Share

Diuji

last update Last Updated: 2024-12-07 21:53:03

Keesokan harinya, Taka dan Wisang memutuskan untuk tidak tinggal diam. Mereka tahu Dimas tidak akan berhenti sampai dia menghancurkan yayasan dan hubungan mereka. Bersama-sama, mereka mulai merancang strategi untuk melindungi apa yang telah mereka bangun.

"Kita harus mencari tahu apa rencana Dimas selanjutnya," ujar Wisang saat mereka berdiskusi di kantor yayasan.

Taka mengangguk. "Aku juga akan menghubungi beberapa teman lama yang mungkin bisa membantu kita. Jika Dimas ingin bermain kotor, kita harus selangkah lebih maju darinya."

Di sisi lain, Dimas yang merasa rencananya mulai membuahkan hasil, semakin berani dalam menyerang. Ia menyebarkan rumor tentang yayasan Taka, mencoba mencoreng reputasi mereka di mata donatur.

Namun, Wisang dan Taka tidak tinggal diam. Mereka mulai menghubungi media untuk mengangkat cerita tentang yayasan mereka, menyoroti dampak positif yang telah mereka ciptakan.

Seminggu kemudian, Dimas datang ke kantor yayasan dengan sikap sombongnya. Kali ini, ia memba
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • My Beloved Partner   Kebakaran

    Beberapa minggu setelah pernyataan cinta mereka, yayasan mulai menunjukkan kemajuan pesat. Anak-anak yang membutuhkan mulai datang, kegiatan belajar-mengajar mulai berjalan, dan dukungan dari masyarakat setempat mulai mengalir kembali. Namun, badai berikutnya datang tanpa peringatan.Pada suatu malam, Taka menerima telepon darurat dari staf yayasan."Tuan Taka, kantor yayasan kita terbakar! Api sudah melahap hampir seluruh bangunan!"Taka dan Wisang segera bergegas ke lokasi. Ketika mereka tiba, kobaran api sudah menjalar, menghancurkan semua yang telah mereka bangun. Para petugas pemadam kebakaran bekerja keras untuk mengendalikan situasi, sementara Taka berdiri mematung, menatap pemandangan itu dengan mata berkaca-kaca.“Bagaimana ini bisa terjadi?” Wisang bertanya pada salah satu petugas di lokasi.“Ada indikasi bahwa ini adalah kebakaran disengaja,” jawab petugas itu dengan nada serius. “Kami menemukan jejak bahan bakar di sekitar pintu masuk.”Kejadian ini segera menyebar, dan go

    Last Updated : 2024-12-08
  • My Beloved Partner   Kesetiaan yang Dipertanyakan

    Setelah percakapan emosional mereka, Wisang dan Taka memutuskan untuk menghadapi skandal ini bersama. Namun, usaha mereka untuk mengatasi masalah itu belum selesai. Dimas masih menjadi ancaman besar. Sementara itu, berita tentang kebakaran perusahaan Taka mulai menyebar, membawa konsekuensi yang lebih besar dari sekadar kerusakan fisik.Dua hari kemudian, Taka menerima laporan dari tim investigasi kebakaran. Dokumen yang diserahkan kepadanya mengungkapkan sesuatu yang mencurigakan: kebakaran itu bukan kecelakaan. Ada jejak bahan bakar yang tidak biasa ditemukan di lokasi.“Ini sabotase,” kata Taka, menggenggam laporan itu dengan tangan gemetar. “Seseorang sengaja menghancurkan ini.”Wisang, yang berada di sampingnya, mencoba menenangkan Taka. “Kita harus melapor ke polisi dan mengusut ini sampai tuntas.”Namun, Taka menggeleng. “Tidak semudah itu. Kalau kita membawa ini ke pihak berwajib sekarang, reputasi perusahaan yang tersisa akan hancur. Investor akan pergi, dan aku akan kehilang

    Last Updated : 2024-12-10
  • My Beloved Partner   Lamaran Tak Terduga

    Hari itu, setelah hampir seminggu penuh dengan pertemuan hukum dan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan kebakaran, Wisang dan Taka akhirnya punya waktu untuk duduk bersama, beristirahat sejenak dari segala keruwetan. Mereka berada di sebuah kafe kecil yang sepi, di sudut kota yang sering mereka kunjungi sejak dulu. Tempat itu memiliki kenangan tersendiri bagi mereka, kenangan akan masa-masa sulit yang telah mereka lewati bersama.Wisang duduk dengan tenang, menyandarkan punggungnya pada kursi, menatap Taka yang terlihat lelah namun tetap tegar. "Kamu sudah melalui banyak hal, Taka. Aku terkejut melihat bagaimana kamu bisa tetap teguh menghadapi semuanya."Taka menatap Wisang, senyumnya penuh kehangatan. "Karena aku tahu, aku tidak sendirian. Kamu ada di sini dengan aku. Itulah yang membuatku bisa bertahan."Wisang terdiam sejenak, hatinya dipenuhi oleh perasaan yang sulit diungkapkan. Mereka sudah melalui banyak hal bersama: kebangkitan yayasan, konfrontasi dengan Dimas, dan ket

    Last Updated : 2024-12-15
  • My Beloved Partner   Dimas Tahu Rencananya

    Minggu-minggu berikutnya terasa penuh dengan ketegangan bagi Taka dan Wisang. Mereka terus berusaha untuk membersihkan nama yayasan dari tuduhan palsu yang dilontarkan Dimas. Setiap langkah mereka diawasi dengan cermat oleh para pihak yang ingin melihat mereka gagal. Namun, meskipun beban yang mereka tanggung semakin berat, mereka berdua tetap saling mendukung, berpegangan tangan dengan kuat dan saling memberi semangat.Sementara itu, Dimas semakin terobsesi dengan menghancurkan mereka. Ia tahu bahwa jika ia bisa mengalahkan Taka dan Wisang, ia akan bisa merebut kembali kekuasaan yang pernah ia miliki dan menjadikan mereka sebagai sasaran untuk balas dendam. Dengan pengaruh yang masih dimilikinya, Dimas mulai merancang serangan-serangan lebih licik, memanfaatkan celah di dunia bisnis dan politik untuk memanipulasi keadaan demi keuntungannya.Pada suatu malam, Taka dan Wisang duduk bersama di kantor yayasan, melihat laporan investigasi yang telah mereka susun bersama tim pengacara. Tak

    Last Updated : 2024-12-28
  • My Beloved Partner   Mempercepat Investigasi

    Pesan itu membuat jantung Wisang berdetak kencang. Dia tahu bahwa Dimas pasti sudah mendapatkan informasi tentang mereka. Meskipun dia berusaha menenangkan dirinya, ketegangan kembali melanda. “Taka, kita harus lebih berhati-hati. Dimas tahu apa yang kita lakukan. Dia sedang merencanakan sesuatu yang lebih besar,” ujar Wisang dengan suara tegang.Taka mengerutkan kening, merasakan dorongan kemarahan yang tiba-tiba. “Kami tidak akan mundur sekarang, Wisang. Ini saatnya untuk membuat langkah berani. Dimas tak bisa terus mendikte hidup kita. Kita harus hadapi dia dengan cara yang lebih besar.”Malam itu, mereka memutuskan untuk mempercepat proses investigasi dan mempersiapkan langkah hukum yang lebih tegas. Mereka tidak hanya ingin membersihkan nama yayasan, tetapi juga memberikan pelajaran kepada Dimas tentang betapa berbahayanya kebohongan dan manipulasi yang ia sebarkan.Namun, mereka tidak bisa bekerja sendirian. Dalam pertemuan rahasia dengan beberapa sekutu yang mereka percayai, me

    Last Updated : 2024-12-28
  • My Beloved Partner   Surat Ancaman Lagi

    Meskipun Taka dan Wisang mulai menemukan kebahagiaan mereka setelah melalui banyak cobaan, bayang-bayang masa lalu yang penuh intrik dan pengkhianatan tetap mengintai di sudut kehidupan mereka. Beberapa bulan setelah pernikahan mereka, kedamaian yang mereka bangun mulai terganggu oleh sebuah ancaman yang tak terduga.Sebuah kabar buruk datang melalui surat yang dikirimkan ke kantor yayasan mereka. Surat itu berisi ancaman yang jelas: "Kalian pikir kalian sudah menang? Tidak akan ada yang bisa melarikan diri dari masa lalu. Semuanya akan runtuh, satu per satu."Taka dan Wisang merasa ketegangan mulai kembali merayapi hidup mereka. Meski mereka berpikir bahwa Dimas sudah tidak memiliki kekuatan lagi setelah kejatuhannya, surat ini jelas mengindikasikan bahwa seseorang, mungkin dari lingkaran Dimas yang masih memiliki sisa-sisa pengaruh, berusaha untuk merusak mereka lagi.Taka menggelengkan kepalanya, matanya tajam menatap surat itu. “Ini pasti dari seseorang yang ingin membalas dendam.

    Last Updated : 2024-12-28
  • My Beloved Partner   Tidak main-main

    Taka berdiri di depan jendela, matanya menatap mobil yang terbakar di luar dengan tatapan yang keras. Suasana malam itu terasa semakin menegangkan. Wisang berdiri di sampingnya, tangan terkepal erat. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran, namun juga tekad yang membara.“Dimas... ini sudah di luar kendali,” bisik Wisang, suara bergetar, meski dia mencoba menenangkan dirinya sendiri.Taka mengalihkan pandangannya ke Wisang, kemudian berbalik menghadapnya dengan tatapan penuh rasa waspada. "Tidak, ini bukan hanya Dimas. Ini lebih dari itu, Wisang. Kita tahu siapa yang berusaha menjatuhkan kita, tapi sekarang mereka semakin berani."Wisang menggelengkan kepala, kebingungan merayapi pikirannya. “Tapi bagaimana bisa mereka tahu kita sedang mencari bukti tentang Arka? Bagaimana mereka bisa mendekati kita tanpa kita ketahui?”Taka menggenggam bahu Wisang, menatapnya dengan serius. “Ada seseorang di dalam kita. Seseorang yang mendekatkan diri untuk mendapatkan kepercayaan kita. Dan dia sekarang be

    Last Updated : 2025-01-01
  • My Beloved Partner   Ghenta Akan Pulang

    Taka menghela napas keras, tetapi menuruti permintaan Wisang. Dia kembali duduk, meski tubuhnya masih tegang seperti busur yang siap memanah. "Baik. Arka, lanjutkan."Arka menelan ludah, suaranya bergetar ketika dia mulai berbicara lagi. “Mereka memberiku tugas untuk mendapatkan informasi. Apa pun tentang keuangan yayasan, jaringan relasi kalian, bahkan proyek-proyek kecil. Mereka ingin tahu kelemahan kalian.”Wisang menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap langit-langit. "Jadi, semua data yang bocor beberapa bulan terakhir... itu ulahmu?"Arka mengangguk pelan, rasa bersalah terpancar jelas di wajahnya. "Aku tidak punya pilihan, Wisang. Mereka mengancam keluargaku. Aku... aku hanya ingin melindungi mereka."Taka mencondongkan tubuh ke depan, matanya menatap tajam ke dalam mata Arka. "Dan sekarang, kamu akan menebus kesalahanmu. Kamu akan memberikan setiap nama, setiap detail, dan semua bukti yang kamu miliki. Jika tidak, aku sendiri yang akan memastikan kamu tidak bisa menyentuh ke

    Last Updated : 2025-01-01

Latest chapter

  • My Beloved Partner   Menangkap Musuh

    Subuh masih menggantung di langit, meninggalkan sisa embun dan hawa dingin yang menempel di kulit. Wisang, Taka, Kompol Arief, dan Ipda Santi melaju dalam kendaraan taktis menuju lokasi cadangan yang tak tercatat dalam sistem manapun—sebuah rumah aman milik intelijen yang bahkan sebagian besar anggota kepolisian pun tidak tahu keberadaannya.Mobil berhenti di bawah jembatan layang tua di luar Jakarta, lalu masuk ke jalur servis tersembunyi. Gerbang besi terbuka otomatis setelah Arief mengirimkan kode melalui perangkat satelit. Di balik gerbang itu, sebuah bangunan beton sederhana berdiri. Tak mencolok, tapi dijaga ketat oleh pasukan tak berseragam.Begitu masuk, mereka langsung diarahkan ke ruang brifing. Peta besar Jakarta dan sekitarnya terpajang di dinding, disertai titik-titik merah menyala yang berkedip—menunjukkan pergerakan musuh yang sedang dilacak.Kompol Arief menatap Wisang. “Mulai sekarang, kita harus main cepat. Wira tidak hanya mengincarmu, tapi juga nama besar keluarga

  • My Beloved Partner   Panik

    Wisang bergerak cepat. Ia menggenggam tangan Taka dan menariknya ke belakang, menuju dapur yang terhubung langsung dengan pintu keluar belakang vila.“Jangan panik. Kita harus cari jalan keluar, bukan buka pintu,” bisiknya.Namun belum sempat mereka melangkah lebih jauh, suara dentuman keras terdengar. Pintu depan tidak diketuk lagi—melainkan didobrak paksa.BRAK!Taka menjerit tertahan. Wisang segera meraih pisau dapur sebagai alat pertahanan seadanya. Langkah kaki bergema memasuki ruang utama vila, diiringi desisan suara laki-laki yang jelas tidak mereka kenal.“Ayo keluar, Wisang... Taka. Jangan bikin aku membuang waktu.”Wisang memberi isyarat kepada Taka untuk berlari ke luar lewat pintu belakang, namun suara di luar semakin ramai. Setidaknya ada tiga orang lain di luar sana—dan mereka tidak datang dengan niat baik.Tiba-tiba, bunyi tembakan terdengar. Satu peluru melesat menembus jendela kaca dapur, membuat mereka tersentak mundur.“Kita terjebak,” gumam Wisang.Taka mulai gemet

  • My Beloved Partner   Tangan Keluarga

    Salah satu polisi itu, yang mengenakan seragam lengkap dengan tanda nama bertuliskan “F. Alvaro,” menatap mereka dengan sorot waspada.“Maaf kami datang tiba-tiba,” katanya tegas, “tapi kami mendapat informasi kredibel bahwa Anda berdua masuk dalam daftar target ancaman dari sindikat kejahatan keuangan lintas negara. Kami perlu membawa Anda ke tempat aman sementara penyelidikan dilanjutkan.”“Tempat aman?” Wisang menggenggam tangan Taka erat. “Apa yang sedang terjadi sebenarnya?”Polisi lain, yang lebih muda dan mengenalkan diri sebagai Briptu Maya, mengangguk. “Ada kemungkinan kelompok ini sudah mengetahui posisi Anda sejak beberapa minggu lalu. Penangkapan Dimas memicu pergerakan baru dari pihak-pihak yang ingin mengamankan diri mereka sendiri... dan mungkin menghabisi saksi-saksi kunci.”Taka menarik napas tajam. “Mereka menganggap kita saksi kunci?”“Lebih dari itu, Pak Taka,” jawab Briptu Maya serius. “Anda berdua adalah potongan utama dalam rangkaian besar yang sedang coba kami

  • My Beloved Partner   Tak Akan Mundur

    Taka mendekat pelan, duduk di samping Wisang. Ia meraih tangan Wisang dan menggenggamnya erat, memberi ruang untuk tenang tanpa perlu bicara. Tapi detik berikutnya, ponsel Wisang kembali bergetar.Pesan masuk dari nomor tak dikenal.Satu foto. Satu kalimat.“Sudah saatnya kamu tahu siapa Dimas sebenarnya.”Wisang dan Taka menatap layar yang sama.Foto itu memperlihatkan dua remaja laki-laki berseragam sekolah internasional di luar negeri. Salah satunya adalah Dimas. Dan satunya lagi...“Taka?” Wisang menatap pria di sampingnya. “Itu... kamu?”Taka menegang. Rahangnya mengeras.Ia berdiri, menjauh, lalu menyandarkan diri ke dinding.“Wisang…” katanya pelan. “Aku nggak pernah cerita soal masa laluku di Swiss. Aku sempat sekolah di sana. Dan Dimas—dia temanku. Teman dekat. Satu asrama. Tapi juga orang pertama yang bikin aku sadar bahwa nggak semua orang datang buat niat baik.”Wisang menatapnya tajam. “Jangan bilang kalau kalian pernah—”“Tidak.” Taka buru-buru menepis. “Tapi aku pernah

  • My Beloved Partner   Dimas Ditangkap atas Tuduhan Penggelapan Dana Perusahaan

    Taka terlihat terdiam, tak langsung menjawab pertanyaan Dira. Sorot matanya bergerak dari wajah Wisang ke Dira, lalu kembali ke Wisang—seolah sedang memohon izin untuk bicara jujur.“Dira nggak ada di daftar itu,” ujar Taka pelan. “Kamu satu-satunya yang dari awal aku anggap pelindung Wisang. Saksi hidup... kalau dia masih punya seseorang yang peduli sebelum aku datang.”Dira mengerutkan dahi, emosi yang tadi memuncak perlahan menurun, meski belum sepenuhnya percaya. “Tapi lo tetap ngelakuin semua itu di belakang dia, Tak.”“Aku tahu,” jawab Taka, nyaris berbisik. “Dan aku siap tanggung semua risikonya.”Sebelum ada yang sempat menimpali…Ponsel Wisang berdering keras. Ia melihat nama di layar—Pak Rendra, tetangganya dulu saat masih tinggal bersama Dimas. Dengan keraguan, ia menjawab panggilan itu, dan seisi ruangan langsung hening.“Pak Rendra? Ada apa pagi buta begini?”Suara berat pria itu terdengar panik, tapi jelas. “Wisang… kamu udah tahu kabar Dimas belum?”“Belum. Kenapa?” Jan

  • My Beloved Partner   Dira Datang

    Ketukan di pintu menginterupsi keheningan pagi itu. Lembut, tapi cukup untuk membuat Wisang dan Taka menoleh bersamaan.Taka bangkit refleks. “Aku yang bukain,” katanya cepat, mencoba menjaga kendali atas situasi.Wisang membiarkan.Saat pintu dibuka, sosok perempuan dengan hoodie oversized dan celana training abu-abu muncul di ambang pintu—Dira.“Pagi,” sapa Dira, wajahnya terlihat gelisah. “Aku... nggak tahu harus ke mana. Jadi, maaf banget kalau tiba-tiba datang.”Taka mengerutkan kening. “Dira? Ada apa?”Wisang mendekat, sedikit bingung. “Masuk dulu.”Dira melangkah masuk, memeluk tubuhnya sendiri seolah berusaha tetap tenang. Ia duduk di tepi sofa, menunduk. Taka duduk di hadapannya, Wisang berdiri tak jauh.“Gue kabur dari rumah,” katanya akhirnya. “Bokap gue maksa gue nikah sama calon yang dia pilih. Buat nutup-nutupin proyek yang dia gagal handle. Semacam... barter nama baik keluarga.”Taka menghela napas berat. “Dan lo nggak bisa bilang ke nyokap?”“Nyokap gue udah nyerah. Lo

  • My Beloved Partner   Taka Tersudut

    Layar ponsel memantulkan wajah Dira yang tersenyum samar—bukan senyum hangat, tapi senyum penuh rahasia. Suara di seberangnya tenang, bahkan nyaris manis."Aku tahu kamu mungkin mikir aku ini cuma masa lalu Taka yang belum move on," ujar Dira, matanya menatap lurus ke arah kamera. "Tapi kamu salah, Wisang. Aku bukan cuma masa lalu. Aku bagian dari hidup Taka yang dia sembunyikan, dan itu... termasuk dirimu."Wisang menegang. "Maksudmu apa?"Taka yang duduk tak jauh di belakang, tampak mulai panik. Wajahnya pucat. “Dira, hentikan. Kamu nggak tahu apa-apa—”"Aku tahu semuanya, Tak," potong Dira tajam. "Dan kamu nggak bisa tutup-tutupin ini selamanya."Ia kembali menatap Wisang. "Taka nggak ngaku, kan? Kalau dia dulu pernah ikut dalam proyek 'Clean List'? Program bersih-bersih sosial yang waktu itu dijalankan pemerintah secara diam-diam. Termasuk pencatatan data penyintas trauma dan orang-orang yang dianggap ‘bermasalah secara mental dan moral’?"Wisang mengernyit, bingung. Tapi Dira ter

  • My Beloved Partner   Info dari Dira

    Malam itu, setelah kepulangan dari kejaksaan dan pertemuan tak terduga dengan Dira, Wisang dan Taka memutuskan untuk singgah di rumah Wisang. Rumah itu kini lebih hangat, dengan aroma lavender di ruang tamu dan foto-foto kecil yang Wisang gantung kembali di dinding—kenangan yang dulu ia singkirkan ketika semuanya terasa hancur.Taka duduk di sofa, menatap foto lama Wisang saat masih menjadi guru les privat, tersenyum pada anak-anak yang memeluknya dalam potret. “Kamu kelihatan bahagia di sini,” gumamnya.Wisang menyeduh dua cangkir teh jahe dan menyerahkannya pada Taka. “Aku memang bahagia saat itu. Tapi bukan karena mereka... tapi karena aku merasa dihargai. Diperlukan. Dan... dicintai dengan tulus oleh diriku sendiri.”Taka menatapnya. “Aku bikin kamu kehilangan itu, ya?”Wisang tidak menjawab langsung. Ia duduk di sebelah Taka, lalu berkata pelan, “Bukan kamu yang membuat aku kehilangan diriku, Tak. Tapi semua yang kita alami... rasa takut, rasa sayang, semua bercampur sampai aku s

  • My Beloved Partner   Keributan Berlanjut

    Beberapa hari setelah pertemuan itu…Wisang kembali ke rutinitasnya, mencoba menata hidup di rumah barunya. Ia mulai mengajar les lagi, membuka kelas daring, dan menata hari-harinya agar tetap sibuk. Tapi pikirannya tak pernah benar-benar tenang. Tatapan Dimas, cara Taka meminta maaf, semua itu terus berputar dalam benaknya.Dan benar saja…Malam itu, saat Wisang baru saja selesai membersihkan dapur, pintu rumahnya diketuk keras.Dug… dug… dug…Ia mengintip dari jendela—jantungnya langsung melompat.Dimas. Lagi.Namun kali ini, ekspresinya jauh berbeda. Wajahnya tampak marah. Sorot matanya tajam. Seperti seseorang yang datang membawa dendam.Wisang membuka pintu dengan hati-hati. “Apa lagi, Dim?”“Boleh aku masuk?” tanya Dimas, tanpa senyum.“Kalau kamu datang buat bikin keributan, lebih baik kamu pulang.”“Bukan. Aku cuma mau kasih kamu sesuatu.”Ia menyerahkan sebuah amplop cokelat besar.Wisang ragu, tapi ia mengambilnya. Begitu dibuka, matanya membelalak.“Ini…?”Foto-foto. Bebera

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status