“Bagaimana? Suka nggak dengan gaunnya?” Tanya Rendy lembut.
Gadis itu tersenyum malu-malu. “Suka Mas.”
Merasa gemas dengan tingkah malu-malu Melissa, Rendy memeluk erat gadis itu dari belakang. Sejak lamaran mendadak semalam, perasaannya ke gadis itu semakin menggila. Seakan tak mau berpisah walau hanya sebentar.
“Malu Mas.” Melissa menggeliat. Mencoba meregangkan pelukan erat calon suaminya itu. Tapi sia-sia. Pelukan itu semakin erat. Rendy terkekeh. Ia tak menghiraukan rengekan Melissa.
“Yakin mau yang itu aja?” Tanya Rendy ke sekian kali.
“Yakin Mas. Udah ah, kita ditungguin Mama loh.”
“Ya udah. Ayok.” Rendy menautkan jemari tangannya ke jemari Melissa. Mereka saling bergandengan dan melempar senyum sebelum keluar dari Butik tersebut.
Tak jauh dari posisi mereka, sepasang mata tajam tak mengalihkan pandangan sejak ia melihat interaksi keduanya.
*
“Gimana? Suka sama makanannya?” Ningrum tak sabaran.
Melissa mengangguk pelan. “Iya Ma. Ini enak banget.”
Senyum di bibir Ningrum mengembang. “Ini spesial loh buat mantu Mama yang cantik.”
Melissa tersipu. “Terima kasih, Ma.”
“Jangan sungkan. Kalau mau makanan yang lain, nanti kamu bilang saja. Mama udah dapet Chef yang bisa masak berbagai jenis masakan.”
“Mama ini ,,,, Apa tidak terlalu berlebihan?”
Ningrum menggeleng cepat. “Tentu saja tidak. Kamu itu anak Mama sebentar lagi. Ah, bukan. Kamu kan anak Mama sekarang. Iya kan?”
“I-iya Ma.”
Rendy tersenyum, melihat keakraban kedua wanita yang ada di hatinya itu.
Kini kedua wanita berbeda umur itu berada di taman belakang rumah. Taman yang begitu indah. Terdapat bermacam-macam bunga kesukaan Melissa di sana. Membuat gadis itu berbinar-binar. Yang tak Melissa tahu, taman itu memang dibuat untuk dirinya.
Ningrum tersenyum puas, saat calon menantunya begitu menyukai taman yang sengaja dibuat olehnya sehari setelah acara pertemuan keluarga lalu. Ya, sejak bertemu dengan Melissa, wanita paruh baya itu langsung jatuh hati padanya. Hingga ia mencari tahu semuanya tentang gadis itu. Mulai dari makanan, hobi, cita-cita dan semuanya. Ia benar-benar ingin menjerat sang menantu.
“Lelah?”
Pertanyaan singkat Rendy membuat Melissa menoleh. Kini ia sedang bersantai di salah satu ayunan yang sengaja dipasang disana. Taman ini benar-benar seperti taman impian Melissa.
“Iya Mas. Soalnya aku tadi muter-muter lihat bunga sama Mama. Bunganya indah semua Mas. Lissa suka, kalau begini Lissa pasti betah di sini.”
Rendy menaikkan satu alisnya. “Betah di sini?”
Melissa yang menyadari ucapannya tadi menunduk malu.
Astaga ,,,
Kok aku kelepasan sih
Mas Rendy pasti mikir yang lain
Mana sekarang dia ngegodain aku lagi
Rendy dengan cepat meraih tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. Ia tak tahan dengan tingkah malu-malu calon istrinya.
“Kalau kamu kayak gini terus, Mas bakalan makin gemes loh.”
Melissa tersenyum dalam pelukan Rendy. “Mas sekarang suka peluk-peluk Lissa. Suka cium ...”
Upss ....
Oh My God
Ini bibir kok gak bisa di rem sih
“Kayak gini maksudnya kamu?” Rendy menarik dagu Melissa, dan secepat kilat mengecup bibir Melissa yang terasa manis.
Pipi Melissa bersemu. Calon suaminya memang paling pintar membuatnya terdiam.
“Nanti ketahuan Mama loh Mas. Lissa malu nanti, kayak yang waktu di rumah Lissa kemaren.”
Ya, kemaren saat mereka berdua berciuman di taman kecil di rumah Melissa, terpergok oleh Ningrum. Rendy sih biasa saja, tapi tidak dengan Lissa. Gadis itu takut. Takut bila calon mertuanya berpikir yang tidak baik. Karena saat itu wajah calon mertuanya tampak terkejut dan syok. Padahal yang membuat Ningrum terkejut itu karena sikap Rendy yang mesum.
“Santai aja. Mama nggak akan mikir kayak gitu kok.”
“Tapi tetap saja Lissa malu.”
Rendy yang berencana menggoda Melissa pun, kembali mengecup bibir gadis itu beberapa kali. Hingga ia merasa tak cukup untuk kecupan saja, ia melumat bibir pink itu dengan sensual.
Tak siap dengan serangan Rendy, Melissa hanya mampu menerima tanpa bisa membalas. Ia merasa terombang-ambing karena tersulut oleh permainan bibir Rendy.
Tanpa sadar satu desahan tertahan keluar dari mulut Lissa. Membuat Rendy semakin bersemangat melakukan hal lebih. Ia menaburkan kecupan basah di wajah Melissa. Membuat gadis itu mengerang.
Sial
Kalau dia pasrah kayak gini, bisa-bisa gue khilaf
Arghhh ,..
Dasar hasrat sialan
Rendy menarik diri, sebelum hasrat sialan itu menguasai otaknya terlalu dalam. Lihat, kedua pipi itu begitu menggoda dan bibir yang basah karena saliva. Membuat Rendy meneguk ludah berkali-kali.
Keduanya terdiam. Itu bukan pertama kali Rendy mencium Melissa. Namun, kali ini auranya berbeda. Rendy tampak menggebu dan bergairah. Hingga bunyi notifikasi pesan di ponsel Rendy memecahkan keheningan mendadak itu.
Dimas
Semua undangan sudah tersebar, Tuan
Untuk persiapan keamanan pun sudah saya atur
Dan mengenai permintaan anda sudah saya laksanakan
Rendy tersenyum puas mendapatkan laporan dari anak buah Papanya, yang ia tugaskan mengatur keamanan disaat pesta pertunangannya nanti.
Bagus.
Pastikan semua sesuai rencana
Aku mempercayakan semua padamu
Jangan sampai ada yang terlewat
Tak sampai satu menit pesan itu mendapat balasan.
Dimas
Tentu Tuan Muda
Saya akan bekerja sesuai dengan perintah anda
Rendy memasukkan ponselnya kembali. Ia pun mendekat ke arah Melissa, dan melingkarkan tangannya di pinggangnya. Serta meletakkan dagu di pundak Melissa. Menikmati sore ini bersama calon istrinya.
Setelah mengantar Melissa pulang, ia pun segera pulang ke rumahnya sendiri. Mengingat besok akan menjadi hari yang melelahkan. Ya, pesta pertunangannya besok malam akan digelar di sebuah ballroom Hotel Pandawa dengan pesta mewah tentunya.
“Ck, segini hebohnya mereka.” Gumam Rendy lirih.
Rendy tak berniat membalas pesan-pesan itu. Ia hanya membuka pesan dari salah satu grup chat di sana.
Playboy Kampus UI
Dino :Rendy bener-bener mau tunangan. Serius?
Fadly :Emang Lo gak dapet undangan apa?
Dino :Dapet kok. Tapi gue cuma mastiin aja. Itu anak bener-bener gak lagi konslet kan?
Baim :Hahahaha ,,, Lo pikir dia kabel listrik!?
Fadly :Kayaknya otaknya Dino yang konslet. Padahal nih ya sejak cewek itu dibully sama gengnya Vera dkk, Rendy kan udah kayak yang bucin banget sama tuh cewek.
Baim :Yang benar saja. Rendy bucin? Mana bisa Playboy cap kadal kayak dia bucin. Yang ada dunia bakal kiamat.
Dino :Jangan kiamat dulu donk. Gue kan belum kawin.
Baim :By The Way, Lo mau kawin sama sapi atau sama kodok. Baru aja putus sama Diana.
Dino :Jangan ngeremehin gue ya. Gue masih punya cadangan dua tau. Mana masih muda dan unyu-unyu lagi.
Fadly : Kali ini anaknya siapa lagi yang Lo embat, No?
Dino : Anak jurusan desain semester satu. Yang pakai kacamata Betty itu lho.
Fadly : Hahahaha
Baim : Hahahaha
Dino :Terus-terusin aja Lo pada. Kalian nggak tau aja, itu kacamata kalo dilepas.
Baim : Iyain aja deh
Fadly : Rendy kemana sih. Gak nongol nih dianya?
Rendy :Hush, jangan berisik.
Baim : Eh Kadal!? Lo beneran mau tunangan sama Tikus kecil itu?
Rendy : Iya. Kenapa?
Baim : Lo nggak takut dikasih racun sama dia? Kok gue ngeri ya?
Rendy : Hahaha,,, Lo nggak tau sih. Dia itu manis pake banget aslinya.
Dino : Lo jatuh cinta?
Rendy : Mungkin
Fadly : Hahaha ,,, bener kan gue. Ini kadal udah mulai bucin.
Baim : Yang benar saja
Dino : Haa
Rendy : Mending kalian jangan berisik. Ah, satu lagi. Awas aja kalian ngiler lihat Melissa dalam mode dandan. Gue congkel mata Lo satu persatu.
Rendy keluar dari group chat di sana. Ia pun merebahkan tubuhnya ke kasur. Senyum terbit dari bibirnya, membayangkan wajah syok teman-temannya di acara besok.
“Hahahaha .... Gue penasaran bagaimana mereka akan melongo melihat Melissa” Monolog Rendy
Mas Rendy Selamat pagi calon tunangan Kamu nggak boleh nakal ya, Harus istirahat yang cukup Jangan lupa sarapan Melissa merasakan wajahnya memanas. Ia masih setia memandangi ponselnya sejak bangun tidur. Pesan itu memang bukan yang pertama. Tapi mampu menyita perhatian gadis itu untuk waktu yang tidak sebentar. Tok ... tok ... tok “Lissa ... Buruan keluar. Ada Mita di depan.” Seru Riko dengan lantang. “Iya Kak.” Jawabnya. Gadis itu segera beranjak dari tempat tidurnya. Mengikat rambut seadanya, dan menuju kamar mandi untuk gosok gigi dan cuci muka. “Astaga Mel! Lo baru bangun?” Seru Mita. Melissa meringis, “Sebenarnya udah dari tadi. Tapi males aja mau gerak.” Mita geleng-geleng kepala dengan tingkah sahabatnya. “By Th
“Kamu ini benar-benar keterlaluan, Ren!?” Ucap wanita paruh baya itu menggebu. “Udah dong Ma. Maafin Rendy.” Ucap laki-laki itu memelas. “Kamu ini ,,, benar-benar gak tahu waktu dan tempat. Gimana kalau ketahuan calon mertua kamu coba.” Tambah wanita itu. Rendy terdiam. Ia tak berpikir sampai kesana. “Awas aja kamu!?” Wanita paruh baya itu menatap Rendy penuh peringatan “Kalau sampai Melissa nggak jadi mantu Mama, kamu yang akan tanggung akibatnya.” Ningrum meninggalkan Rendy yang termangu di kamarnya. Ya, wanita paruh baya itu memergoki dua sejoli yang sedang berciuman di ruang rias setelah acara tukar cincin semalam. Ia tak menyangka putranya bisa tidak mengerti tempat dan waktu. Pasalnya ini bukan pertama kalinya Ningrum memergoki keduanya dalam keadaan seperti itu. Namun, kali ini ia benar-benar merasa syok dengan kelakuan putra tampannya. Seumur hidup Rendy tak pernah bisa membantah ucapan Mamanya. Seperti malam tadi, saat Ningrum
Malam ini Melissa merasa begitu kesepian. Beberapa hari ini biasanya ada Riko yang selalu mengganggu saat ia di rumah. Tring >>Kak Riko Adekku yang cantik dan baik hati lagi ngapain? Rindu sama Kakak nggak? Hihihi Melissa tertawa membaca pesan konyol dari Kakaknya. Ia pun berniat membalas pesan itu. //Me Lissa lagi di kamar, Habis ngerjain tugas, sekarang lagi rebahan Kakak makin lama makin narsis ih,,, Bukan Riko namanya kalau gak menggoda Melissa. Dirinya akan melancarkan seribu jurus hanya untuk membuat adik manisnya itu terdiam tanpa bisa mendebatnya. >>Kak Riko
>>Mas Rendy Selamat tidur calon istri Semoga mimpi indah Jangan lupa mimpiin aku ya, Sayang Mmuaachh Melissa mendekap ponselnya dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Ia kembali teringat saat Rendy dengan percaya diri melamar, lebih tepatnya memaksa gadis itu untuk menikah dengannya. Flashback “Sudah puas?” Tanya Rendy dengan nada jahil. Melissa memukul dada Rendy gemas, saat cowok itu menggodanya. “Kok mukul sih, Sayang? Kalau belum puas aku bisa kasih yang lebih lama” goda Rendy. Blushh ... Kedua pipi Melissa merah merona. Ini bukan pertama kalinya cowok itu memanggilnya dengan panggilan ‘sayang’. Tapi tetap saja, itu membuatnya tersipu malu. Setelah ciuman kedua yang begitu menggebu, bibir keduanya tam
“Lo kemarin kenapa gak masuk? Pesan gue juga gak Lo bales? Lo sakit?” Tanya Mita beruntun. Melissa memutar bola mata malas, “Bisa satu persatu nggak sih ngasih pertanyaan ke gue?” “Nggak.” Sahut Mita cepat. Melissa menggelengkan kepalanya. “Jadi? Lo ngapain kemarin gak masuk?” Desak Mita. “Gue jalan sama Mas Rendy.” Mita membelalakkan matanya, tak percaya dengan perkataan lugas dari sahabatnya. “Lo bilang apa tadi?” Mita memastikan pendengarannya. Melissa mendekatkan diri ke telinga Mita. Lalu berbisik dengan pelan dan jelas. “Gue jalan sama Mas Rendy.” Tubuh Mita membeku dengan kedua mata yang melotot dan mulut terbuka. Karena terlalu syok dengan pengakuan sahabatnya. “Ckckck, sadar woy. Biasa aja kali.” Celetuk Melissa. Untuk beberapa saat Mita masih begitu tak percaya. Pasalnya hubungan mereka masih terbilang baru. Pesta pertunangan kemarin saja sudah membuatnya terkejut. D
Warning 21++ Kamu perempuan tak tahu malu, merusak hubungan anak dan orang tuanya!!! Apa yang kamu harapkan? Uang?! Akan saya berikan bila itu yang kamu inginkan. Jauhi anak saya, karena sampai kapanpun saya tidak akan pernah merestui hubungan kalian!!! Kamu mau membuat anak saya durhaka pada wanita yang melahirkannya? Iya!? Apa itu didikan orang tua kamu? Memisahkan anak dari ibunya? Dasar jalang!!! “Tidak! Jangan! Ayah ... Bunda ... Tolong” “Lissa, bangun Sayang. Lissa?” Rendy yang berada di sampingnya menepuk pelan kedua pipi Melissa. Menarik gadis itu dari mimpi buruknya. “Ahhhh !!!” Gadis itu terengah-engah, mencoba menghirup nafas dalam-dalam. Menepuk dadanya yang terasa sakit. Rendy dengan sigap menghalangi gadis itu menepuk dadanya
Warning 21 ++ Sebuah mobil Ferrari merah dengan kaca gelap, tampak terparkir tak jauh dari mobil Rendy . Di balik kemudi ada seorang laki-laki berwajah tampan dengan setelan jas mahal duduk dengan santai, sambil mengamati keadaan sekitar. Pandangannya terfokus ke depan. Saat matanya menangkap siluet dua orang manusia berbeda jenis kelamin yang tak lain adalah Rendy dan Melissa, rahangnya mengeras. Laki-laki itu mengeratkan kedua tangannya di stir mobilnya. Tiba-tiba saja otaknya dikuasai oleh api cemburu yang membabi buta. Sial!!! * “Filmnya masih satu jam lagi loh Sayang. Makan dulu ya? Gimana?” Melissa mengangguk. “Ayok!” Rendy tampak bahagia melihat pujaan hatinya begitu gembira. Hari ini ia tampak mengekspresikan segala perasaan dan kemauannya. Seperti sekarang ini, gadis itu menarik tangan Rendy ke salah satu Resto Seafood yang berada tak jauh dari tempatnya. “Mas
“Bagaimana kuliahnya hari ini Sayang?” Tanya Ningrum.“B-baik Ma. Enggak ada yang membuat L-Lissa kesulitan kok.” Jawabnya.Melihat kegugupan calon menantunya membuat Ningrum mengulum senyum. Ia tahu, sudah terjadi sesuatu antara Lissa dan Rendy. Ningrum bukannya tak tahu, hanya saja ia tak ingin membuat gadis itu malu.“Tadi ,,,” Ningrum menjeda perkataannya membuat Melissa menoleh dengan cepat ke arah wanita paruh baya itu. “Rendy bilang mau mempercepat pernikahan kalian.”Wajah Melissa memerah. Ingatannya tertarik pada insiden ciuman di mobil sore tadi.Flashback“Aku akan mempercepat pernikahan kita.” Cetus Rendy berapi-apiMelissa hanya bisa membelalakkan mata tak percaya. Sebenarnya itu bukan kali pertama Rendy mengatakannya. Namun tetap saja menjadi hal yang mengejutkan bagi gadis itu. Tunangan s