Share

Bab 2

Author: Fullofgrace
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Brylea memutuskan untuk bersikap sewajarnya saja setelah mendengar kabar bahwa musuhnya itu akan segera tiba. Ia sibuk dengan ponselnya sambil pelan-pelan meminum minuman yang telah ia pesan.

Telinganya sedikit mendengar percakapan dari teman-temannya yang masih berlanjut dan tampaknya tidak sesuai juga jika ia ikut mencampuri apa yang teman-temannya bicarakan karena berada di luar konteks yang biasanya dikuasai oleh Brylea.

“Ethan!” seruan Chelsea mengalihkan perhatian setiap orang yang berada di meja itu.

Semua mata kini tertuju pada arah pandang yang sama dengan Chelsea, termasuk Brylea yang sedari tadi sibuk sendiri. Sejujurnya Brylea tidak sengaja menoleh, mungkin karena Chelsea berseru memanggil nama Ethan dengan tiba-tiba dan membuat Brylea terkejut.

Brylea melihat seorang pria tampan, tegap, gagah dan rapi berjalan ke arahnya. Arahnya? Lebih tepatnya ke arah mereka dan ia meyakini bahwa pria itu adalah Ethan.

Tentu ada beberapa hal dan bagian tubuh pria itu yang tidak berubah seperti saat duduk di bangku SMA dulu. Senyuman menyebalkan Ethan adalah salah satunya. Pria itu semakin mendekat dan lagi-lagi Brylea tidak sadar jika ia menoleh terlalu lama hingga pria itu berhenti di hadapannya lalu menatap matanya untuk beberapa detik.

Brylea tidak menyadari bahwa senyuman pria itu kini menghilang berganti dengan wajah yang datar namun tatapan mata yang tajam seperti sedang menyelidiki sesuatu.

“Ehem!”

Entah siapa di antara teman-teman Brylea yang berdehem keras hingga membuat Brylea tersadar. Gadis itu mengedipkan kedua matanya berkali-kali dan kini terlihat seperti salah tingkah.

‘Apes gue! Apa yang barusan gue lakukan, hah?’ batin Brylea.

Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah lain yang tentunya membuat Ethan tak bisa menatap wajahnya. Beruntung ia mendapatkan posisi duduk yang pas, tapi tetap saja tak bisa menutupi sikap salah tingkahnya barusan.

“Jangan bilang kalau lo terpesona sama gue.” Suara itu terdengar begitu dekat dengan telinga Brylea hingga membuat Brylea sedikit merinding dengan kedua mata yang terbuka lebar menatap ke depan di mana salah satu temannya duduk dan ia yakin jika temannya melihat ekspresinya yang konyol itu.

Brylea mengarahkan kepalanya ke arah sumber suara yang membuatnya curiga. Ethan, pria itu mendekatkan kepalanya ke telinga Brylea dan tadi mengatakan kalimat yang membuat emosi Brylea naik turun. Pria itu bahkan mengeluarkan senyuman yang membuat Brylea kembali teringat dengan peristiwa masa lalu di mana ia sering melihat senyuman yang sama. Masa-masa yang sangat menyebalkan jika diingat lagi.

Tatapan mata Brylea berubah jadi tajam. Tanpa sadar gadis itu mengulurkan tangannya hanya untuk mendorong tubuh Ethan agar sedikit menjauh darinya. Ia memegang tepat di dada pria itu dan malah membuatnya sedikit salah fokus.

Dulu dada Ethan tidak sebidang itu. Ya! Memang dulu tubuh pria itu sudah sedikit terbentuk dan tentu bagi banyak gadis di sekolah mereka, Ethan adalah pria yang tampan, tapi di mata Brylea tidaklah demikian.

Brylea menelan ludahnya sendiri untuk menghilangkan perasaan tidak tentu di dalam dirinya. Entah perasaan apa, ia juga tidak mengerti yang jelas ia seperti tidak siap untuk bertemu dengan Ethan saat ini.

Ethan menegakkan tubuhnya, mengerti jika ia harus jaga jarak dan kini senyumannya sudah berubah menjadi senyuman biasa yang ditujuan untuk wanita di sekeliling meja itu.

“Duduk sini,” pinta Chelsea pada Ethan seraya menunjukkan bangku untuk Ethan duduk tepat di samping Brylea karena memang hanya bangku itulah yang tersisa.

Ethan menurut saja tanpa menunggu lama dan tidak peduli jika gadis yang bernama Brylea sudah memasang wajah tidak senang. Semua mata memandang Ethan kecuali Brylea. Ethan memesan beberapa menu untuk dirinya terlebih dahulu sebelum berbincang dengan teman-teman lamanya itu.

“Lo keliatan lebih ganteng dan berwibawa sekarang,” komentar Anya pada Ethan yang bagi Brylea pasti membuat Ethan merasa seperti orang paling tampan sedunia.

“Ya, biasalah. Kalian juga udah kelihatan beda tentunya,” jawab Ethan yang semakin membuat Brylea kesal. Entah mengapa setiap gerak-gerik Ethan membuat Brylea terkenang dengan tingkah menyebalkan Ehtan dulu.

“Lo kenapa Bryl?” Pertanyaan menyebalkan itu keluar dari mulut Chelsea yang menyadari sikap Brylea.

Brylea menarik nafas dalam sambil melihat temannya itu, berusaha untuk mengabaikan Ethan yang berada di sampingnya. Ia tahu jika pria itu memperhatikannya dengan seksama seperti orang yang kurang kerjaan.

“Gak kok,” jawab Brylea singkat, berusaha untuk tak terdengar ketus agar Ethan tidak merasa senang dan menang.

“Hm? Kalian berdua, bukannya udah lama gak ketemu tapi gue ngerasa, kalian masih seperti yang dulu. Ketika duduk bersebelahan atau hanya sekedar ketemu meski ada jarak, ekspresi kalian masih sama. Hahaha!” kata Anya sambil tertawa kencang setelah selesai menyimpulkan hal-hal yang sedari tadi ia amati dari Brylea dan Ethan yang memang tampaknya tak ada perubahan.

Chelsea menganggukkan kepala, ikut setuju dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Anya karena ia juga merasakan hal yang sama. Ethan hanya menarik nafas dalam lalu bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Lihat! Memang seperti itulah sifat Ethan yang entah mengapa semakin membuat Brylea kesal. Betul-betul tidak berubah!

Brylea melipat kedua tangannya di depan dada dan mengalihkan pandangan ke arah lain agar tak lagi berfokus pada tingkah Ethan yang membuatnya pusing.

“Lo kapan nikahnya nih?” tanya Chelsea dengan nada iseng, melihat ke arah Ethan yang menatapnya balik.

Ethan sedikit terkekeh sebelum menjawab pertanyaan Chelsea.

“Gue masih jomblo,” jawabnya singkat namun sedikit banyak Chelsea sudah tahu jika karakter Ethan yang nyaris sama dengan Brylea.

Jika Brylea fokus pada pendidikan, maka Ethan terlalu fokus pada karirnya. Lihat saja penampilan pria itu yang tampak tak kekurangan satu atau apapun, itu karena Ethan bekerja keras di posisinya sebagai seorang CEO muda sejak berusia 22 tahun. Otak pria itu yang sangat pintar dan cerdas untuk menjadi seorang CEO di perusahaan yang besar yang bernama SKY Corp, perusahaan luar negeri yang memiliki banyak cabang diberbagai negara termasuk Indonesia.

Pria tampan itu tampaknya memang tidak memprioritaskan pasangan hidup, itu yang diketahui oleh Chelsea selama memperhatikan Ethan beberapa tahun terakhir meski tak begitu intens. Ethan dan Brylea adalah dua manusia terpintar di kelas ketika di bangku sekolah.

Yang sangat disayangkan, kedua manusia pintar itu tidak bisa rukun dan malah bermusuhan. Ada saja hal yang selalu mereka perdebatkan dan auranya masih terasa hingga kini.

“Sama kayak Brylea. Kayaknya kalian sama-sama memprioritaskan hidup kalian sama hal lain di luar pasangan hidup. Keren ya! Kok bisa sama? Atau jangan-jangan, kalian jodoh?! Hahaha!” lanjut Chelsea sambil tertawa kencang, membuat Ethan dan Brylea menatap tajam pada dirinya.

Di balik tawa Chelsea, tentu Ethan dan Brylea merasa sangat geram, terutama Brylea. Jelas sekali jika ia tak menyukai Ethan. Lalu Ethan? Meski terlihat geram dengan tatapan tajam, sesekali pria itu menatap ke arah Brylea namun tak disadari oleh siapapun yang ada di sana. Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Ethan?

Related chapters

  • My Enemy, My Husband   Bab 3

    Brylea mematikan mesin mobilnya tepat di parkiran depan rumahnya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan ia sebenarnya sudah lelah. Entah berapa lama ia berkumpul dengan teman-temannya tadi. Awalnya memang seru namun setelah Ethan datang, entah mengapa rasanya jadi seperti sedang menguras emosi.Tittt… tittt….Brylea mendengar suara klakson mobil yang cukup kencang, membuatnya tanpa sadar membalikkan badan. Bukankah ia sedang tidak berada di jalan raya? Ini adalah parkiran rumahnya dan tentu saja ada pagar pembatas yang tidak mungkin dilewati oleh mobil lain karena ia sudah menutup rapat pagar itu, lengkap dengan kuncinya yang sudah digembok rapat.Brylea menyipitkan mata melihat cahaya lampu mobil yang terang, terarah ke dirinya yang sedang berdiri tak jauh dari mobilnya sendiri. Ia tak melihat dengan jelas apa yang ada di depan sana hingga beberapa detik kemudian ia menyadari sesuatu. Bagaimana bisa ada mobil di tempat itu? Pikiran Brylea mulai berkelana lagi.“Apa ada yang

  • My Enemy, My Husband   Bab 4

    Senyum di wajah Ethan berubah seketika menjadi datar. Ia mengingat bagaimana ekspresi wajah Brylea saat melihatnya pertama kali saat keduanya bertemu tadi. Sungguh ekspresi yang tak berubah hanya wajah gadis itu saja yang tampak semakin dewasa di mata Ethan. Ethan menarik nafas dalam. Seharusnya ia tak perlu memikirkannya lebih lama, hanya saja hal itu begitu lucu dan cukup untuk menjadi hiburan baginya di saat-saat seperti ini. Ia sedang banyak urusan dan hal ini membuat syaraf-syaraf di otaknya tidak tegang lain.“Lucu sekali,” ucap Ethan singkat sambil kembali tersenyum tipis dan meminum minumannya lagi.Pikirannya terbayang lagi, mengingat saat ia tak sengaja melihat Brylea kemarin. Ya! Ethan baru saja tiba di Indonesia kemarin dan langsung menuju ke rumah yang baru saja selesai dibangun ini. Tentu bukan Ethan yang merancang rumah ini, tak ada sedikitpun campur tangannya dalam pengurusan rumah ini, bahkan pemilihan lokasi pun tidak.Tentu saja Ethan tercengang, nyaris tak percaya

  • My Enemy, My Husband   Bab 5

    "Maaf papa ganggu kamu malam-malam begini sayang," ucap sang papa dari seberang sambungan telpon. Brylea tersenyum tipis. Ia tak langsung menjawab apa yang dikatakan oleh papanya. Sedikit banyak, hatinya terasa hangat seketika saat mendengar suara sang papa yang sangat ia rindukan. Padahal belum lama mereka bertemu saat beberapa lalu Brylea pergi mengunjungi kedua orangtuanya namun rasa rindu sudah menghampiri."Sayang?" panggil sang papa karena Brylea sudah terdiam selama beberapa menit. Mungkin papanya ingin memastikan jika Brylea masih ada disambungan telpon dan ia tidak tertidur."Eh? Iya pa? Maaf, tadi ngelamun. Hehe," jawab Brylea seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal itu. Ia dapat mendengar suara sang papa yang sedikit berdehem dari seberang sambungan telpon, membuat Brylea menantikan dengan sabar, apa kira-kira hal yang akan dikatakan oleh sang papa malam-malam seperti ini."Ada apa pa?" tanya Brylea lagi. Lagi! Tadi ia sudah menanyakan hal ini pada papanya melalui pesan

  • My Enemy, My Husband   Bab 1

    “Bryl, kapan nikahnya?” Sebuah pertanyaan yang paling menyebalkan kembali ditujukan pada Brylea Amanda, gadis berusia 24 tahun yang baru saja menuntaskan pendidikan magisternya dengan nilai yang sangat memuaskan. Sudah bisa ditebak bahwa gadis satu ini memiliki otak yang cerdas. Belum lagi caranya untuk mengatur waktu dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang patut diacungi jempol karena kala itu, ia bekerja sambil menyelesaikan pendidikan magisternya. Wajahnya yang setengah berdarah Inggris dan setelah Indonesia itu tampak sangat cantik meski tak dipoles dengan banyak make up. Rambutnya sedikit kecoklatan dnegan warna mata abu-abu menawan. Brylea tersenyum tipis menanggapi omongan teman lamanya yang sedang duduk di hadapannya. Sudah lama sekali mereka tak bersua dan sekarang mereka sedang melaksanakan reuni kecil-kecilan yang hanya dihadiri oleh beberapa teman satu kelas ketika duduk dibangku SMA. Ya! Reuni ini tidak direncanakan dan mendadak terjadi karena kebetulan ada beberapa

Latest chapter

  • My Enemy, My Husband   Bab 5

    "Maaf papa ganggu kamu malam-malam begini sayang," ucap sang papa dari seberang sambungan telpon. Brylea tersenyum tipis. Ia tak langsung menjawab apa yang dikatakan oleh papanya. Sedikit banyak, hatinya terasa hangat seketika saat mendengar suara sang papa yang sangat ia rindukan. Padahal belum lama mereka bertemu saat beberapa lalu Brylea pergi mengunjungi kedua orangtuanya namun rasa rindu sudah menghampiri."Sayang?" panggil sang papa karena Brylea sudah terdiam selama beberapa menit. Mungkin papanya ingin memastikan jika Brylea masih ada disambungan telpon dan ia tidak tertidur."Eh? Iya pa? Maaf, tadi ngelamun. Hehe," jawab Brylea seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal itu. Ia dapat mendengar suara sang papa yang sedikit berdehem dari seberang sambungan telpon, membuat Brylea menantikan dengan sabar, apa kira-kira hal yang akan dikatakan oleh sang papa malam-malam seperti ini."Ada apa pa?" tanya Brylea lagi. Lagi! Tadi ia sudah menanyakan hal ini pada papanya melalui pesan

  • My Enemy, My Husband   Bab 4

    Senyum di wajah Ethan berubah seketika menjadi datar. Ia mengingat bagaimana ekspresi wajah Brylea saat melihatnya pertama kali saat keduanya bertemu tadi. Sungguh ekspresi yang tak berubah hanya wajah gadis itu saja yang tampak semakin dewasa di mata Ethan. Ethan menarik nafas dalam. Seharusnya ia tak perlu memikirkannya lebih lama, hanya saja hal itu begitu lucu dan cukup untuk menjadi hiburan baginya di saat-saat seperti ini. Ia sedang banyak urusan dan hal ini membuat syaraf-syaraf di otaknya tidak tegang lain.“Lucu sekali,” ucap Ethan singkat sambil kembali tersenyum tipis dan meminum minumannya lagi.Pikirannya terbayang lagi, mengingat saat ia tak sengaja melihat Brylea kemarin. Ya! Ethan baru saja tiba di Indonesia kemarin dan langsung menuju ke rumah yang baru saja selesai dibangun ini. Tentu bukan Ethan yang merancang rumah ini, tak ada sedikitpun campur tangannya dalam pengurusan rumah ini, bahkan pemilihan lokasi pun tidak.Tentu saja Ethan tercengang, nyaris tak percaya

  • My Enemy, My Husband   Bab 3

    Brylea mematikan mesin mobilnya tepat di parkiran depan rumahnya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan ia sebenarnya sudah lelah. Entah berapa lama ia berkumpul dengan teman-temannya tadi. Awalnya memang seru namun setelah Ethan datang, entah mengapa rasanya jadi seperti sedang menguras emosi.Tittt… tittt….Brylea mendengar suara klakson mobil yang cukup kencang, membuatnya tanpa sadar membalikkan badan. Bukankah ia sedang tidak berada di jalan raya? Ini adalah parkiran rumahnya dan tentu saja ada pagar pembatas yang tidak mungkin dilewati oleh mobil lain karena ia sudah menutup rapat pagar itu, lengkap dengan kuncinya yang sudah digembok rapat.Brylea menyipitkan mata melihat cahaya lampu mobil yang terang, terarah ke dirinya yang sedang berdiri tak jauh dari mobilnya sendiri. Ia tak melihat dengan jelas apa yang ada di depan sana hingga beberapa detik kemudian ia menyadari sesuatu. Bagaimana bisa ada mobil di tempat itu? Pikiran Brylea mulai berkelana lagi.“Apa ada yang

  • My Enemy, My Husband   Bab 2

    Brylea memutuskan untuk bersikap sewajarnya saja setelah mendengar kabar bahwa musuhnya itu akan segera tiba. Ia sibuk dengan ponselnya sambil pelan-pelan meminum minuman yang telah ia pesan. Telinganya sedikit mendengar percakapan dari teman-temannya yang masih berlanjut dan tampaknya tidak sesuai juga jika ia ikut mencampuri apa yang teman-temannya bicarakan karena berada di luar konteks yang biasanya dikuasai oleh Brylea. “Ethan!” seruan Chelsea mengalihkan perhatian setiap orang yang berada di meja itu. Semua mata kini tertuju pada arah pandang yang sama dengan Chelsea, termasuk Brylea yang sedari tadi sibuk sendiri. Sejujurnya Brylea tidak sengaja menoleh, mungkin karena Chelsea berseru memanggil nama Ethan dengan tiba-tiba dan membuat Brylea terkejut. Brylea melihat seorang pria tampan, tegap, gagah dan rapi berjalan ke arahnya. Arahnya? Lebih tepatnya ke arah mereka dan ia meyakini bahwa pria itu adalah Ethan. Tentu ada beberapa hal dan bagian tubuh pria itu yang tidak beru

  • My Enemy, My Husband   Bab 1

    “Bryl, kapan nikahnya?” Sebuah pertanyaan yang paling menyebalkan kembali ditujukan pada Brylea Amanda, gadis berusia 24 tahun yang baru saja menuntaskan pendidikan magisternya dengan nilai yang sangat memuaskan. Sudah bisa ditebak bahwa gadis satu ini memiliki otak yang cerdas. Belum lagi caranya untuk mengatur waktu dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang patut diacungi jempol karena kala itu, ia bekerja sambil menyelesaikan pendidikan magisternya. Wajahnya yang setengah berdarah Inggris dan setelah Indonesia itu tampak sangat cantik meski tak dipoles dengan banyak make up. Rambutnya sedikit kecoklatan dnegan warna mata abu-abu menawan. Brylea tersenyum tipis menanggapi omongan teman lamanya yang sedang duduk di hadapannya. Sudah lama sekali mereka tak bersua dan sekarang mereka sedang melaksanakan reuni kecil-kecilan yang hanya dihadiri oleh beberapa teman satu kelas ketika duduk dibangku SMA. Ya! Reuni ini tidak direncanakan dan mendadak terjadi karena kebetulan ada beberapa

DMCA.com Protection Status