk menuju sempurna. Tetapi.. Alessia melupakan sesuatu. Alessia belum mengatakan apapun pada keluarganya, tetapi undangan sudah menyebar di mana-mana. "Bagus sekali." Michael menatap mereka berdua bergantian. "Kau menikahi putriku, tapi aku bahkan tidak tahu sama sekali mengenai ini." Alby terse

  • My Fierce Secretary    BAB LIMA LIMA~Epilog

    BAB LIMA LIMA~EpilogAlessia kira, mencoba baik-baik saja tanpa melibatkan Alby dalam hidupnya akan terasa sama saja seperti ketika belum bertemu dengan pria itu. Tetapi nyatanya lain, makin hari Alessia semakin merasakan kerinduan yang mendalam setiap kali mengingat wajah Alby, sikapnya yang menyebalkan bahkan dengan semua kisah mereka yang kerap kali bertengkar. Alessia merindukannya, sangat.Alessia tersenyum dalam diam. Lagi-lagi hanya dengan kembali mengingat Alby, kenangan yang lalu-lalu serasa berputar dalam ingatannya. Membuatnya semakin terjebak dengan perasaan rindunya yang belum tersampaikan. Alessia membenci perasaan ini, perasaan di mana dirinya harus menahan diri untuk mengalah pada egonya.Demi Tuhan.. Ingin rasanya Alessia memukul kepala Alby dengan keras. Beraninya dia membiarkan dirinya berlibur sendirian bahkan tidak menghubunginya sama sekali. Sebenarnya Alby benar-benar mencintainya seperti yang pria itu katakan atau malah dia

  • My Fierce Secretary    BAB LIMA EMPAT~She's my girl

    BAB LIMA EMPAT~She's my girl"Al.. Kau tidak ingin pulang?" tanya Elena memperhatikan Alby yang tengah serius dengan laptopnya. Elena mendengus panjang karena lagi-lagi dia di abaikan. Sudah dua hari Alby berdiam diri di kediaman Stevano sambil menatapi laptopnya terus-menerus. Entah apa yang sebenarnya pria itu lakukan.Elena lalu bangkit mendekati Alby dan berusaha mengintip layar laptopnya yang menyala, namun Alby lebih dulu menutupnya sambil menatap tajam Elena di sampingnya. "Berhenti mengusikku, Elena. Kau tidak akan suka kalau aku marah padamu."Elena mencebik malas, "Kau seperti pengangguran, Al. Diam di kamar dengan memainkan laptopmu. Apa kau sebegitu frustrasi memikirkan Alessia?" tanya Elena membuat Alby berdecak."Jangan sebut namanya. Lebih baik kau keluar, El." usir Alby yang tidak Elena hiraukan. Wanita itu malah bersandar padanya dan menarik paksa laptop Alby darinya. Ketika Elena berhasil melihat isi layar laptop Alby, Elena langsung ber

  • My Fierce Secretary    BAB LIMA TIGA~What is love is always fun?

    BAB LIMA TIGA~What is love is always fun?The Ritz-Carlton, Austria, Eropa. AT 06 : 35 PM.Alessia melemparkan dirinya ke atas ranjang. Menatap langit-langit kamar penginapannya yang akan ia tempati untuk satu minggu kedepan. Setelah menyetujui keinginan Alessia untuk berlibur, Michael lalu mengatur jadwal penerbangan Alessia pagi harinya ketika menyadari dalam beberapa hari salju pertama akan turun menyambut Natal dan tahun baru.Alessia menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Ia lelah berusaha kuat menahan nyeri dalam hatinya menyadari Alby benar-benar memberi jarak antara mereka. Pria itu bahkan tidak menghubunginya sama sekali. Menyebalkan, tetapi Alessia juga sadar diri.Sejak semalam juga Zavier terus menerus menggodanya karena ia datang sendiri tanpa Alby dan meminta liburan secara dadakan. Alessia tentu tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan Zavier padanya dan malah mengusirnya. Alessia bukan bermaksud menghindar dari masalah. Ia hanya

  • My Fierce Secretary    BAB LIMA DUA~Need a pause

    BAB LIMA DUA~Need a pauseUsai menghentikan perkelahian antara Alby dan Rey, kini Alessia ikut bergabung bersama mereka di sana. Suasana semakin terasa menyesakkan dengan beberapa pasang mata yang masih menatap Rey."Maaf.. Aku kemari bukan untuk membela Rey, tetapi aku merasa perlu memperbaiki ini juga." Alessia menghela napas panjang, "Rey, dia melakukan itu karenaku, sebab itu aku turut meminta maaf pada kalian terlebih, padamu Elena." ucap Alessia menatap mereka bergantian. Tampak gugup."Meski saya melakukannya karena Alessia, tapi Alessia tidak tahu apa-apa tentang ini. Ini murni kesalahanku." imbuh Rey membuat Alessia menatapnya lama.Senyum itu, Alessia akhirnya bisa melihat sedikit kemajuan pada diri Rey. Pria pertamanya sebelum akhirnya ia bertemu dengan Alby. Lalu, pandangan Alessia jatuh pada Emily yang berada di samping Rey, menatapnya dengan senyuman.Ah, bukan hanya perubahan sikap saja, ternyata Rey mulai bisa melihat ke arah Emily

  • My Fierce Secretary    BAB LIMA SATU~Recognition

    BAB LIMA SATU~RecognitionAlessia duduk di kursi gereja sambil menutup matanya dan berdoa. Semua hal yang telah terjadi padanya, Alessia sebisa mungkin menerima kenyataan itu sebagai sebuah kisah perjalanan hidupnya yang penuh dengan ambisi. Alessia berharap setelah ini tidak akan ada lagi masalah berat yang mengharuskan orang lain mati karenanya lagi. Tidak Veron atau pun Vegan.Semoga kebahagiaan lekas menghamipirnya.Di lain tempat, Rey membulatkan tekad untuk memperbaiki kekacauan yang sempat ia perbuat. Selain pada Alessia dan juga Emily, Rey juga merasa ia perlu menemui seseorang lebih dulu.Rey sudah berjanji akan berubah menjadi lebih baik. Dengan bantuan Emily, perlahan keadaan juga perasaannya mulai membaik dan Rey sudah mulai menerima kenyataan bahwa yang Alessia inginkan bukanlah dirinya. Dan apa yang sempat Alessia katakan ketika itu memang benar.Ketika kau mencintai seseorang, seharusnya kau bisa menghargai pilihannya dan menurunkan

  • My Fierce Secretary    BAB LIMA PULUH~Call me baby

    BAB LIMA PULUH Call me baby Alessia duduk lesehan di taman rumah sakit dengan Alby yang menidurkan kepalanya di pangkuan Alessia. Matahari sedang tenggelam, hingga langit di sana mulai berubah warna. Hangat, nyaman sekaligus menenangkan. Rasanya, sungguh menyenangkan. Apalagi saat ini mereka sedang bersantai ria. Menikmati kebersamaan setelah berhasil melewati badai yang cukup panjang, yang cukup menegangkan. Tanpa Alessia sadari, Alby sejak tadi terus menatapnya, mengagumi bagaiamana ketika ia memejamkan mata dan tenggelam dalam lamun nya sendiri. Alessia menikmati semua ini. Setelah smuayang terjadi dan serangakaian kejadian yang membawanya sampai di titik ini, Alessia merasa dia mulai menyadari penting hadirnya Alby do hidupnya. Lelaki yang bersedia turun tangan untuk meneyelamatkannya. Lelaki yang mau mengorbankan diri untuknya. Ah, ternyata rasanya di cintai semenyenangkan ini ya? Alessia baru paham dan sadar kalau itu indah. Kesunyian di

  • My Fierce Secretary    BAB EMPAT SEMBILAN~Better late than nothing at all

    BAB EMPAT SEMBILAN~Better late than nothing at all"Dokter tidak mengizinkanku banyak bergerak, Ale. Aaa.." ucap Alby membuka mulutnya ketika Alessia menyuruhnya makan. Melihat sikap Alby yang manja, membuat Alessia mendengus geli sebelum mneyendokkan makanan ke arahnya."Yang sakit perutmu, tapi kau seolah sakit seluruh badan saja." balas Alessia mencibir. Kembali menyuapi Alby yang dengan senang hati menerima suapannya."Aku Ingin pulang, bagaimana kalau kita kembali ke New York nanti malam?"Alessia tidak menjawab dan malah memanggil perawat, Alby lalu menutup bibir Alessia dengan tangan besarnya sambil tersenyum. "Kau ini.. Seharusnya kau mendukungku, Darling.""Makan saja minta di suapi, sok-sok'an ingin kabur. Istirahat yang benar, setelah pulih baru kita pulang." balas Alessia membereskan peralatan makan Alby ketika makanannya sudah habis.Alby dengan tiba-tiba meraih tangan Alessia hingga jatuh di kasurnya. Meletakkan kepalanya di pu

DMCA.com Protection Status