Vanila adalah nama panggung Kyra. Ia sengaja menyembunyikan identitasnya sebagai putri kedua dari keluarga konglomerat Patibrata. Kyra ingin menjadi aktris terkenal berkat usaha dan kerja kerasnya sendiri, bukan karena dia adalah Patibrata.
Sama seperti wanita kebanyakan, Kyra mengidolakan Asoka. Ia bahkan mengelola blog khusus untuk para penggemar Asoka yang disebut Sokkers. Kyra juga rutin menghadiri acara yang diadakan oleh pihak manajemen Asoka, berupa meet and greet, konser tunggal, maupun ketika promosi film terbarunya. Kyra akan dengan senang hati mengambil foto Asoka dalam berbagai pose, mengeditnya, dan kemudian ia upload di blog. Sekitar ratusan ribu orang sudah mengikuti blog milik Kyra.
Selain menjadi fans garis keras Asoka, Kyra juga belajar akting di kelas khusus sejak ia masih SMP. Cita-citanya adalah menjadi pemain film terkenal seperti Asoka dan Videlia. Di usianya yang kini menginjak dua puluh tiga tahun, Kyra sudah membintangi belasan judul mini drama maupun film, sebagai pemain figuran. Ia hanya mendapat peran untuk tiga hingga tujuh adegan, dan seringnya tidak mempunyai dialog langsung dengan pemeran utama.
Dengan kerja kerasnya selama bertahun-tahun, Kyra akhirnya berhasil masuk ke agensi KI entertainment, yang juga menaungi Asoka sebagai aktornya.
Kyra, merasa sangat beruntung hingga dadanya mau pecah. Dan Kyra juga bangga karena masuk ke KI dengan usahanya sendiri, bukan karena dia adalah Patibrata. Kyra menyukai kehidupan di mana orang-orang tak menganggapnya seperti seorang putri dari keluarga kaya raya.
"Nanti malam kita nongki yuk," ajak Bianca, sahabat Kyra yang dulu juga pernah sekolah akting bersama Kyra, tetapi kini memilih untuk melanjutkan bisnis keluarganya. Mereka sedang berada di lobi gedung tempat Bianca bekerja. "Gue bosen banget karena tiap hari dimarahin terus sama Papa. Padahal dia yang maksa gue di posisi general manajer. Tapi pas kerjaan gue salah dikit, langsung diomelin dari Sabang sampai Merauke."
Kyra menepuk bahu Bianca dan tertawa renyah. "Gue turut berduka cita, Bi. Tapi sorry, nanti gue ada makan malam keluarga."
"Nggak asik lo!" Bibir Bianca setengah mengerucut. "Padahal gue mau mabok ntar malem. Kalau nggak ada lo, siapa yang nganterin gue pulang, coba?"
"Robin?" Kyra justru balik bertanya. "Ajak Robin aja. Dia keliatan kayak anak baik."
Bianca memutar bola matanya malas. "Yang bener aja sih Ra. Lo mau gue masuk ke kandang buaya?"
Kening Kyra berkerut samar. "Emangnya kenapa? Robin keliatan kayak anak baik kok."
"Ya Lord, kenapa lo masih polos aja sih?" Bianca berkacak pinggang. Kemudian geleng-geleng kepala. "Nggak semua cowok di dunia ini kayak Asoka, idola lo yang tampan, memesona, dan baik hati kayak malaikat itu. Robin adalah anak kaya songong yang suka nanam benih di mana-mana."
"Oh ya?" balas Kyra ringan. "Keluarga Robin dulunya pernah jadi petani?"
Bianca menghentakkan kaki. "Bodo amat Ra. Bodo! Makanya kalau ada party itu ikutan. Jangan sekolah dan belajar mulu. Lima tahun tahu jadi aktris tapi perannya figuran mulu. Enggak bosen apa? Mending juga ngurus salah satu cabang Patibrata. Udah ketahuan duit ngalir terus kayak mata air pegunungan."
Kyra cuma bisa mendesah mendengar kalimat Bianca yang nyaris tidak bisa dipotong. Ia tadi cuma bercanda soal Robin. Sudah jadi rahasia umum kalau anak pemilik tambang batu bara itu adalah playboy kelas kakap. Tak ia kita reaksi Bianca akan berlebihan begini.
"Gue mau pulang dulu. Nanti telat bisa diamuk kakek," kata Kyra akhirnya, kemudian melambaikan tangan pada Bianca, yang dibalas dengan tatapan kesal. Tetapi, Kyra tak peduli.
Pada tahun ini, ibukota Republik Indonesia yang diberi nama kota Garuda, sudah dipindahkan, tepatnya di pulau Kalimantan. Gedung-gedung tinggi menjulang, lampu berkelap-kelip dan kota terasa hidup dua puluh empat jam. Berkat pemerintah yang mulai mengucurkan banyak dana di bidang perfilman lima belas tahun lalu, kini hasilnya sudah berhasil didapatkan. Kota Garuda tak ubahnya seperti Seoul, tetapi dengan banyak pepohonan yang tak kalah dari jumlah gedung. Budaya lokal khas Indonesia bahkan sudah terkenal hingga mancanegara berkat karya dan kerja keras para seniman. Bahkan Bali dan Raja Ampat harus membatasi jumlah pengunjungnya setiap tahun karena sering terjadi lonjakan.
Kyra memasuki mobilnya dan mulai membelah malam Garuda. Penghuni kota ini, kebanyakan adalah pendatang dari berbagai kota di Indonesia, dan mereka sudah terbiasa menggunakan moda transportasi MRT ketimbang naik mobil pribadi. Pajak mobil pribadi juga sangat tinggi per tahunnya. Karena itulah, jalanan tak terlalu ramai oleh kendaraan.
Makan malam kali ini, sebenarnya Kyra malas sekali untuk mengikuti. Tetapi, ia tak punya pilihan lain selama ia masih tinggal di mansion milik keluarga Patibrata. Kyra tak punya banyak uang untuk membayar sewa apartemen. Ayah bahkan mengambil semua fasilitas yang ia miliki sebagai putri Patibrata, kecuali mobil, hanya karena Kyra tak mau kuliah dan memilih fokus pada impiannya menjadi aktris.
Kyra... benar-benar sudah muak dengan hidupnya.
****
"Kyra, apa kamu sudah memutuskan untuk mengambil jurusan kuliahmu?" Ayah bertanya tepat ketika Kyra meletakkan sendok peraknya dan mengelap bibir dengan serbet.
Di ruang makan super megah ini, dengan banyak hidangan menggugah selera, duduk saling berhadapan anggota keluarga Patibrata. Tepat di sebelah Ayah, adalah kakak sulung Kyra yang bernama Ayudia Citra Patibrata, sementara di depannya, ada Kakek Pedro. Kyra sendiri berhadapan dengan adik bungsunya, Eiji Aezar Patibrata.
"Bukannya Ayah udah punya Kak Ayudia sebagai pewaris? Kenapa masih perlu aku?" kata Kyra setelah hening beberapa lama. "Aku masih dengan keputusan awalku, ingin jadi aktris."
Impian Kyra, adalah menjadi tokoh utama perempuan di drama yang dibintangi Asoka, sosok idola yang begitu ia kagumi. Asoka adalah wujud kesempurnaan. Ia mempunyai paras rupawan, sepasang bola mata yang menyorot teduh dan ramah, serta senyuman yang menyegarkan seperti embun pagi. Asoka adalah aktor berusia dua puluh delapan tahun yang memiliki kharisma seorang bintang. Sederet penghargaan bergengsi sudah berhasil ia kantongi.
Bimasena menggebrak meja dan menatap sang putri tajam. "Jangan buang-buang waktu berhargamu, Kyra. Ayah sudah berkompromi sama kamu lima tahun terakhir. Tapi apa yang kamu dapat? Hanya peran kecil dengan gaji tak seberapa? Kamu tidak akan sukses menjadi aktris, Kyra. Contoh kakakmu yang sudah mencapai posisi general manajer dengan kerja kerasnya sendiri. Berhentilah dan mulai kuliah! Ayah ingin kamu memegang beberapa anak perusahaan Patibrata."
"Tapi ini hidup Kyra, Ayah. Kyra yang menjalaninya, bukan Ayah. Jadi berhentilah buat menyetir hidup Kyra," balas Kyra tegas, masih berusaha mengontrol emosi. "Aku akhirnya berhasil masik KI entertainment setelah empat tahun. Tolong, kasih aku kesempatan, Ayah."
Terkadang, Kyra ingin menjadi Ayudia yang segala keinginannya selalu dipenuhi Ayah. Ayudia yang selalu menjadi kebanggaan Ayah untuk dipamerkan ke semua orang. Kyra juga ingin menjadi Aezar, yang bebas bermain sepuasnya karena ia masih SMA. Jika saja Bunda masih hidup, Bunda pasti akan mendukung segala keputusan Kyra. Bahkan dulu Bunda sendiri yang mendaftarkan Kyra ke kelas akting.
Bimasena menggeleng tegas. "Ayah sudah daftarkan kamu masuk kuliah, bulan depan sudah mulai ospek. Jika kamu masih mangkir, tidak usah tinggal di rumah ini, Kyra."
"Apa itu tidak keterlaluan?" Pedro yang sedari tadi diam, kini buka suara. "Biarkan anakmu mengejar apa yang menjadi mimpinya. Kamu pikir, Kyra akan berhasil mengurus perusahaan dengan paksaan? Setidaknya jika nanti Kyra gagal seperti yang kamu takutkan, setidaknya Kyra sudah berusaha untuk mewujudkankan impiannya."
Baru kali ini kakek Pedro membela Kyra. Entah Kyra harus merasa terhormat atau terharu. Sejak kecil, Kyra memang dekat dengan Kakek. Namun setelah Bunda meninggal tujuh tahun lalu, hubungan mereka berdua pun perlahan mulai merenggang. Setidaknya, kini Kakek sudah berusaha membela Kyra, dan Kyra sangat menghargainya. Hanya saja, keputusan Kyra sudah bulat. Ia sudah lelah dengan segala drama yang terjadi di keluarga ini.
"Kyra udah memutuskan, untuk keluar dari rumah ini," kata Kyra tegas. Ia memandang ke arah Ayah dengan sisa-sisa kekuatan dan keberanian yang ia miliki. "Aku akan mulai mengemas barangku dan keluar besok pagi-pagi sekali."
Tabungan pribadi Kyra, masih ada sekitar dua puluh juta. Cukup untuk menyewa apartemen selama satu bulan, tetapi tak cukup untuk biaya hidup. Maka dari itu, Kyra memutuskan untuk tinggal sementara di apartemen Bianca sebelum mencari kos-kosan bersih di pinggir kota dengan harga terjangkau. Kyra sudah mulai muak hidup dalam bayang-bayang keluarga Patibrata.
Dengan lutut yang mulai goyah, Kyra berdiri dan menganggukkan kepala untuk kesopanan, sebelum kemudian berjalan tegas ke arah kamarnya yang berada di lantai dua.
Hal yang kemudian Kyra sesali adalah, bahwa kakaknya, Ayudia, bahkan tidak memberikan komentar apapun. Begitu pula dengan Aezar yang sibuk main ponsel sejak makan malam dimulai hingga selesai. Tidakkah, mansion besar keluarga Kyra lebih dingin dari lantai penjara?
****
Siang ini, Kyra melangkah riang saat menghadiri press conference yang diadakan KI Entertainment, agensi yang menaungi Asoka. Mereka hendak mengabarkan kepada wartawan mengenai drama terbaru yang akan dibintangi Asoka setelah rehat selama enam bulan. Katanya, Asoka akan memberikan kejutan tak terduga, dan Kyra sudah tidak sabar mendengarnya.
Tadi pagi Kyra membawa kopernya ke apartemen Bianca. Cewek itu baru bangun tidur ketika Kyra sampai. Tanpa tahu malu, Kyra langsung meletakkan kopernya di kamar tamu yang ada di apartemen Bianca. Kyra bahkan tak peduli saat Bianca mulai ngomel-ngomel dan ceramah tanpa henti. Kyra langsung pergi ke ballroom KI entertainment begitu mendapat kabar tentang press conference hari ini.
Kyra sudah siap dengan kamera superzoom miliknya, yang ia beli dengan uang Ayah. Bodo amat dengan gengsi. Yang penting, Kyra bisa mengambil foto Asoka dengan kualitas terbaik.
Tepat ketika Asoka menaiki panggung, Kyra mengarahkan kameranya bersamaan dengan para wartawan yang sedang meliput. Kyra dapat akses masuk ke ballroom ini karena ia salah satu aktris yang bernaung di KI entertainment.
Kyra nyaris menjerit saat berhasil mendapatkan foto Asoka yang tampak begitu tampan di dalam kameranya. Mata ramah Asoka tampak cemerlang terkena sinar bliss dari kamera yang diarahkan wartawan. Senyumnya begitu lebar seperti iklan pasta gigi. Bgaian mana pun dari tubuh Asoka, tidak ada yang mempunyai cela. Bagi Kyra, Asoka memang sudah terlahir sempurna.
Persis ketika Asoka sedang memegang mix, Kyra mendapat pesan dari manajernya. Sebuah pesan berisi tawaran menjadi peran pendukung di drama kolosal berjudul The History of Prambanan. Kyra baru akan membalas bahwa ia tak terlalu suka bermain drama kolosal, tetapi ketika telinganya menangkap suara seksi Asoka yang mengatakan bahwa ia akan bermain di drama yang berjudul sama dengan naskah yang ditawarkan ke Kyra, ia refleks menjerit heboh dan melompat-lompat riang.
Akhirnya! Setelah ribuan purnama, Kyra bisa berada dalam satu frame dengan Asoka! Apakah, Kyra yang akan menjadi tokoh utama perempuannya?
Ketika menyadari suasana yang mendadak hening, Kyra berhenti melompat dan menemukan dirinya sedang menjadi pusat perhatian. Bahkan Asoka pun ikut-ikutan diam dan memandanginya heran. Apakah, teriakan Kyra memang sekencang itu? Apa Kyra sudah membuat acara press conference Asoka berantakan?
Kyra langsung memukul mulutnya sendiri dan berlari keluar ruangan sambil menutupi wajah. Astaga, Kyra malu sekali! Mau ditaruh mana mukanya setelah ini? Bagaimana jika Asoka mengenalnya sebagai pembuat onar?
****
Asoka sudah memutuskan untuk membintangi serial drama kolosal, untuk kali pertama. Ia sudah mengenal Sebastian, sutradara yang menangani proyek ini dan sang penulis naskah, Subagiyo. Drama yang mereka garap selalu laku dipasaran, meskipun aktor yang mereka pilih merupakan aktor pendatang baru. Subagiyo bahkan sudah memiliki beberapa judul drama yang sukses mencetak puluhan juta dolar.Dulu ketika masih kecil, Asoka ingat betul jika drama kolosal bertema kerajaan Jawa, menjadi begitu aneh ketika ditampilkan di layar televisi. Begitu pula dengan properti dan busana yang digunakan. Hanya segelintir orang saja yang menyukainya. Tetapi kini, berkat tangan-tangan terampil, stigma aneh itu tak lagi melekat. Orang-orang mulai menyukai drama kolosal yang menggunakan subtema ilmu hitam, kejawen, dan sejenisnya. Mereka bahkan tak tanggung-tanggung membuat set kerajaan bernilai ratusan juta rupiah."Pemeran utama drama ini adalah Bandung Bondowoso," terang Suba
Sebagai dayang pribadi tokoh utama perempuan, peran Kyra nyaris ada dalam setiap scene yang memampilkan tokoh utama. Kyra akan menjadi dayang yang setia dan patuh, juga seorang pendengar yang baik. Ia bersahabat dengan majikannya dan diam-diam menyukai karakter utama pria. Hanya saja, di akhir cerita, Kyra akan mengorbankan dirinya untuk mati. Bukankah, nasib Kyra terdengar mengenaskan? Meskipun hanya seorang babu, tetapi peran Kyra cukup penting di drama ini. Ia juga yang akan membantu kisah kedua tokoh utama seperti mak comblang. Kyra sengaja membeli beberapa perlengkapan yang biasa digunakan oleh para pelayan di era kerajaan jawa dan memamerkannya pada Bianca. "Gue beli ini online, langsung dari Jawa Tengah," kata Kyra riang. Ia kemudian menunduk untuk memandang Bianca dengan sorot serius. "Dengan properti ini, gue yakin bisa mendalami peran da
Bukan Asoka yang kemudian membantu Kyra berdiri, tetapi Videlia. Dengan tatapan khawatir yang tidak dibuat-buat, Videlia memegangi kedua bahu Kyra lembut. "Kamu nggak apa-apa?" "Aku nggak apa-apa," kata Kyra, dengan mata berkaca-kaca menahan tangis. Ia bahkan hanya bisa menunduk dan meremas kedua tangannya tanpa berani menatap Asoka. Kyra kesal karena pertemuan pertamanya dengan Asoka sebagai sesama artis, justru berakhir buruk. Tetapi, Kyra kemudian mengambil napas dalam-dalam dan meyakinkan diri. Tidak, Kyra harus ingat tujuannya menghampiri Asoka dan Videlia. Kyra hari ini datang sebagai aktris, bukan fans fanatik atau ketua klub yang mengidolakan Asoka. Kyra kemudian mengulurkan tangannya pada Videlia dan tersenyum manis. "Namaku Vanila, aku yang hari ini berperan sebagai Sarini, dayang pribadinya Gusti Roro. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik. Mohon bimbingannya." "Ah, ya
Asoka tidak bisa berhenti untuk bertanya-tanya dan merasa penasaran setengah mati. Jika Asoka tak menuntaskannya sekarang, nanti malam Asoka pasti tidak akan bisa tidur nyenyak dan terbayang-bayang. Dan itu akan berpengaruh pada performa aktingnya besok pagi. Asoka harus memastikan bahwa kejadian tadi hanyalah imajinasinya semata, atau kebetulan yang tidak disengaja. Karena itulah, didorong oleh keinginan implusif, Asoka mendatangi Kyra di parkiran basement dan membawanya pergi. Ia harus bicara pada Kyra agar semuanya jelas. Asoka kemudian menyandarkan punggung Kyra di tembok yang berada paling sudut tempat parkir, terlindung oleh bayang-bayang tembok besar dan cahaya yang remang. Asoka tidak bisa meresikokan dirinya tertangkap oleh paparazi sedang berduaan dengan Kyra, atau citranya sebagai aktor papan atas akan tercoreng. Selama ini, Asoka selalu menjadi aktor dengan image baik dan tak pernah terkena skand
Hal yang paling Kyra inginkan di dunia ini, adalah dekat dengan Asoka. Segala hal tentang Asoka selalu membuat hati Kyra berdebar keras. Bahkan kamarnya yang berada di mansion keluarga Patibrata, dipenuhi oleh foto-foto Asoka dalam berbagai pose. Berkali-kali Ayah memarahi dan menganggap Kyra gila. Ayah juga menyuruh orang melepaskan segala atribut tentang Asoka di dinding-dinding kamarnya, tetapi sebanyak itu pula Kyra menempelkannya kembali, sampai Ayah akhirnya menyerah. Ya, Kyra memang segila itu jika menyangkut Asoka. Ia bahkan rela melakukan apapun demi bisa disapa cowok itu. Tinggal di apartemen Bianca, tentu saja Kyra sudah menempelkan foto Asoka, mulai dari dinding-dinding kamar hingga perabotan. Bianca belum pernah masuk ke kamar ini, jadi, Kyra tak perlu khawatir cewek itu akan marah. Kyra tersenyum tipis saat melihat foto yang ia beri bingkai cantik. Foto itu Kyra dapatkan saat ia menghadiri jump
Kyra mulai mengarahkan ponselnya secara diam-diam untuk merekam Asoka yang sedang berakting di depan kamera. Cowok itu selalu bisa tenggelam dalam perannya dengan begitu sempurna, hanya dalam hitungan detik. Tatapan matanya yang tajam dan dalam, lekukan bibir dan setiap senti gerak tubuhnya meneriakkan kata keren. Kyra bahkan tak bisa berkedip saking terpesonanya pada sosok Asoka. Tak salah jika cowok itu dipuja bagai dewa di seluruh negeri. Dan peran yang Asoka lakoni, baik itu drama sejarah, melodrama maupun romance-komedi, selalu saja mendapatkan rating tertinggi. Bakat Asoka memang tidak main-main. Dia seperti terlahir sebagai aktor. Mengidolakan Asoka dan bisa sedekat ini dengannya, tentu saja merupakan berkah yang Kyra syukuri sepanjang hidupnya. Kesempatan sesempurna ini, harus Kyra abadikan sebaik-baiknya. Benar, kan? Karena Kyra tak tahu kapan lagi ia bisa berada sedekat ini dengan Asoka-nya. Kyra menepuk p
Asoka memang selalu terlihat luar biasa dalam kondisi apapun. Ia profesional ketika bekerja dan bersikap akrab dengan lawan mainnya. Segala hal yang berada di sekeliling Asoka seperti ikut merasakan sinar bintang yang mengelilingi cowok itu. Mata Asoka yang berkilat tajam saat memerankan tokoh pangeran bijaksana membuat hati Kyra meleleh. Bagaimana bisa ia mempunyai kemampuan akting yang luar biasa?Sudah puluhan drama hingga film yang dibintangi Asoka selalu Kyra tonton, dan ia selalu mengagumi cara Asoka membangun chemistry dengan setiap lawan mainnya. Cowok itu selalu cocok dipasangkan dengan siapapun, baik aktris yang berusia lebih tua maupun lebih muda darinya. Dengan Videlia, ini adalah kali kedua Asoka terlibat dalam project yang sama. Mereka pernah satu frame dua tahun lalu di film bergenre romance-fantasy yang sukses meraup satu juta penonton pada penayangan hari pertamanya. Dan Kyra, cukup beruntung bisa menghadiri gala premier film itu karena k
Bak sebuah takdir yang telah digariskan oleh semesta, Kyra melihat Asoka yang baru saja keluar dari kamar ganti. Cowok itu luar biasa tampan dengan kostum ala-ala pangeran Jawa. Tak ada kesan kuno atau aneh. Justru kharisma seorang Asoka bertambah berkali-kali lipat. Dia seolah baru saja keluar dari gerbang antar dimensi, seperti dongeng yang berubah jadi nyata. Kostum yang digunakan sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga tampak lebih modern, tetapi tetap tidak meninggalkan kesan tradisional dan adat jawa yang kental. Sudah berkali-kali Kyra melihat penampilan Asoka yang menawan, tapi tetap saja, dia tak bisa mengedipkan mata barang sejenak. Asoka... memang betulan dewa yang diutus untuk menggetarkan hati setiap wanita di dunia. Ke mana perginya Kyra yang tadi sok-sok'an mau protes? Sosok Asoka yang kian menjauh akhirnya menyadarkan Kyra dari keterpakuannya. Dia buru-buru menghampiri Asoka, n
Kyra tersenyum jail. Dia memiringkan kepala untuk memandang Asoka yang sedang mengalihkan tatapan sambil menutup sisi wajahnya dengan bantal. Wajah Asoka tampak memerah, berulang kali berusaha untuk menghindari Kyra.Sebelumnya, biar Kyra yang bercerita tentang apa yang terjadi dua jam lalu.Kyra sedang dalam perjalanan ke kantor KP Ent saat tas-nya dijambret. Semua barang-barang pribadi Kyra ada di dalam tas, mulai dari kunci mobil, KTP hingga ponsel. Tentu saja Kyra sudah melapor ke kantor polisi. Tapi karena rapat ini sangat penting, jadi Kyra menunda untuk melaporkannya dan menunggu saat pulang.Rupanya, rapat tidak berjalan terlalu baik dan Kyra baru bisa meninggalkan kantor pukul sembilan malam. Kyra sempat meminta bantuan Ayah untuk memblokir kartu kredit-nya, sehingga
Kyra terbangun di pagi harinya dan menemukan dirinya sudah berada di atas ranjang. Saat kesadaran Kyra mulai kembali, dia baru menyadari jika semalam Asoka datang berkunjung dan masuk ke dalam apartemennya. Mereka nonton TV bersama di ruang keluarga, lalu setelah itu, Kyra sudah kehilangan kesadaran.Astaga, Kyra malu sekali!Bisa-bisanya, dia tertidur di sebelah Asoka dengan begitu santainya. Asoka pasti akan marah-marah begitu mereka bertemu nanti. Bahkan sampai sekarang pun, Kyra tak tahu alasan sebenarnya Asoka masuk ke dalam apartemen. Padahal sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu...Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul delapan di atas nakas, Kyra buru-buru bangkit dari kasurnya untuk menuju dapur. Kyra lapar sekali. Kalau tidak salah, dia masih memiliki roti tawar
Nuansa dingin kali ini sama persis ketika mereka berdua kembali ke apartemen Asoka setelah berlibur dua bulan di luar negeri. Asoka sama sekali tidak menyentuh masakan buatan Kyra dan memilih untuk memesan makanan sendiri, atau pergi ke restoran bawah untuk makan.Asoka benar-benar mengabaikan Kyra sepenuhnya.Dia menganggap jika liburan mereka selama dua bulan, atau kedekatan mereka di rumah sakit tiga minggu lalu sama sekali tidak memiliki arti apapun baginya. Dia membuat Kyra terbang tinggi, kemudian menjatuhkannya menjadi serpihan debu yang tak berguna.Bukanka
Asoka tak menyangka jika Kyra akan begitu peduli dan telaten mengurus Asoka di rumah sakit. Gadis itu membelikan semua makanan yang diinginkan Asoka, membersihkan bekas piringnya, memotong buah, menyuapi Asoka hingga membantunya berganti baju dan pergi ke kamar mandi. Semua itu Kyra lakukan tanpa mengeluh sedikit pun. Senyum Kyra bahkan selalu terlukis manis, dan dia membuat hari-hari Asoka berubah menyenangkan dengan menceritakan beberapa kisah, membacakan berita terbaru, hingga menggosipkan Bianca yang tak kunjung jadian dengan atasannya padahal sudah beberapa kali tidur bareng
Asoka mendadak penasaran.Bagaimana jika cara menghilangkan kutukan itu adalah untuk dengan menghamili Kyra? Jika memang benar, Asoka tak akan sanggup melakukannya. Jika ada anak di antara mereka, maka Asoka harus menghabiskan lebih banyak waktu dengan Kyra dan melewati batas kontak dua tahun. Belum lagi jika bercerai nanti, hak asuh kemungkinan besar jatuh ke tangan Kyra. Mana mungkin, Asoka bisa membuang anaknya sendiri? Atau membiarkannya mempunyai orangtua broken home dan memiliki mental yang buruk?Hanya dengan membayangkannya saja Asoka tidak bisa.Mungkin Asoka bisa menyerahkan masalah kutukan ini pada keturunan Bagaskara selanjutnya.Namun, Asoka sudah sampai sejauh ini. Dia tidak boleh menyerah sebelum berusaha kan?Asoka bingung sekali. Tiba-tiba dia berpikir jik
“Sore-sore ngeteh sambil makan pisang sama ketela goreng emang juara banget sih.” Kyra mencomot pisang ke-tiganya dengan lahap. Bibir Kyra sudah penuh minyak, tetapi dia tak peduli dan masih mengunyah camilan sorenya dengan lahap. “Apalagi udaranya sejuk banget. Kayaknya aku bakal betah tinggal di sini lama-lama.”“Tinggal di sini aja, Kak. Sama aku. Kamarnya Kak Soka ngaggur tuh, sampe dibuat tempat tinggal laba-laba sama kecoak.” Adrian membalas dengan nada riang. Begitu pula dengan senyumnya yang terlukis lebar. “Aku pasti bakalan seneng banget ada yang nemenin. Apalagi Kak Kyra cantik banget. Jadi enggak bosen kalau dilihatin lama-lama. Nanti aku ajak main-main ke sawah, sungai, air terjun sama puncak gunung deh.”Kyra terkekeh. Dia menatap Adrian dengan matanya yang menyipit. “Kedengerannya seru banget. Kalau mau ke puncak
Rupanya, tempat tinggal kakek Asoka dan Adrian berada di luar kota, tepatnya di kaki gunung Sewu. Butuh perjalanan sekitar empat jam untuk sampai di sana. Namun, Kyra tak merasakan lelahnya karena sepanjang perjalanan dia terus-terusan mengoceh dan Asoka yang mendengarkan dengan saksama. Sesekali, Asoka akan menjawab meski hanya dengan gumaman atau kata-kata singkat. Meski begitu, Kyra sama sekali tidak keberatan.Udara sejuk langsung menerpa wajah Kyra saat dia membuka kaca jendela mobil. Rambutnya yang terurai langsung berantakan, beterbangan ke segala sisi. Kyra terkekeh dan merapikan rambutnya, sebelum menoleh dan menatap Asoka lugu. “Kak Soka harus sering-sering ngajak aku ke sini, soalnya udaranya sejuk banget. Kayaknya aku bakal betah di sini lama-lama.” Senyum Kyra bertambah lebar. “Kita nginep kan? Gimana kalau tiga hari? Kak Soka sibuk nggak?”&ldq
‘Aku ada di depan apartemenmu.’Mata Kyra membulat saat melihat pesan dari Ayudia di ponselnya. Tak lama, suara bel berbunyi dari pintu depan. Kyra buru-buru meloncat dari kasurnya dan keluar kamar. Diketuknya pintu kamar Asoka berulang kali.“Kak Soka, buka pintunya! Ada yang urgent nih!” Kyra masih mengetuk-ngetuk sambil melihat pintu bagian depan yang masih tertutup rapat, takut jika tiba-tiba kepala Ayudia muncul dari balik pintu. “Kak Soka! Ada Kak Ayudia di depan!”Tak lama, pintu terbuka dan Asoka muncul dengan rambut acak-acakan. Dia menatap Kyra dengan sorot datar. “Apaan sih ribut-ribut. Kalau dateng ya suruh masuk aja.”“Ya seenggaknya aku mau peringatin Kak Soka buat akting jadi suami yang baik.” Kyra mengerucutkan bibir. “Jangan cu
Asoka pikir, hanya dirinya dan Bianca saja yang akan duduk di meja juri dan menilai kualitas akting para aktor rookie yang akan bergabung dengan agensi Kyra. Namun, rupanya juga ada Bianca dan juga... Kendra. Bagaimana bisa cowok itu ada di sini? Seharusnya dia ada di lokasi syuting drama action barunya, bukannya di sini sambil buang-buang waktu. Lagi pula, kenapa Kyra harus meminta bantuan Asoka jika sudah ada Kendra?Melihat Kyra yang langsung mengobrol akrab dengan Kendra tepat saat mereka tiba di lokasi entah mengapa membuat Asoka merasa... jengkel. Terlebih, Asoka merasa dikhianati karena Kyra tidak bilang jika dia juga mengajak Kendra.Duduk di kursi, Asoka kemudian memainkan ponselnya sambil menunggu pemilihan dimulai. Dia tidak ingin bertambah