Share

Bab 4

Penulis: Fullofgrace
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Senyum di wajah Ethan berubah seketika menjadi datar. Ia mengingat bagaimana ekspresi wajah Brylea saat melihatnya pertama kali saat keduanya bertemu tadi. Sungguh ekspresi yang tak berubah hanya wajah gadis itu saja yang tampak semakin dewasa di mata Ethan. Ethan menarik nafas dalam. Seharusnya ia tak perlu memikirkannya lebih lama, hanya saja hal itu begitu lucu dan cukup untuk menjadi hiburan baginya di saat-saat seperti ini. Ia sedang banyak urusan dan hal ini membuat syaraf-syaraf di otaknya tidak tegang lain.

“Lucu sekali,” ucap Ethan singkat sambil kembali tersenyum tipis dan meminum minumannya lagi.

Pikirannya terbayang lagi, mengingat saat ia tak sengaja melihat Brylea kemarin. Ya! Ethan baru saja tiba di Indonesia kemarin dan langsung menuju ke rumah yang baru saja selesai dibangun ini. Tentu bukan Ethan yang merancang rumah ini, tak ada sedikitpun campur tangannya dalam pengurusan rumah ini, bahkan pemilihan lokasi pun tidak.

Tentu saja Ethan tercengang, nyaris tak percaya jika ia bertetangga dengan musuhnya ketika di SMA. Ethan yang kemarin masih berada di mobil secara tak sengaja melihat seorang gadis yang baru saja keluar dari mobilnya, berhenti di depan pagar rumah untuk membuka pagar rumah tersebut. Butuh waktu beberapa menit bagi Ethan untuk menyadari jika gadis itu adalah Brylea. Kedua mata Ethan bahkan nyaris tak berkedip saat mengikuti arah kemana Brylea berjalan.

Untuk memastikan hal itu, Ethan sengaja menyempatkan diri untuk acara reuni kecil-kecilan itu dengan menghubungi salah satu dari antara yang hadir. Entah suatu kebetulan atau bagaimana hal itu bisa tiba-tiba saja terjadi, seakan memberi jalan bagi Ethan untuk menuntaskan rasa penasarannya.

Ethan semakin tersenyum puas saat mengetahui jika dugaannya benar. Hal itu menandakan jika ia tak akan bosan untuk tinggal beberapa bulan ke depan di Indonesia. Sebelumnya Ethan sempat protes agar tidak kembali tinggal di Indonesia mengingat kerjaannya di luar negeri terutama di Los Angeles sangatlah banyak dan itu bukan hanya urusan yang berkaitan dengan perusahaan Sky Corp saja. Ethan tidak memiliki alasan yang kuat untuk membantah ayahnya agar tak menugaskan ia ke tempat ini makanya ia tak memiliki pilihan lain.

Tunggu dulu, beberapa waktu lalu, ia cukup pusing karena hal ini dan tadi, saat ia bertemu dengan Brylea, pikirannya sempat teralihkan. Apalagi Ethan diam-diam membuntuti mobil Brylea karena memang jalan rumah mereka berada di arah yang sama.

“Okay, this moment will be fun!” seru Ethan sedikit kencang saat minumannya telah tandas ia minum.

***

Brylea sudah selesai membersihkan dirinya. Ia tengah duduk di tepian kasurnya yang empuk dan sudah selesai dengan atribut skin care malam yang memang biasa ia gunakan. Ia sudah berusaha untuk tidak memikirkan Ethan terlebih dahulu sejak tadi ia masuk ke dalam rumah karena hal itu sungguh mengganggu. Namun sekarang semua aktivitas bersih-bersihnya telah usai dengan tiada satupun yang tersisa sehingga dapat dipastikan jika ia hanya perlu rebahan saja.

“Ah! Lega rasanya!” seru Brylea yang merasa sangat lega setelah menyentuhkan tubuhnya ke atas kasur.

Brylea bahkan sengaja tak mengecek ponselnya. Ia tahu bahwa di ponsel tersebut akan banyak sekali notifikasi yang bahkan memunculkan nama Ethan lagi. Hm, ralat! Bukan hanya memunculkan tapi pria itu pasti ikut muncul di sana karena tadi Chelsea sudah membentuk grup di W******p khusus untuk mengirim foto-foto mereka semalam reuni kecil-kecilan tadi berlangsung. Brylea bahkan sudah bisa membayangkan bagaimana ekspresi wajahnya sendiri sebelum membuka hasil foto-foto itu. Bagaimana tidak? Ia duduk di samping Ethan dan berfoto di samping pria itu dan lebih mengesalkan lagi, Ethan selalu tersenyum tanpa beban. Sungguh tidak punya etika!

“Kesal banget gue ngingat muka tu orang terus! Bisa gak sih gak usah muncul di otak gue?!” ucap Brylea sedikit berteriak.

Dengan wajah setengah bersungut, Brylea membuka ponselnya. Ia membutuhkan niat yang kuat untuk membuka ponsel tersebut, jika tidak karena memikirkan ada beberapa hal yang pasti penting di sana, mungkin ia tidak akan membuka ponsel tersebut sampai besok pagi atau siang.

“Awas aja kalau ada hal yang bikin gue makin kesal!” ucapnya lagi sambil berharap jika tak ada hal yang menambah kekesalannya setelah membuka ponsel.

Brylea menyipitkan matanya saat tak sengaja membuka grup W******p yang berisikan foto-foto reuni beberapa tadi. Ada satu foto yang menarik perhatiannya. Foto yang menunjukkan dirinya yang sedang melipatkan kedua tangan di depan dada dengan wajah yang sudah tak bisa dikendalikan, tampak begitu emosi. Yang lebih menyebalkannya lagi, di foto itu Ethan terlihat menyebalkan. Pria itu menyunggingkan senyuman sok tampan dengan mata yang melihat ke arah Brylea.

“Hih dasar sok ganteng banget ni orang!” seru Brylea semakin kesal.

Nafas Brylea kembali tak teratur, sedikit banyak ia menyesal telah membuka ponselnya itu. Ia menutup kembali ponselnya dan menyimpannya di atas nakas. Ada baiknya jika ia tertidur saja. Ya! Setidaknya mencoba untuk tidur di tengah pikirannya yang terkontaminasi oleh wajah Ethan itu.

Brylea menghempaskan tubuhnya ke atas ranjangnya yang empuk. Ia sudah mematikan lampu kamar dan menggantikan penerangan dengan lampu tidur yang hanya memberikan sedikit pancaran cahaya di dalam kamarnya.

Gadis cantik itu memejamkan kedua matanya dan menarik selimutnya yang sedikit membuatnya gerah tetapi tetap ia pakai. Tubuhnya terasa sedikit lelah sehingga ketika punggungnya menyentuh kasur, rasanya begitu enak dan sangat dirindukan.

Ting!

Belum sampai satu menit, ponselnya kembali mengeluarkan suara yang menandakan adanya pesan masuk. Kening Brylea mengerut karena keheranan melihat nama sang papa tertera di sana dengan sebuah pesan masuk. 

Dengan lincah, jemari Brylea membuka pesan tersebut lalu segera membacanya untuk mengetahui apa yang membuat sang papa mengirimkan pesan di jam-jam yang tidak biasa seperti sekarang.

Papa

Sudah tidur?

Begitu isi pesan sang papa. Singkat, padat dan jelas namun misterius bagi Brylea karena merasa ada sebuah kejanggalan karena jam pengiriman pesan yang tidak biasa. Apakah memang karena ada hal penting yang ingin papanya bahas?

Brylea memang tinggal sendiri di rumahnya yang megah ini sedangkan sang papa dan mama sedang berada di Singapura untuk menetap di sana karena urusan pekerjaan yang harus mereka laksanakan. Itu pula yang menjadi alasan bagi Brylea untuk tidak melanjutkan pendidikannya lagi ke jenjang yang lebih tinggi karena sang papa ingin agar Brylea memimpin perusahaan yang ada di Indonesia.

Tanpa perlu menunggu lama, Brylea membalas pesan singkat dari sang papa lalu menunggu balasan lagi atas pesan yang baru saja ia kirimkan pada papanya.

Drrttt drrttt drrttt

Bukannya sebuah balasan pesan, Brylea justru mendapatkan sebuah panggilan dari papanya yang langsung pula ia angkat untuk menghubungkan panggilannya dengan sang papa.

"Halo," sapa Brylea dengan nada yang biasa. Gadis cantik itu mulai mencari posisi yang pas agar tubuhnya terasa lebih nyaman, takut jika pembicaraan dengan sang papa akan berlangsung lama juga. Jika boleh jujur, jantungnya sedikit berdebar menantikan apa yang ingin dibicarakan oleh papanya. Ia menajamkan telinga agar tak melewatkan satu kata pun yang nantinya akan diucapkan oleh sang papa.

Lalu apa yang kira-kira ingin disampaikan oleh papa Brylea di jam-jam yang tidak biasa seperti ini? Apalagi papanya tidak biasa menelpon di jam tersebut. Apakah terjadi sesuatu yang sangat penting?

Bab terkait

  • My Enemy, My Husband   Bab 5

    "Maaf papa ganggu kamu malam-malam begini sayang," ucap sang papa dari seberang sambungan telpon. Brylea tersenyum tipis. Ia tak langsung menjawab apa yang dikatakan oleh papanya. Sedikit banyak, hatinya terasa hangat seketika saat mendengar suara sang papa yang sangat ia rindukan. Padahal belum lama mereka bertemu saat beberapa lalu Brylea pergi mengunjungi kedua orangtuanya namun rasa rindu sudah menghampiri."Sayang?" panggil sang papa karena Brylea sudah terdiam selama beberapa menit. Mungkin papanya ingin memastikan jika Brylea masih ada disambungan telpon dan ia tidak tertidur."Eh? Iya pa? Maaf, tadi ngelamun. Hehe," jawab Brylea seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal itu. Ia dapat mendengar suara sang papa yang sedikit berdehem dari seberang sambungan telpon, membuat Brylea menantikan dengan sabar, apa kira-kira hal yang akan dikatakan oleh sang papa malam-malam seperti ini."Ada apa pa?" tanya Brylea lagi. Lagi! Tadi ia sudah menanyakan hal ini pada papanya melalui pesan

  • My Enemy, My Husband   Bab 1

    “Bryl, kapan nikahnya?” Sebuah pertanyaan yang paling menyebalkan kembali ditujukan pada Brylea Amanda, gadis berusia 24 tahun yang baru saja menuntaskan pendidikan magisternya dengan nilai yang sangat memuaskan. Sudah bisa ditebak bahwa gadis satu ini memiliki otak yang cerdas. Belum lagi caranya untuk mengatur waktu dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang patut diacungi jempol karena kala itu, ia bekerja sambil menyelesaikan pendidikan magisternya. Wajahnya yang setengah berdarah Inggris dan setelah Indonesia itu tampak sangat cantik meski tak dipoles dengan banyak make up. Rambutnya sedikit kecoklatan dnegan warna mata abu-abu menawan. Brylea tersenyum tipis menanggapi omongan teman lamanya yang sedang duduk di hadapannya. Sudah lama sekali mereka tak bersua dan sekarang mereka sedang melaksanakan reuni kecil-kecilan yang hanya dihadiri oleh beberapa teman satu kelas ketika duduk dibangku SMA. Ya! Reuni ini tidak direncanakan dan mendadak terjadi karena kebetulan ada beberapa

  • My Enemy, My Husband   Bab 2

    Brylea memutuskan untuk bersikap sewajarnya saja setelah mendengar kabar bahwa musuhnya itu akan segera tiba. Ia sibuk dengan ponselnya sambil pelan-pelan meminum minuman yang telah ia pesan. Telinganya sedikit mendengar percakapan dari teman-temannya yang masih berlanjut dan tampaknya tidak sesuai juga jika ia ikut mencampuri apa yang teman-temannya bicarakan karena berada di luar konteks yang biasanya dikuasai oleh Brylea. “Ethan!” seruan Chelsea mengalihkan perhatian setiap orang yang berada di meja itu. Semua mata kini tertuju pada arah pandang yang sama dengan Chelsea, termasuk Brylea yang sedari tadi sibuk sendiri. Sejujurnya Brylea tidak sengaja menoleh, mungkin karena Chelsea berseru memanggil nama Ethan dengan tiba-tiba dan membuat Brylea terkejut. Brylea melihat seorang pria tampan, tegap, gagah dan rapi berjalan ke arahnya. Arahnya? Lebih tepatnya ke arah mereka dan ia meyakini bahwa pria itu adalah Ethan. Tentu ada beberapa hal dan bagian tubuh pria itu yang tidak beru

  • My Enemy, My Husband   Bab 3

    Brylea mematikan mesin mobilnya tepat di parkiran depan rumahnya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan ia sebenarnya sudah lelah. Entah berapa lama ia berkumpul dengan teman-temannya tadi. Awalnya memang seru namun setelah Ethan datang, entah mengapa rasanya jadi seperti sedang menguras emosi.Tittt… tittt….Brylea mendengar suara klakson mobil yang cukup kencang, membuatnya tanpa sadar membalikkan badan. Bukankah ia sedang tidak berada di jalan raya? Ini adalah parkiran rumahnya dan tentu saja ada pagar pembatas yang tidak mungkin dilewati oleh mobil lain karena ia sudah menutup rapat pagar itu, lengkap dengan kuncinya yang sudah digembok rapat.Brylea menyipitkan mata melihat cahaya lampu mobil yang terang, terarah ke dirinya yang sedang berdiri tak jauh dari mobilnya sendiri. Ia tak melihat dengan jelas apa yang ada di depan sana hingga beberapa detik kemudian ia menyadari sesuatu. Bagaimana bisa ada mobil di tempat itu? Pikiran Brylea mulai berkelana lagi.“Apa ada yang

Bab terbaru

  • My Enemy, My Husband   Bab 5

    "Maaf papa ganggu kamu malam-malam begini sayang," ucap sang papa dari seberang sambungan telpon. Brylea tersenyum tipis. Ia tak langsung menjawab apa yang dikatakan oleh papanya. Sedikit banyak, hatinya terasa hangat seketika saat mendengar suara sang papa yang sangat ia rindukan. Padahal belum lama mereka bertemu saat beberapa lalu Brylea pergi mengunjungi kedua orangtuanya namun rasa rindu sudah menghampiri."Sayang?" panggil sang papa karena Brylea sudah terdiam selama beberapa menit. Mungkin papanya ingin memastikan jika Brylea masih ada disambungan telpon dan ia tidak tertidur."Eh? Iya pa? Maaf, tadi ngelamun. Hehe," jawab Brylea seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal itu. Ia dapat mendengar suara sang papa yang sedikit berdehem dari seberang sambungan telpon, membuat Brylea menantikan dengan sabar, apa kira-kira hal yang akan dikatakan oleh sang papa malam-malam seperti ini."Ada apa pa?" tanya Brylea lagi. Lagi! Tadi ia sudah menanyakan hal ini pada papanya melalui pesan

  • My Enemy, My Husband   Bab 4

    Senyum di wajah Ethan berubah seketika menjadi datar. Ia mengingat bagaimana ekspresi wajah Brylea saat melihatnya pertama kali saat keduanya bertemu tadi. Sungguh ekspresi yang tak berubah hanya wajah gadis itu saja yang tampak semakin dewasa di mata Ethan. Ethan menarik nafas dalam. Seharusnya ia tak perlu memikirkannya lebih lama, hanya saja hal itu begitu lucu dan cukup untuk menjadi hiburan baginya di saat-saat seperti ini. Ia sedang banyak urusan dan hal ini membuat syaraf-syaraf di otaknya tidak tegang lain.“Lucu sekali,” ucap Ethan singkat sambil kembali tersenyum tipis dan meminum minumannya lagi.Pikirannya terbayang lagi, mengingat saat ia tak sengaja melihat Brylea kemarin. Ya! Ethan baru saja tiba di Indonesia kemarin dan langsung menuju ke rumah yang baru saja selesai dibangun ini. Tentu bukan Ethan yang merancang rumah ini, tak ada sedikitpun campur tangannya dalam pengurusan rumah ini, bahkan pemilihan lokasi pun tidak.Tentu saja Ethan tercengang, nyaris tak percaya

  • My Enemy, My Husband   Bab 3

    Brylea mematikan mesin mobilnya tepat di parkiran depan rumahnya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan ia sebenarnya sudah lelah. Entah berapa lama ia berkumpul dengan teman-temannya tadi. Awalnya memang seru namun setelah Ethan datang, entah mengapa rasanya jadi seperti sedang menguras emosi.Tittt… tittt….Brylea mendengar suara klakson mobil yang cukup kencang, membuatnya tanpa sadar membalikkan badan. Bukankah ia sedang tidak berada di jalan raya? Ini adalah parkiran rumahnya dan tentu saja ada pagar pembatas yang tidak mungkin dilewati oleh mobil lain karena ia sudah menutup rapat pagar itu, lengkap dengan kuncinya yang sudah digembok rapat.Brylea menyipitkan mata melihat cahaya lampu mobil yang terang, terarah ke dirinya yang sedang berdiri tak jauh dari mobilnya sendiri. Ia tak melihat dengan jelas apa yang ada di depan sana hingga beberapa detik kemudian ia menyadari sesuatu. Bagaimana bisa ada mobil di tempat itu? Pikiran Brylea mulai berkelana lagi.“Apa ada yang

  • My Enemy, My Husband   Bab 2

    Brylea memutuskan untuk bersikap sewajarnya saja setelah mendengar kabar bahwa musuhnya itu akan segera tiba. Ia sibuk dengan ponselnya sambil pelan-pelan meminum minuman yang telah ia pesan. Telinganya sedikit mendengar percakapan dari teman-temannya yang masih berlanjut dan tampaknya tidak sesuai juga jika ia ikut mencampuri apa yang teman-temannya bicarakan karena berada di luar konteks yang biasanya dikuasai oleh Brylea. “Ethan!” seruan Chelsea mengalihkan perhatian setiap orang yang berada di meja itu. Semua mata kini tertuju pada arah pandang yang sama dengan Chelsea, termasuk Brylea yang sedari tadi sibuk sendiri. Sejujurnya Brylea tidak sengaja menoleh, mungkin karena Chelsea berseru memanggil nama Ethan dengan tiba-tiba dan membuat Brylea terkejut. Brylea melihat seorang pria tampan, tegap, gagah dan rapi berjalan ke arahnya. Arahnya? Lebih tepatnya ke arah mereka dan ia meyakini bahwa pria itu adalah Ethan. Tentu ada beberapa hal dan bagian tubuh pria itu yang tidak beru

  • My Enemy, My Husband   Bab 1

    “Bryl, kapan nikahnya?” Sebuah pertanyaan yang paling menyebalkan kembali ditujukan pada Brylea Amanda, gadis berusia 24 tahun yang baru saja menuntaskan pendidikan magisternya dengan nilai yang sangat memuaskan. Sudah bisa ditebak bahwa gadis satu ini memiliki otak yang cerdas. Belum lagi caranya untuk mengatur waktu dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang patut diacungi jempol karena kala itu, ia bekerja sambil menyelesaikan pendidikan magisternya. Wajahnya yang setengah berdarah Inggris dan setelah Indonesia itu tampak sangat cantik meski tak dipoles dengan banyak make up. Rambutnya sedikit kecoklatan dnegan warna mata abu-abu menawan. Brylea tersenyum tipis menanggapi omongan teman lamanya yang sedang duduk di hadapannya. Sudah lama sekali mereka tak bersua dan sekarang mereka sedang melaksanakan reuni kecil-kecilan yang hanya dihadiri oleh beberapa teman satu kelas ketika duduk dibangku SMA. Ya! Reuni ini tidak direncanakan dan mendadak terjadi karena kebetulan ada beberapa

DMCA.com Protection Status