Beranda / Pernikahan / My Beloved Partner / Wisang Resmi Bercerai

Share

Wisang Resmi Bercerai

Penulis: Mrs Dream Writer
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-11 21:24:36

Setelah melalui proses panjang di pengadilan, perceraian antara Dimas dan Wisang akhirnya disetujui. Pengadilan memutuskan pembagian harta gono-gini, memberikan Wisang separuh dari total aset yang selama ini mereka bangun bersama. Keputusan ini bukan hanya kemenangan di mata hukum tetapi juga awal dari kebebasan Wisang yang telah lama terkungkung dalam bayang-bayang Dimas. Wisang merasa lega, meskipun perceraian ini adalah akhir dari hubungan yang sempat ia perjuangkan.

Di luar ruang sidang, Wisang berdiri dengan perasaan campur aduk, mencoba mencerna keputusan pengadilan yang baru saja diketuk. Ia melihat pengacaranya, Pak Adnan, menghampiri dengan senyum penuh kemenangan.

“Selamat, Wisang,” kata Pak Adnan sambil mengulurkan tangan. “Akhirnya kita berhasil mendapatkan yang menjadi hakmu.”

Wisang menjabat tangan Pak Adnan dengan erat. "Terima kasih banyak, Pak. Semua ini mungkin nggak akan tercapai tanpa bantuan Anda."

Pak Adnan mengangguk penuh keyakinan. “Saya hanya menjalankan tuga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Beloved Partner   Yayasan Baru

    Beberapa minggu setelah perceraian resmi Wisang dan Dimas, hidup mulai memasuki fase yang lebih stabil. Wisang sibuk dengan rencana barunya, sementara Taka semakin fokus pada yayasan pendidikan yang sedang ia bangun. Keduanya sering berkomunikasi, berbagi ide, dan perlahan membangun kembali kepercayaan yang sempat terguncang karena konflik masa lalu.Pada suatu pagi di akhir pekan, Wisang datang ke kantor kecil yang baru saja disewa Taka untuk yayasannya. Di dalam, ada beberapa kotak berisi buku, perlengkapan belajar, dan proposal proyek. Taka, yang mengenakan kemeja putih sederhana, tengah sibuk memeriksa daftar donatur yang sudah mulai masuk."Hebat sekali, Taka," puji Wisang saat masuk. "Kantor ini sederhana, tapi aku bisa merasakan energinya. Aku yakin tempat ini akan jadi awal dari banyak perubahan besar."Taka tersenyum sambil menyerahkan secangkir kopi yang ia siapkan. "Aku hanya berusaha mewujudkan mimpi kecil, Wisang. Tanpa dukunganmu, mungkin ini akan terasa jauh lebih sulit

  • My Beloved Partner   Menjadi Tutor (Pertemuan)

    “Kau? Sedang apa disini?” tanya Taka dengan mata melebar menatap seorang wanita berbalut dress formal dengan balutan cardigan denim yang memberi kesan lebih kasual yang tengah berdiri di hadapannya.“Papa sudah pulang?” sahut seorang anak remaja bernama Ghenta itu menyahutnya.“Ya, dan kalian sedang apa?” tanya Taka kembali mengulang tanyanya.“Papa, ini Mrs Dini yang menjadi Guru Pengajarku. Papa sudah menyetujuinya kan dan kami sudah dua pekan mulai belajar. Jangan katakan Papa melupakannya,” ucap Ghenta panjang lebar. ”Oh, begitu ya. Maaf sayang, Papa bukannya lupa hanya kaget karena Mrs Dini yang kamu katakan ini adalah Tante Wisang istrinya sahabat Papa. Kau ingat Om Dimas?” jawab Taka sambil menyodorkan tangannya kepada Wisang.“Really? Mrs Dini adalah istri Om Dimas?” ucap Ghenta sangat terkejut mengetahuinya.Dan wanita yang disebut keduanya itu pun mengangguk sambil tersenyum.“Waah, asyik dong,” seru Ghenta yang memang merasa nyaman belajar dengan Wisang menjadi sangat antu

  • My Beloved Partner   Wisang Sakit

    Rasanya sedikit aneh tidak mendengar suara Wisang beberapa hari ini di rumahnya. Taka bertanya pada Genta, tetapi anaknya pun tidak tahu alasan di balik ketidakhadiran gurunya tersebut.“Pak, Tuan Dimas meminta bertemu!” ucap Magda di line telepon. Magda seorang sekretaris Taka yang cantik dan menaruh hati pada pria tampan keturunan Jepang itu.‘Suatu kebetulan yang bagus, aku bisa sekalian bertanya kepada Dimas mengenai kabarnya Wisang,’ ucap Taka di dalam hatinya sambil berjalan keluar dari ruangannya.Di ruangan tamu kantornya, Taka melihat Dimas tengah duduk bersama seseorang. Seperti biasa, wanita itu adalah sekretarisnya yang sudah cukup dikenal juga oleh Taka karena selalu mengekori kemanapun Dimas melangkah. “Hai Bro, apa kabarmu?” tanya Dimas langsung menyambut kedatangan Taka yang menghampiri mejanya.Kedua pria itu pun berangkulan saling memberi salam.“Hai, aku Sandra,” ucap wanita itu sambil menyodorkan tangannya. Namun Taka mengabaikannya.“Bagaimana kabarmu? Oh ya

  • My Beloved Partner   Lunch

    Taka kemudian mengajak Wisang ke sebuah restoran yang terlihat tidak terlalu ramai.Kebetulan sekali tempat itu menyediakan menu yang cukup recommended sehingga Wisang pun menyetujuinya. “Sebenarnya aku tidak peduli kamu mau mengajakku makan apa,” ucap Wisang sambil tetap membuang pandangannya ke arah luar mobil. Taka tahu jika saat ini suasana hati Wisang pasti sangat-sangat buruk. Baru saja Taka menepikan mobilnya di parkiran, sebuah panggilan telepon dari putranya masuk. “Oh begitu ya, baiklah … Tidak masalah. Lagi pula besok kan kau libur panjang. Jadi kau bisa berangkat bersama Nenek dengan tenang. Bye, ayah akan menjemputmu nanti,” ucap Taka kepada sang putra“Putraku akan bepergian dengan ibu. Entah apa yang sedang direncanakan oleh ibuku itu dia selalu saja memiliki kesibukan,” ucap Taka sambil melangkah turun dari mobilnya. Wisang kemudian mengikuti dan mereka berjalan beriringan menuju bagian dalam restoran. “Kau mau pesan menu apa?” tanya Taka. “Hatiku sedang tidak ny

  • My Beloved Partner   Sentuhan Yang Hebat

    “So, kita makan lagi atau kamu mau istirahat dulu,” ucap Taka sambil meraih wanita itu ke dalam pelukannya.“Aku lapar lagi, makan dulu yu sebelum perutku bernyanyi panjang,” ucap wanita bernama Wisang itu kepada Taka dengan manjanya.“Okay, just of to you, honey,” bisik Taka sangat lembut.“Mulai deh, gombal,” ucap Wisang sambil mencubit kecil pinggang pria tersebut.Mereka kemudian berjalan ke arah restoran yang berada tidak jauh dari hotel tersebut. Dengan menggunakan sebuah koridor penghubung, mereka bisa mengakses restoran berkelas itu dengan sangat mudah.Pilihan Wisang pun berakhir pada sebuah restoran Sunda yang menyuguhkan berbagai suguhan khas bumi Parahyangan ini.“Aku suka nasi liwet komplitnya, bagaimana?” ucap Wisang kepada Taka meminta persetujuan pria tersebut.“Terserah, aku ikut saja,” jawab Taka seperti biasa.“Ah, dan dua porsi sundae ice cream untuk penutupnya ya,” ucap Wisang dengan tanpa segan memesankan menu makan siang mereka kali ini.Sambil menunggu pesanan

  • My Beloved Partner   Jerat Hasrat (21+)

    “Kau membuatku basah,” ucap Taka sambil menarik tubuh Wisang ke dalam dekapannya.Wisang yang mulai mencium bau hormon berkembang sejak masuk ke kamar bungalow ini tidak bisa lagi menampik tatapan sendu Taka.“Keringat maksudku!” ujar Taka sambil menyentil dahi Wisang untuk kesekian kalinya.“Awww … seneng banget nyentil jidat orang sih? Sakit, tau!” balas Wisang dengan bibir yang sudah manyun. Membuat Taka semakin gemas pada istri orang ini.Wisang tersenyum, jeda berikutnya dia justru memutar tubuhnya menjadi berhadapan dengan Taka. Dia mencondongkan tubuhnya hingga membuat Taka harus memundurkan tubuh untuk memberikan Wisang ruang.“Cium aku lagi,” ucap Wisang yang entah mendapatkan keberanian dari mana melakukannya.Wanita itu terus menatap Taka dengan intens, membiarkan gairah kembali menyapa mereka berdua kali ini.“Ayo Taka, aku menginginkannya,” ucap Wisang dengan semakin menghimpit pria itu.Dua buntalan kembar Wisang yang berada di balik kemeja berkancing wanita itu kini sem

  • My Beloved Partner   Kesayangan

    “Sialan lu. Gue kaget tau!” balas Taka sambil melempar pulpen dari saku nya. Untung saja lemparan Taka meleset. Jika tidak, sudah dipastikan jidat Dimas sebagai tempat mendarat yang sempurna.“Lagian gue panggil dari tadi lu diem aje.”Taka hanya tertawa melihat sahabatnya yang semakin lama semakin berisi itu.“Sejak nikah gendutan, Lu?”“Susunya cocok dong!!” jawab Dimas memamerkan gigi putihnya yang berjejer rapi.Jawaban Dimas menggelitik batin Taka, jika saja dia tidak tahu kondisi rumah tangga Dimas, dipastikan dia akan ikut tertawa. Nyatanya Taka malah bersikap datar setelah tadi sempat tertawa. Dia melihat Dimas sebagai sosok lelaki yang tidak bertanggung jawab sekarang. Meskipun dia sendiri juga bukan lelaki baik karena mengajak istri sahabatnya sendiri berselingkuh.“Ngapain lu kesini?” tanya Taka setelahnya.“Lu ikutan tender kain batik yang diminta Pak Menteri?” tanya Dimas mulai serius. Dimas tahu sepak terja

  • My Beloved Partner   Kunjungan Dadakan Bunda Mertua

    “Wisang … Wisang …!!” Terdengar suara mertua Wisang di balik pintu, membuat ciuman itu berhenti dan Taka menjerit karena bibirnya digigit Wisang.“Auuww …!!”“Shut! Diem Taka… sana cepet ke kamar aku dan ngumpet!! Ada mertua aku!”Taka langsung melotot dan lari terbirit-birit ke dalam kamar diikuti Wisang dan menyimpan Taka di lemarinya. “Jangan keluar sampai aku datang ya!” perintah Wisang yang membuat Taka mengernyit.“Kaki aku ga muat, Sayang!”“Tekuk aja udah. Cepet Taka!!”Taka langsung mendesah dan langsung menekuk kakinya agar muat di lemari Wisang yang memang tidak mempunyai ruang yang besar.“Ampun deh! Sempit banget!!” Umpat Taka pasrah saat Wisang langsung menutup lemari itu dan menguncinya.Sambil membereskan wajah dan bajunya yang sempat berantakan akibat ulah Taka, Wisang menenangkan degup jantungnya dan sebisa mungkin santai menghadapi mertuanya.Wisang membuka pintu itu dan ber

Bab terbaru

  • My Beloved Partner   Yayasan Baru

    Beberapa minggu setelah perceraian resmi Wisang dan Dimas, hidup mulai memasuki fase yang lebih stabil. Wisang sibuk dengan rencana barunya, sementara Taka semakin fokus pada yayasan pendidikan yang sedang ia bangun. Keduanya sering berkomunikasi, berbagi ide, dan perlahan membangun kembali kepercayaan yang sempat terguncang karena konflik masa lalu.Pada suatu pagi di akhir pekan, Wisang datang ke kantor kecil yang baru saja disewa Taka untuk yayasannya. Di dalam, ada beberapa kotak berisi buku, perlengkapan belajar, dan proposal proyek. Taka, yang mengenakan kemeja putih sederhana, tengah sibuk memeriksa daftar donatur yang sudah mulai masuk."Hebat sekali, Taka," puji Wisang saat masuk. "Kantor ini sederhana, tapi aku bisa merasakan energinya. Aku yakin tempat ini akan jadi awal dari banyak perubahan besar."Taka tersenyum sambil menyerahkan secangkir kopi yang ia siapkan. "Aku hanya berusaha mewujudkan mimpi kecil, Wisang. Tanpa dukunganmu, mungkin ini akan terasa jauh lebih sulit

  • My Beloved Partner   Wisang Resmi Bercerai

    Setelah melalui proses panjang di pengadilan, perceraian antara Dimas dan Wisang akhirnya disetujui. Pengadilan memutuskan pembagian harta gono-gini, memberikan Wisang separuh dari total aset yang selama ini mereka bangun bersama. Keputusan ini bukan hanya kemenangan di mata hukum tetapi juga awal dari kebebasan Wisang yang telah lama terkungkung dalam bayang-bayang Dimas. Wisang merasa lega, meskipun perceraian ini adalah akhir dari hubungan yang sempat ia perjuangkan.Di luar ruang sidang, Wisang berdiri dengan perasaan campur aduk, mencoba mencerna keputusan pengadilan yang baru saja diketuk. Ia melihat pengacaranya, Pak Adnan, menghampiri dengan senyum penuh kemenangan.“Selamat, Wisang,” kata Pak Adnan sambil mengulurkan tangan. “Akhirnya kita berhasil mendapatkan yang menjadi hakmu.”Wisang menjabat tangan Pak Adnan dengan erat. "Terima kasih banyak, Pak. Semua ini mungkin nggak akan tercapai tanpa bantuan Anda."Pak Adnan mengangguk penuh keyakinan. “Saya hanya menjalankan tuga

  • My Beloved Partner   Dimas Ditangkap Polisi

    Wisang segera menyadari bahwa mereka tak punya banyak waktu. Mendengar suara langkah-langkah yang mendekat, ia menoleh cepat pada Taka, lalu berbisik, “Ayo, kita harus pergi sekarang!”Taka, yang masih memeluk Ghenta erat, menatap Wisang dengan tatapan tegang, namun ia tahu bahwa ini adalah saat yang paling krusial. Dengan gerakan cepat, Wisang menggandeng tangan Taka dan memberi isyarat agar mereka bergerak dengan tenang menuju pintu belakang.“Kita ke mobilku,” Wisang berbisik sambil menoleh ke belakang, memastikan tak ada yang memperhatikan. “Mobilku terparkir di belakang rumah ini.”Mereka berjalan hati-hati, berusaha menahan suara langkah mereka agar tidak terdengar dari depan. Ghenta yang merasa kehadiran ibunya sangat menenangkannya, memeluk Taka tanpa banyak bicara, seolah memahami bahwa situasi ini tidak biasa.Saat mereka berhasil mencapai pintu belakang dan melangkah keluar menuju mobil Wisang yang tersembunyi di antara pepohonan, Wisang segera membuka pintu belakang dan me

  • My Beloved Partner   Ghenta Ditemukan

    Saat Wisang melihat lampu mobil Taka mendekat, hatinya berdebar. Ia menutup toko bunga dengan cepat, menyapu pandangan ke sekitar memastikan tak ada siapa pun yang memperhatikan. Ketika mobil Taka berhenti tepat di depannya, ia berjalan menghampiri sambil mencoba meredakan kekhawatiran yang memenuhi pikirannya.Taka keluar dari mobil dengan langkah cepat dan wajah yang tegang. Tatapan mata mereka bertemu, dan dalam sekejap Wisang tahu bahwa Taka sedang menghadapi situasi yang berat.“Taka…” Wisang berbisik, namun suaranya cukup jelas dalam keheningan malam itu. “Apa yang terjadi? Kenapa kau ke sini?”Taka terdiam sejenak, menatap Wisang dengan sorot mata yang tak tertebak. "Aku tak bisa menahannya lagi, Wisang," suaranya bergetar, menandakan kepedihan yang tersembunyi di balik wajah tenangnya. "Aku harus bicara denganmu."Mereka berdua masuk ke dalam toko bunga yang sudah gelap. Wisang menyalakan lampu kecil di sudut, cukup untuk menerangi wajah mereka tanpa menarik perhatian dari lua

  • My Beloved Partner   Aku Selama Ini Menikahi Pria Aneh

    Pria yang baru saja memasuki toko bunga itu menatap Wisang dengan pandangan yang tajam dan intens. Wajahnya tidak asing, namun ada sesuatu yang membuat Wisang merasa tak nyaman. "Aku mendengar kau memulai usaha baru," ucap pria itu dengan nada dingin. "Kukira kau sudah melupakan masa lalu kita."Wisang berusaha menjaga ketenangannya, meski hatinya mulai berdebar tak karuan. “Dimas,” gumamnya pelan, tak ingin menunjukkan kepanikan yang merayapi dirinya. “Apa yang kau lakukan di sini?”Dimas tersenyum sinis, melangkah lebih dekat, membuat jarak di antara mereka semakin sempit. “Oh, aku hanya ingin memastikan bahwa kau benar-benar mengerti situasi ini, Wisang. Taka bukan untukmu. Kau harus berhenti bermimpi. Jika kau tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk...”Wisang mengepalkan tangannya, mencoba menahan emosi yang mulai memuncak. "Kau pikir ancaman seperti itu akan membuatku mundur? Sudah cukup. Kau tidak berhak menentukan hidupku, atau hidup Taka!"Dimas tertawa kecil, suaranya sarat d

  • My Beloved Partner   Keputusan Wisang

    Wisang menatap Taka dengan tatapan tajam, seolah berharap jawaban yang selama ini ia nanti akan terungkap. "Apa sebenarnya maumu, Taka? Kau tak bisa terus bersikap seperti ini tanpa penjelasan," desaknya. Suaranya serak, terbata oleh emosi yang nyaris meledak.Taka menundukkan kepala, memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana, mencoba menyembunyikan perasaan yang berkecamuk di hatinya. “Aku hanya ingin kau bahagia, Wisang,” jawabnya lirih, nyaris berbisik. "Dan aku tahu... jika aku tetap di hidupmu, kebahagiaan itu tak akan pernah ada."Wisang tercengang mendengar kata-kata itu. Hatinya mencelos, teriris oleh keputusasaan. “Kau pikir dengan meninggalkanku, aku akan bahagia?” suaranya bergetar, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.Taka menghela napas panjang, lalu mengangkat wajahnya, menatap lurus ke mata Wisang. "Ya," jawabnya, tegas namun lirih. "Kita tidak bisa terus begini, Wisang. Setiap langkah yang kita ambil bersama hanya akan membawa lebih banyak luk

  • My Beloved Partner   Aku Berhak Tahu

    Wisang menatap Taka, mencoba meredam luapan emosinya yang seakan hendak meledak. "Apa maumu sebenarnya, Taka? Aku berhak tahu," desaknya, suaranya serak karena keputusasaan yang mendesak keluar.Taka kembali menunduk, kedua tangannya dimasukkan ke saku celananya. Sejenak, hanya angin sore yang menjadi saksi dari ketegangan di antara mereka. "Aku hanya ingin kau bahagia, Wisang," ucap Taka pelan. "Dan aku tahu, dengan aku di hidupmu, kebahagiaan itu takkan pernah ada."Wisang tersentak mendengar itu. Hatinya terasa mencelos. "Apa maksudmu? Kau pikir dengan meninggalkanku, aku akan bahagia?""Ya," jawab Taka, matanya akhirnya menatap langsung ke dalam mata Wisang. "Aku tidak bisa terus ada di sini, mendampingimu, sementara aku tahu setiap langkah kita bersama hanya akan membawa lebih banyak luka. Ini yang terbaik untuk kita berdua."Tapi Wisang tak bisa menerima itu begitu saja. Semua yang telah mereka lalui, semua perasaan yang terbangun di antara mereka, begitu saja dibuang? "Aku tahu

  • My Beloved Partner   Apa Maumu Sebenarnya?

    "Aku selalu tahu, ada yang aneh dengan hubunganmu dan Dimas," kata Nadia dengan nada sinis. "Dan sekarang, setelah semua drama perceraian itu, kau berharap bisa menjadi istri Taka, ya?"Kata-kata itu menghantam Wisang seperti batu keras. Wajahnya memerah, bukan hanya karena marah, tapi juga karena rasa malu yang tiba-tiba menyeruak. "Apa maksudmu?" Wisang berusaha menjaga suaranya tetap tenang, meskipun dadanya bergemuruh.Nadia tertawa kecil, matanya memicing licik. "Oh, ayolah, Wisang. Semua orang bisa melihatnya. Kau memilih bercerai dari Dimas, lalu mendekati Taka. Kau pikir tak ada yang menyadari itu? Kau benar-benar berpikir Taka akan menggantikan posisimu yang sekarang hancur?"Wisang mengepalkan tangan, mencoba menahan amarah yang semakin mendidih. "Apa yang kau tahu tentang hidupku, Nadia?" tanyanya, berusaha menjaga nadanya tetap stabil. "Aku tidak perlu penilaianmu."Nadia melipat tangan di dadanya, senyumnya semakin melebar. "Oh, aku t

  • My Beloved Partner   Taka Berubah

    Keesokan harinya, Wisang berangkat ke kantornya dengan perasaan yang bercampur aduk. Setelah kejadian semalam di kafe, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Pria misterius itu menyebut Dimas, memberikan petunjuk samar, tapi tak banyak yang bisa Wisang lakukan dengan informasi terbatas. Pencariannya tentang Taka terus menyisakan banyak misteri yang belum terpecahkan.Saat Wisang memasuki lobi kantor, dia langsung melihat Taka berdiri di dekat lift, sedang berbicara dengan rekan kerja. Tubuh Wisang tegang seketika. Taka terlihat seperti biasa—rapi, tenang, namun ada sesuatu yang berbeda. Dia menyadari Taka tidak lagi menunjukkan kehangatan yang biasanya terpancar dalam tatapan matanya. Malah, saat Taka sekilas melihatnya, pria itu segera mengalihkan pandangan seolah Wisang tak ada di sana.Wisang mencoba mendekat, berharap bisa berbicara dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Taka!" panggilnya dengan suara pelan namun penuh harap.Namun, Taka hanya menoleh singkat tanpa eksp

DMCA.com Protection Status