Home / Romansa / My Fierce Secretary / BAB DUA~It won't end here

Share

BAB DUA~It won't end here

Author: R_Quella
last update Last Updated: 2021-08-15 23:07:36

BAB DUA

It won't end here

Marquee nightclub. New York, USA | At 9:46 PM.

Hingar-bingar musik dj mendengung, memenuhi ruangan yang temaram di bawah lampu kerap-kerlip di atas sana. Alunan musik masih menghentak keras, lengkap dengan tarian erotis di lantai dansa.

Pandangan Alessia menggedar, muak dan kesal mendominasi begitu tatapannya tidak sengaja menemukan orang-orang yang tengah bercumbu di sudut ruangan, kumpulan perempuan bergaun minim yang tengah menemani pelanggan dengan minuman, sementara beberapa yang lain hanya sekedar minum-minum seperti yang tengah Alessia dan teman-temannya lakukan.

"Ada apa denganmu?"

Teguran Velove mengalihkan atensi Alessia, perempuan itu hanya mengendikkan bahu sambil kembali menyesap anggurnya. Sejujurnya Alessia masih memikirkan kejadian siang tadi. Harinya yang indah mendadak mendung hanya karena seorang pria yang bahkan sama sekali tidak di kenalnya. Sialnya lagi ... Itu adalah ciuman pertamanya. Dan pria gila itu mengambilnya.

Marah dan kesal masih memenuhi dirinya bahkan setelah dia menghabiskan lima gelas anggurnya. Rasanya, Alessia bahkan tidak akan pernah puas hanya dengan mengumpatinya saja.

Mengapa tadi dia hanya menampar pria itu? Harusnya kan dia bisa lebih agresif lagi. Kalau tahu rasa kesalnya akan mmebengja seperti sekarang ini, Alessia pasti sudah memilih untuk menuntutnya saja.

Bukankah mencium tanpa seizin orangnya merupakan pelecehan? Ya, seharusnya begitu. Tetapi… ah, sudahlah.

"Aku bosan," seruan Keira menarik perhatian ke-tiganya. Tatapannya berubah sendi, sementara senyumannya berubah menjadi satu garis. "Sudah lebih dari setahun, tapi aku masih begini-begini saja." gerutunya malas.

Fakta tentang seorang Keira Sashenka ini memang belum ada yang tahu selain Girls Knight. Perempuan yang sudah melewati tahun ke dua puluh limanya itu masih belum bisa menemukan seseorang yang mampu membuatnya benar-benar basah.

Kekehan Arabella mengudara. Perempuan itu tetap tersenyum sekali pun binar matanya menunjukkan rasa kasihan. Lebih mirip seperti tengah mengejek. "Kita semua sama, Kei. Bedanya, kami bisa dan kau tidak." Katanya dengan nada humor.

"Sialan!" Arabella mengaduh begitu satu tinju melayang ke atas lengannya sebelum kemudian tawanya meledak. Melihat kegelian dari tatapan mereka membuat Keira kesal setengah mati. Demi Tuhan, masalah dirinya bukanlah sesuatu yang main-main. Ini menyangkut harga diri dan masa depannya. "Kau tahu sendiri masalahku sulit menemukan jalan keluar." desisnya tidak minat.

Velove menyenggol bahu Keira, berbisik cukup keras untuk bisa mereka dengar. "Lain kali kita coba lagi, bagaimana?" katanya dengan kedua alis yang naik turun.

Sontak, Keira memelotot. Ia mendelik dengan garang. "Tidak mau! Terakhir kali kalian membantuku, aku hampir kehilangan selaput daraku." sergahnya tidak setuju. Menolak terang-terangan usulan Velove.

“Tidak mau ya, sudah.” Balas Velove cuek. “Yang penasaran kan dirimu, bukan kami.”

Benar, Keira Sashenka memang memiliki kelainan dalam melakukan hubungan intim. Girls Knight selalu mencoba membantu tetapi pada akhirnya tetap sia-sia. Keira ... Kehilangan minat dan sulit terangsang. Kalau dalam istilah medis, dia mengalami sindrom Frigid. Kelainan seksual yang tidak sukar mendapat rangsangan meski sudah beberapa kali dia mencoba melakukan therapy.

Dan terakhir kali mereka membantu Keira menggunakan alat bantu, semuanya kacau. Keira bahkan terus memaki setiap kali dia mengingat kejadian itu. Sesuatu yang cukup menyebalkan namun cukup menghibur untuk di bicarakan. Oke, mari lupakan tentang Keira sejenak karena meski mereka bertiga tengah asik mengobrol dan menggoda, Alessia Mikhayla masih diam saja di kursinya. Tatapannya tampak menerawang, melamun di tengah kebisingan.

Apa yang terjadi?

"Satu jam dan kau bahkan tidak basah sama seka—"

"Aku bodoh...." gumaman Alessia menghentikan perkataan Arabella. Ketiganya menatap Alessia aneh, bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya Alessia pikirkan sejak sampai di sini. Pasalnya, biasanya Alessia adalah yang paling semangat kalau sudah urusan minum-minum.

Keira mengangguk setuju, mencibir membenarkan gumamannya. "Kau memang bodoh, Ale." sahutnya santai.

"Shut up your mouth, Babe."

Uwah, Alessia berkata ketus. Sepertinya perempuan itu memang tengah jengkel dengan sesuatu.

Sungguh ... Mengingat kejadian itu kembali membuat Alessia mendidih. Darahnya seakan tengah mengepul di ujung kepalanya. Mungkin kalau dia sedang dalam sebuah kartun, kedua telinganya pasti mengeluarkan asap.

Jujur saja, Alessia tidak terima. Tetapi menyesal untuk sekarang pun sudah percuma. Alessia bahkan tidak mengenal pria asing itu. Mustahil untuk bisa bertemu kembali di New York yang sepadat ini.

Seharusnya Alessia tidak hanya menamparnya saja. Jika waktu bisa diulang kembali, ia akan memilih untuk menghajar lelaki asing itu dengan keras. Sangat disayangkan...

Well ... Lain kali, Alessia harus membuat perhitungan dengan pria gila itu. Harus. Masalahnya, apa mereka akan bertemu lagi?

"Kau membuatku takut," Keira mencebik, menyesap isi gelasnya pelan dengan kening mengernyit. “Tatapanmu bisa membunuh orang.”

"Apa yang terjadi? Sepertinya siang tadi kau masih baik-baik saja."

Alessia mengibaskan tangannya tidak minat. Sama sekali tidak tertarik dengan pertanyaan Arabella barusan. "Bukan apa-apa."

Ketiga pasang mata itu memicingkan mata—menatapnya penuh selidik. Alessia itu responsif, mudah sekali di tebak dan pastinya tidak berbakat menyembunyikan perasaan sekali pun Alessia pandai menyimpan rahasia dirinya dengan baik.

Alessia memperhatikan mereka bergantian, mengembuskan napas panjang sebelum kemudian meninggalkan mereka tanpa sepatah kata. Alessia butuh waktu lebih lama untuk sekadar melupakan bayangan wajah tanpa dosa pelaku yang sudah berhasil mencuri ciuman darinya dua kali. Dua kali! Tolong di garis bawahi.

"Bukankah dia terlihat aneh?" tanya Keira sambil menggeleng pelan, memaklumi.

"Mungkin dia lelah," Velove mengangkat gelas, mengajak mereka bersulang. "Kau mendapat kabar baru?"

Keira mengendik. Tidak peduli. "Masih dalam penyelidikan." Lalu, pandangan mereka beralih. Memperhatikan sekeliling dan memicing begitu mendapati seseorang yang sering menjadi bahan gosip di kalangan para wanita.

Rambut cokelat keemasan itu terlihat rapi dan serasi dengan kaos oblong abu-abu yang terbalut jaket kulit mahal. Wajah tegasnya tetap menonjol paling tampan meski dia tengah berada berdesakan dengan banyak orang di lantai dansa. Benar-benar maskulin yang memikat.

"Kau melihatnya, Babe?"

Keira mengangguk pelan. Masih memperhatikan lelaki tinggi di lantai dansa yang tengah beradu argumen dengan seorang wanita berambut hitam sepinggang. Seorang wanita, huh?

"Siapa?" tanya Velove mengikuti arah pandangan Arabella dan Keira yang terfokus pada satu titik.

"Sulung Stevano. Lihat, dia bersama seorang wanita." jawab Keira.

Arabella menaikkan alis, bertanya. "Apa yang salah dari itu?" balasnya santai. Lalu, tatapannya menyipit. "Sebentar, gadis itu. Wanita yang bersamanya itu Elena Rose, kan? Musisi muda yang sejak awal debutnya berhasil memenangkan piala Oscar?"

"Ah, jadi benar. Pantas saja aku tidak asing dengan wajahnya."

Sementara mereka masih asik menggosip, di belakangnya Alessia baru saja kembali. Perempuan itu bergabung dengan yang lain dan begitu dia mengikuti arah pandangan mereka, seketika Alessia terpaku di tempatnya.

Bedebah gila tadi siang!

"Dari yang kudengar, dia tidak pernah terlihat bersama seorang wanita." Arabella menyesap minumannya sejenak lalu kembali berkata. Yeah, seperti yang kalian tahu. Di usianya yang baru menginjak 27 tahun, Albyazka Stevano sudah berhasil menjadi kandidat billionaire muda yang wajahnya paling sering menempati sampul depan majalah bisnis. Rekam jejak keberhasilannya sudah bukan rahasia lagi."

"Bukan perkara asing kalau pun dia bermain wanita." timpal Velove.

Keira menggeleng tidak setuju. "Tidak, Vee. Dalam kehidupan wanitanya dia dinyatakan bersih dari skandal apa pun mengenai wanita."

"Mungkin saja itu benar." Arabella menimpali.

"Kau pernah mengatakan untuk jangan terlalu naif terhadap apa pun juga, siapa pun."

"Dan, itu kenyataan."

Velove berdeham. Merasa enggan. "Lalu, apa masalahnya? Biarkan saja toh, dia bukan siapa-siapa." katanya menengahi dan kembali mengajak mereka bersulang tapi Alessia masih diam saja.

Ketiganya menatap Alessia ingin tahu. Perempuan itu tidak mengatakan apa-apa sejak kembalinya beberapa saat lalu. Bahkan, tatapan Alessia masih menajam—menatap lurus ke depan seolah dia bisa saja membunuh seseorang hanya dengan tatapan matanya saja.

Alessia yakin pria yang tengah menarik paksa lengan wanita dari lantai dansa itu adalah pria gila yang di temuinya siang tadi. Diam-diam, Alessia mengulas senyum—menyeringai penuh janji.

Pandangannya tidak teralih, ia masih diam mengamati mereka dengan tenang di kursinya. Menunggu waktu untuk bergerak.

Well, sepertinya Tuhan sedang baik padanya. Ia sempat menyesali pertemuan pertama mereka yang sangat merugikannya dan berjanji akan menuntut balas kalau mereka bertemu kembali, tidak di sangka waktunya begitu tepat. Kali ini Alessia tidak akan membiarkannya.

Mungkin waktu memang tidak dapat diputar kembali, tetapi waktu yang akan datang masih bisa direncanakan. Setidaknya, Alessia tengah memikirkan beberapa rencana yang cukup meganggumkan di dalam kepala cantiknya.

Let's see...

Alessia berjalan anggun menuju mobil sport hitam jenis Lamborghini veneno. Tanpa plat. Hanya sebuah logo huruf S di badan mobil. terlihat seperti baru. Atau, mungkin lebih bisa dikatakan keluaran terbaru.

Cih .. Mungkin benar yang dikatakan Keira, pria ini memang orang kaya.

Alessia baru saja akan menghajar pria itu tapi sayangnya dia bergegas lari begitu wanita yang dia tarik dari lantai dansa tiba-tiba saja kabur.

Ada apa dengan drama semua ini?

"Persetan denganmu!" Alessia menggeleng pelan, mengelus kaca depan mobil pria itu dengan gerakan lambat. Perlahan, seringainya melebar. Seakan tengah menantikan waktu ini tiba. "Sayang sekali, kau bertemu denganku di saat yang tidak tepat."

Kekehan Alessia terdengar janggal dan benar saja, kaca depan mobil itu seketika retak begitu Alessia membenturkan ujung high heelsnya di sana. Senyumnya mengembang, menikmati hasil karya yang baru saja dia buat. Alessia kemudian dengan santai bersandar pada kap mobil selesai memakai kembali sepatunya. Sungguh menyenangkan.

Beberapa menit setelahnya pria yang tidak Alessia ketahui namanya itu kembali dan sempat terdiam ketika melihat kaca mobilnya retak. Lalu, pandangannya teralih pada Alessia sepenuhnya. Manik cokelatnya berpendar marah, melemparkan tatapan tajam yang sayangnya sama sekali tidak berpengaruh untuk Alessia.

"Satu sama." ucap Alessia tanpa rasa bersalah.

Alby hanya diam sembari memperhatikannya lekat-lekat. Mengamatinya dengan tatapan menilai—tampak tengah mengingat-ingat ketika pada akhirnya Alessia kembali angkat bicara. "Aku bukan pendendam tapi denganmu, itu pengecualian." Alessia mengumpatinya dengan kasar. Membuat lelaki itu menatapnya heran. "Asal kau tahu, saat ini aku bahkan masih ingin menghajarmu, sialan!" sentak Alessia mengerang kesal.

Sebelah alis Alby terangkat, menatap Alessia terang-terangan. "Apa kita mengenal satu sama lain?"

Alessia tergelak. "Saling kenal, huh? Aku bahkan tidak sudi mengenalmu." Alessia mengibaskan tangannya tidak peduli. "Sudahlah, setidaknya aku sudah membalas."

"Apa?"

"Pikirkan saja sendiri."

"Kau tidak akan ke mana-mana sebelum mengatakan siapa kau." Alby menahan Alessia yang berniat pergi. "Kau merusak mobilku, Lady. Setidaknya aku perlu tahu alasannya." bisiknya tepat di depan wajah Alessia.

Harum maskulin dari tubuh pria di depannya sejenak membuat Alessia menahan napas. Lengan besar dengan otot kuat itu melingkupi tubuh mungil Alessia, membuatnya tidak bisa ke mana-mana. Andai dia bukan pria menyebalkan, Alessia yakin dia tidak keberatan untuk menjadikannya salah satu prianya. Sayang sekali…

Dengusan malas Alessia terdengar. Wajahnya tampak bosan dan kesal sekali pun begitu Alessia bergerak melarikan jemarinya menyentuh rahang tegas Alby, menahan dagunya untuk balas menatap matanya. "Apa kau selalu seperti ini? Melupakan wajah perempuan yang telah kau klaim sebagai wanitamu kemudian melupakannya begitu saja?" Alessia menggeleng pelan. Tidak percaya. "Tidak-tidak, aku bahkan tidak pernah menyetujuinya." Katanya dengan pelan, nyaris seperti bisikan.

Senyum Alby terbit, kembali memperlihatkan lesung pipi di kedua garis pipinya yang tegas. "Owh ... Jadi itu, kau?" katanya dengan nada suara yang ditarik-tarik.

Alessia menepis lengan Alby. Sudah cukup main-mainnya. Batinnya menggumam. Lantas, Alessia keluar dari kukungan Alby sambil menatapnya penuh dengan pendar permusuhan yang sangat kentara. Ia berdecih lalu berkata, "kau merusak hariku dan aku merusak mobilmu. Kita impas." katanya dan bergegas pergi dari sana.

"Kau tidak takut?"

Seruan itu membuat Alessia berhenti, ia menoleh kebelakang. "Dengan siapa?"

Sebelah alis Alby naik. "Menurutmu?"

Kali ini Alessia sepenuhnya menghadap Alby. Matanya berpendar geli, sama sekali tidak merasa terintimidasi dengan tatapan maut pria itu. "Who care? Selama makananmu bukan beling dan pecahan kaca, Kenapa aku harus?" kekehnya.

Alby memasukkan jemarinya ke dalam saku celana, begitu tegas, tinggi dan kuat. Sempurna kalau saja sikapnya tidak menyebalkan. Setidaknya, itu menurut pandangan Alessia sendiri.

"Kau begitu naif, Lady."

"Aku pernah mendengarnya,"

"Kau memang wanita yang menyenangkan. Ini kali pertama ada seorang wanita menentangku." ucapnya sambil tersenyum misterius.

Alessia tersenyum miring, balas menatap dengan tatapan meremehkan. "Jangan berlebihan. Sejujurnya kau juga pria yang menyenangkan. Dan, kuharap kita tidak bertemu kembali."

"Sampai nanti,"

Terdengar ganjal. Apalagi dengan senyum misterius di bibirnya. Tatapan Alby seolah menyimpan janji.

"Tidak akan ada lain kali," Alessia menjawab tidak peduli. Ia dengan cepat berbalik—hendak pergi sebelum kemudian kembali menoleh. "Tidak peduli bagaimana cara kita bertemu, kau hanya perlu tahu setiap pertemuan akan meninggalkan kesan. Kesan buruk juga termasuk di dalamnya." katanya sambil mengerling dan bergegas pergi, kembali masuk ke dalam club.

"Kau mengenalnya?"

Pertanyaan Elena membuyarkan perhatian Alby. Gadis itu hanya terpaku diam mendengarkan argumen Alessia dengan Alby dan tentunya, sikap perempuan yang tidak dia ketahui namanya itu yang tidak seperti wanita kebanyakan.

Galak dan ... Bar-bar.

Alby mengendik, tampak santai dengan senyum yang masih sama. "Aku bahkan tidak tahu namanya."

Elena mengangga. "Kau bercanda? Dia bahkan merusak mobilmu dan kau sama sekali tidak mengenalnya? Yang benar saja!" seru Elena tidak percaya.

Uwah, sepertinya dia melewatkan sesuatu di sini.

Senyum dingin Alby terulas, tatapannya masih terpaku pada punggung Alessia yang kali ini sudah hilang dibalik pintu. Seringai di bibirnya semakin melebar kala ia mengeluarkan ponselnya—terlihat menghubungi seseorang.

"Marquee nightclub, now."

Singkat, padat dan jelas. Alby bahkan tidak mau repot-repot mendengar jawaban seseorang di ujung sambungan.

Whoever you are, it won't end here, Lady.

HOPE YOU LIKE! 

Aku berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian, mohon untuk selalu support aku terus. Dengan cara like, coment and follow Ya!

Biar makin greget .. Ajak juga teman-temanmu, saudara, pacar, tetangga, kenalan atau bahkan mantanmu untuk baca babang Al dan qaqa Ale. Sekalian juga kalian bisa share ke wa, i* story, F******k, Twitter ataupun postingan kalian yang lain. Ajak mereka join bareng kamu disini!

Sebelumnya Aku ucapkan terima kasih sangat atas partisipasi dan keikhlasan klean klean klean semua. 

TANGKYUUU and LOVE U DEAR 💐

Related chapters

  • My Fierce Secretary    BAB TIGA~I can see you

    BAB TIGA I can see you STEVANO INTERNASIONAL , NYC | USA. At 09:15 AM. "Kau sudah menemukannya?" Alby berjalan dengan langkah panjang memasuki gedung Stevano lengkap dengan ponsel yang menempel di samping telinga. Setelan abu-abu di tubuhnya begitu menggoda untuk jamah, membungkus otot-otot tubuhnya yang keras dari balik kemeja. Dasi bercorak yang menggantung di lehernya nampak serasi dengan Rolex silver yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sesekali tak sedikit ada beberapa pegawai yang menyapanya, sementara yang lain hanya menunduk begitu Alby melewati mereka. Iris matanya berpendar, tampak dingin hingga aura kewibawaannya terpancar semakin jelas. "Aku tidak mendapat apa pun. Sebenarnya kau bertemu dengan wanita itu di mana? Sungguh merepotkan." gerutu seseorang di ujung telepon. "Aku memintamu mencari tahu bukan bertanya padaku." "Riwayat hidupnya bahkan sama sekali tidak ada. Kosong. Aku sempat mengira kau s

    Last Updated : 2021-08-15
  • My Fierce Secretary    BAB EMPAT~Woman or Stray cat?

    BAB EMPAT~Woman or Stray cat?"Kau tidak lelah berakting?"Alessia menatap malas seorang pria yang kini berdiri di ambang dinding pembatas. Pria itu tengah menatapnya penuh dengan pandangan sirat permohonan yang sangat kentara."Ale, aku serius. Coba tantang aku dan kupastikan kau akan melihat kematianku tepat di depanmu." kata pria itu lagi."Aku sudah bosan mendengarnya," keluh Alessia malas. "Berhenti mendeklarasikan kematianmu padaku, Rey. Itu tidak berguna. Sama sekali tidak ada gunanya." katanya dengan nada tidak peduli."Kenapa?" pria yang di panggil Rey itu menatap Alessia kecewa. Tatapan sesak di kedua matanya begitu kentara, memenuhi wajahnya yang puas. "Kenapa kau tidak bisa melihatku sebagai pria, Ale? Aku mencintaimu, dan kau tahu itu. Lalu kenapa kau tidak berusaha melihat kearahku?" suara Rey kian merendah, lebih menyerupai bisikan.Sejenak, hening seakan bagaikan teman. Udara seakan berderak di sekitar mereka, m

    Last Updated : 2021-08-25
  • My Fierce Secretary    BAB LIMA ~ I want you! 

    BAB LIMA ~ I want you!"Dia tidak datang?" terselip nada geli dari suara Alby. Pria itu sudah memperhitungkan dengan baik dan tentu saja kemungkinan semacam ini sudah tidak lagi mengejutkannya.Jean mengangkat wajah, melirik jam yang melingkar di tangannya lalu menjawab lugas. "Sepertinya tidak, Sir."Alby mengendik acuh. Sangat tahu perempuan keras kepala seperti Alessia Mikhayla bukanlah sesuatu yang akan mudah menuruti perintahnya. Pihak perusahaan sudah menginformasikan padanya bahwa dia sudah bisa mulai bekerja tapi tanggapan perempuan itu di luar nalar.Alessia membalas pesan perusahaan, tapi bukan untuk mengucapkan terima kasih, yang ada hanyalah serentetan umpatan yang dia titipkan untuknya. Memang benar-benar sesuatu. Mengingat itu, Alby tidak bisa untuk menahan senyumnya.Bagaimana mungkin sebuah umpatan malah membuatnya begitu menarik perh

    Last Updated : 2021-08-25
  • My Fierce Secretary    BAB ENAM ~ Chaos at the bar

    BAB ENAM ~ Chaos at the bar"Want, me?""You hear me well,"Senyum nakal Alessia tersungging begitu suara rendah Alby terdengar. Ia bergelayut manja di lengan Alby dengan satu tangannya yang lain mulai menyentuh dada bidangnya yang lebar, mengusapnya dengan lembut dan perlahan. Membelainya dengan gerakan menggoda."Memohonlah...."Sebelah alis Alby naik, menatapnya bertanya. "Sorry?"Alessia terkekeh merdu. Melepaskan lengan Alby darinya dan mulai berjalan menjauh dari kerumunan dengan langkah terseok. Kepalanya berdenyut, pusing memenuhi dirinya. Kemudian Alessia kembali ke kursi yang sempat di tempatinya beberapa saat yang lalu, melipat tangannya ke atas meja lalu menidurkan kepalanya di sana.Diam-diam, Alby membuntutinya. Ia duduk di samping Alessia dan berniat meraih perempuan itu lagi hingga Alessia ter

    Last Updated : 2021-08-26
  • My Fierce Secretary    BAB TUJUH ~ I Got you 

    BAB TUJUH ~ I Got you "Akhirnya kau kembali," seruan Keira terdengar begitu Alessia memasuki ruang tamu. Lalu, seluruh pandangan tertuju padanya.Alessia hanya mengulas senyum tanpa mengatakan apa-apa. Semua ini terjadi sangat tiba-tiba hingga Alessia belum dapat mencerna dengan baik. Pagi yang buruk.Arabella mengambil satu langkah maju. Mengulurkan tangan ke depan—menyentil kening Alessia. "Kau berhasil, Ale. Kau sukses membuat kami kalang kabut mencarimu!" geramnya.Alessia meringis kesakitan. Mata birunya menatap jengkel Arabella dengan kening berkerut. "Aku baru pulang dan kau sudah menyiksaku?" ia mengusap-usap keningnya. "Babe, segala hal tidak semudah yang terpikirkan.""Memangnya apa yang kami pikirkan?" sahutan Velove membuat Alessia memutar bola matanya."Kita semua tahu cara menjaga di

    Last Updated : 2021-08-26
  • My Fierce Secretary    BAB DELAPAN ~ Negotiation

    BAB DELAPAN ~ NegotiationAlby berjalan dengan langkah panjang menyusuri koridor kantor. Aura kewibawaannya sangat jelas terpancar dari garis wajah tegasnya. Kuat dan memesona. Beberapa pegawai menunduk hormat ketika Alby melewatinya. Sementara Alby hanya menanggapinya dengan anggukan singkat. Tanpa kata."Bagaimana perkembangan yang kuminta selidiki?"Jean yang berjalan di belakang Alby sempat terdiam. "Masih sama. Bahkan untuk mengorek tentang keluarganya pun sulit dijangkau.""Aku sudah bilang tiga hari. Kau tahu apa artinya?""Maaf, Sir. Tetapi Nona memang bukan orang biasa. Hal terkecil darinya hanya berupa foto juga sertifikat kelulusannya saja. Kami sulit mengidentifikasinya.""Ck! Dia benar-benar, ya...."Alby memasuki ruang kerjanya sesaat Jean membuka pintu, berjalan anggun menuju kursi kerjan

    Last Updated : 2021-08-26
  • My Fierce Secretary    BAB SEMBILAN ~ Knick-knack 

    BAB SEMBILAN Knick-knack Beberapa hari kemudian... Alessia menyibukkan diri dengan tumpukkan berkas-berkas yang sudah ia susun untuk mendapatkan tanda tangan Alby. Selama hampir tiga hari ia menjadi sekretaris pria itu, Alessia benar-benar disibukkan dengan berbagai hal yang sempat ditinggalkan sekretaris lama dan itu cukup membuatnya kerepotan. Untung saja Alby sedikit pengertian untuk tidak merecokinya, meski hanya dua hari. Karena sejak kemarin Alby sudah mengganggunya, mulai dari berdebat hal kecil, mengajaknya bertengkar hingga mengungkit hal-hal tidak berguna lainnya. Sangat kekanakan. "Nona Alessia, Mr. Stevano meminta Anda menunggunya di basemant." Alessia mengangkat wajah begitu suara Jean terdengar. Pria itu mengulas senyum simpul, merunduk hormat padanya. Hal yang sebenarnya sudah sering Alessia keluhkan. Mereka ini kan sama-sama pekerja, lalu mengapa Jean selalu saja memperlakukannya seolah dirinya ini wakil d

    Last Updated : 2021-08-26
  • My Fierce Secretary    BAB SEPULUH ~ Scandal 

    BAB SEPULUH ~ ScandalMengejutkan! Albyazka Stevano tertangkap kamera berciuman dengan seorang wanita, yang sepertinya adalah kekasih yang selama ini dia sembunyikan.Berita menghebohkan datang dari pewaris Stevano internasional yang sekaligus menjadi sanggahan atas ketidaktarikannya terhadap wanita.Dilansir oleh florenzie media, Albyazka Stevano terlihat sedang mencium seorang wanita yang diduga merupakan kekasih yang selama ini disembunyikan. Seperti yang diketahui, publik selama ini dibuat bertanya-tanya mengenai kebenaran yang mengatakan bahwa dia seorang gay. Namun siang ini, salah satu Paparazi memergoki dirinya bersama seorang wanita. Potret dirinya dengan sang kekasih sekaligus menjawab opini-opini tidak benar yang menjadi simpang-siur dikalangan masyarakat.Setelah beberapa pekan Stevano menjadi tranding topic mengenai pesatnya S. Evael center yang baru-baru ini menjadikannya pr

    Last Updated : 2021-08-27

Latest chapter

  • My Fierce Secretary    Information [TERBIT]

    Aloha kesayangan-kesayangan Mom Girls Knight 👐Gimana kabarnya semua? Semoga kita semua dalam keadaan sehat, ya.Aku kembali dengan membawa sedikit penjelasan juga berita terkait My Fierce Secretary, nih.Berita singkat ini mungkin sudah ada yang tahu, ya.Bisa menebak?Yuks, siap-siap ter-Alby-alby dan ter-Ale-Ale!Iyups. Jawabannya sudah jelas tertulis di judul— bahwasanya My Fierce Secretary akan segera tersedia dalam versi cetak.Yey! Ada yang nunggu?Oke, aku jelasin sedikit ya. Awal tahun 2021 kemarin saya mengikuti kontes di gmg writers dan berhasil menang di kategori Best editor choice. Alhamdulillah.Lalu, ada beberapa pembaca nge-DM saya pribadi di instagram setelah saya meng-unpublish My Fierce Secretary.* Ada yang bertanya

  • My Fierce Secretary    Extra Part

    BAB LIMA LIMA Extra part 1 Dua minggu berlalu dari acara lamaran Alby di Vienna. Setelah malam itu, esok harinya mereka kembali ke New York dan memberitahu semua keluarga mengenai lamaran yang Alby lakukan. Alessia pikir ketika Alby meminta untuk mereka segera pulang ke New York adalah untuk memamerkan status barunya. Tetapi tanpa di sangka mereka berdua di minta untuk segera melangsungkan pernikahan karena Shevana sudah mempersiapkan segalanya. Mulai dari undangan, dekorasi juga tempat yang sudah reservasi. Tinggal 30% lagi untuk menuju sempurna. Tetapi.. Alessia melupakan sesuatu. Alessia belum mengatakan apapun pada keluarganya, tetapi undangan sudah menyebar di mana-mana. "Bagus sekali." Michael menatap mereka berdua bergantian. "Kau menikahi putriku, tapi aku bahkan tidak tahu sama sekali mengenai ini." Alby terse

  • My Fierce Secretary    BAB LIMA LIMA~Epilog

    BAB LIMA LIMA~EpilogAlessia kira, mencoba baik-baik saja tanpa melibatkan Alby dalam hidupnya akan terasa sama saja seperti ketika belum bertemu dengan pria itu. Tetapi nyatanya lain, makin hari Alessia semakin merasakan kerinduan yang mendalam setiap kali mengingat wajah Alby, sikapnya yang menyebalkan bahkan dengan semua kisah mereka yang kerap kali bertengkar. Alessia merindukannya, sangat.Alessia tersenyum dalam diam. Lagi-lagi hanya dengan kembali mengingat Alby, kenangan yang lalu-lalu serasa berputar dalam ingatannya. Membuatnya semakin terjebak dengan perasaan rindunya yang belum tersampaikan. Alessia membenci perasaan ini, perasaan di mana dirinya harus menahan diri untuk mengalah pada egonya.Demi Tuhan.. Ingin rasanya Alessia memukul kepala Alby dengan keras. Beraninya dia membiarkan dirinya berlibur sendirian bahkan tidak menghubunginya sama sekali. Sebenarnya Alby benar-benar mencintainya seperti yang pria itu katakan atau malah dia

  • My Fierce Secretary    BAB LIMA EMPAT~She's my girl

    BAB LIMA EMPAT~She's my girl"Al.. Kau tidak ingin pulang?" tanya Elena memperhatikan Alby yang tengah serius dengan laptopnya. Elena mendengus panjang karena lagi-lagi dia di abaikan. Sudah dua hari Alby berdiam diri di kediaman Stevano sambil menatapi laptopnya terus-menerus. Entah apa yang sebenarnya pria itu lakukan.Elena lalu bangkit mendekati Alby dan berusaha mengintip layar laptopnya yang menyala, namun Alby lebih dulu menutupnya sambil menatap tajam Elena di sampingnya. "Berhenti mengusikku, Elena. Kau tidak akan suka kalau aku marah padamu."Elena mencebik malas, "Kau seperti pengangguran, Al. Diam di kamar dengan memainkan laptopmu. Apa kau sebegitu frustrasi memikirkan Alessia?" tanya Elena membuat Alby berdecak."Jangan sebut namanya. Lebih baik kau keluar, El." usir Alby yang tidak Elena hiraukan. Wanita itu malah bersandar padanya dan menarik paksa laptop Alby darinya. Ketika Elena berhasil melihat isi layar laptop Alby, Elena langsung ber

  • My Fierce Secretary    BAB LIMA TIGA~What is love is always fun?

    BAB LIMA TIGA~What is love is always fun?The Ritz-Carlton, Austria, Eropa. AT 06 : 35 PM.Alessia melemparkan dirinya ke atas ranjang. Menatap langit-langit kamar penginapannya yang akan ia tempati untuk satu minggu kedepan. Setelah menyetujui keinginan Alessia untuk berlibur, Michael lalu mengatur jadwal penerbangan Alessia pagi harinya ketika menyadari dalam beberapa hari salju pertama akan turun menyambut Natal dan tahun baru.Alessia menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Ia lelah berusaha kuat menahan nyeri dalam hatinya menyadari Alby benar-benar memberi jarak antara mereka. Pria itu bahkan tidak menghubunginya sama sekali. Menyebalkan, tetapi Alessia juga sadar diri.Sejak semalam juga Zavier terus menerus menggodanya karena ia datang sendiri tanpa Alby dan meminta liburan secara dadakan. Alessia tentu tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan Zavier padanya dan malah mengusirnya. Alessia bukan bermaksud menghindar dari masalah. Ia hanya

  • My Fierce Secretary    BAB LIMA DUA~Need a pause

    BAB LIMA DUA~Need a pauseUsai menghentikan perkelahian antara Alby dan Rey, kini Alessia ikut bergabung bersama mereka di sana. Suasana semakin terasa menyesakkan dengan beberapa pasang mata yang masih menatap Rey."Maaf.. Aku kemari bukan untuk membela Rey, tetapi aku merasa perlu memperbaiki ini juga." Alessia menghela napas panjang, "Rey, dia melakukan itu karenaku, sebab itu aku turut meminta maaf pada kalian terlebih, padamu Elena." ucap Alessia menatap mereka bergantian. Tampak gugup."Meski saya melakukannya karena Alessia, tapi Alessia tidak tahu apa-apa tentang ini. Ini murni kesalahanku." imbuh Rey membuat Alessia menatapnya lama.Senyum itu, Alessia akhirnya bisa melihat sedikit kemajuan pada diri Rey. Pria pertamanya sebelum akhirnya ia bertemu dengan Alby. Lalu, pandangan Alessia jatuh pada Emily yang berada di samping Rey, menatapnya dengan senyuman.Ah, bukan hanya perubahan sikap saja, ternyata Rey mulai bisa melihat ke arah Emily

  • My Fierce Secretary    BAB LIMA SATU~Recognition

    BAB LIMA SATU~RecognitionAlessia duduk di kursi gereja sambil menutup matanya dan berdoa. Semua hal yang telah terjadi padanya, Alessia sebisa mungkin menerima kenyataan itu sebagai sebuah kisah perjalanan hidupnya yang penuh dengan ambisi. Alessia berharap setelah ini tidak akan ada lagi masalah berat yang mengharuskan orang lain mati karenanya lagi. Tidak Veron atau pun Vegan.Semoga kebahagiaan lekas menghamipirnya.Di lain tempat, Rey membulatkan tekad untuk memperbaiki kekacauan yang sempat ia perbuat. Selain pada Alessia dan juga Emily, Rey juga merasa ia perlu menemui seseorang lebih dulu.Rey sudah berjanji akan berubah menjadi lebih baik. Dengan bantuan Emily, perlahan keadaan juga perasaannya mulai membaik dan Rey sudah mulai menerima kenyataan bahwa yang Alessia inginkan bukanlah dirinya. Dan apa yang sempat Alessia katakan ketika itu memang benar.Ketika kau mencintai seseorang, seharusnya kau bisa menghargai pilihannya dan menurunkan

  • My Fierce Secretary    BAB LIMA PULUH~Call me baby

    BAB LIMA PULUH Call me baby Alessia duduk lesehan di taman rumah sakit dengan Alby yang menidurkan kepalanya di pangkuan Alessia. Matahari sedang tenggelam, hingga langit di sana mulai berubah warna. Hangat, nyaman sekaligus menenangkan. Rasanya, sungguh menyenangkan. Apalagi saat ini mereka sedang bersantai ria. Menikmati kebersamaan setelah berhasil melewati badai yang cukup panjang, yang cukup menegangkan. Tanpa Alessia sadari, Alby sejak tadi terus menatapnya, mengagumi bagaiamana ketika ia memejamkan mata dan tenggelam dalam lamun nya sendiri. Alessia menikmati semua ini. Setelah smuayang terjadi dan serangakaian kejadian yang membawanya sampai di titik ini, Alessia merasa dia mulai menyadari penting hadirnya Alby do hidupnya. Lelaki yang bersedia turun tangan untuk meneyelamatkannya. Lelaki yang mau mengorbankan diri untuknya. Ah, ternyata rasanya di cintai semenyenangkan ini ya? Alessia baru paham dan sadar kalau itu indah. Kesunyian di

  • My Fierce Secretary    BAB EMPAT SEMBILAN~Better late than nothing at all

    BAB EMPAT SEMBILAN~Better late than nothing at all"Dokter tidak mengizinkanku banyak bergerak, Ale. Aaa.." ucap Alby membuka mulutnya ketika Alessia menyuruhnya makan. Melihat sikap Alby yang manja, membuat Alessia mendengus geli sebelum mneyendokkan makanan ke arahnya."Yang sakit perutmu, tapi kau seolah sakit seluruh badan saja." balas Alessia mencibir. Kembali menyuapi Alby yang dengan senang hati menerima suapannya."Aku Ingin pulang, bagaimana kalau kita kembali ke New York nanti malam?"Alessia tidak menjawab dan malah memanggil perawat, Alby lalu menutup bibir Alessia dengan tangan besarnya sambil tersenyum. "Kau ini.. Seharusnya kau mendukungku, Darling.""Makan saja minta di suapi, sok-sok'an ingin kabur. Istirahat yang benar, setelah pulih baru kita pulang." balas Alessia membereskan peralatan makan Alby ketika makanannya sudah habis.Alby dengan tiba-tiba meraih tangan Alessia hingga jatuh di kasurnya. Meletakkan kepalanya di pu

DMCA.com Protection Status