Share

Bab 4 Kedatangan Reino

Penulis: terasora
last update Terakhir Diperbarui: 2020-12-26 14:20:41

Bab 4

Kedatangan Reino

Keesokan paginya aku terbangun dengan tubuh yang sedikit kaku. Bagaimana tidak, aku baru saja melakukan perjalanan jauh dari Jakarta ke Cirebon. Meskipun tidak terlalu jauh juga dengan memakan waktu sekitar 3 jam, tapi tetap saja badanku rasanya pegal.

Kulihat jendela kamarku masih hanya tertutup kain kerudung seadanya dengan seberkas cahaya yang masuk. Aku sengaja merangkak dan menyibak kain itu sedikit, mengeluarkan kepalaku dan melihat kondisi di luar yang sudah pagi.

Tidak terlalu lama berada di sana, aku pun bangkit berdiri. Mengambil handuk lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai berganti pakaian dan sholat shubuh yang nyaris terlambat itu, aku pun ke ke luar dari rumah untuk mencari sarapan.

Baru saja ke luar dan memakai sandal rumah berwarna putih, kulihat tepat tetangga rumahku ternyata berjualan. Kemarin aku tidak begitu memperhatikan atau hanya sekedar lewat jadi tidak tahu bahwa di samping ada warung.

Aku menghampiri warung yang sudah cukup sepi lalu membeli 2 bungkus roti, air mineral, dan lotion nyamuk. Kemarin terasa sekali banyak nyamuk, tapi karena sangat lelah aku hanya menutup tubuhku dengan selimut serapat mungkin.

"Mbak baru kelihatan. Orang mana?" tanya Ibu pemilik warung berambut pendek dan ikal.

"Saya tinggal di sebelah, Bu. Baru kemarin pindah," jawabku seadanya.

"Oh yang sekarang tinggal di rumahnya Ade Wiwi." Ibu pemilik warung itu terlihat ramah. "Itu yang punya rumah keponakan saya, Mbak. Dikontrakan soalnya orangnya kerja ke Taiwan. Mbak namanya siapa? Dari mana asalnya?"

"Saya Tita, Bu. Dari Jakarta," jawabku pendek.

"Oh Mbak Tita. Saya Bu Nensi, panggil aja Bu Nen. Tinggal sama siapa, Mbak Tita?"

"Sendiri, Bu."

"Sudah menikah belum?" tanya Bu Nen lagi.

Aku bingung menjawab. Ingin kujawab sudah, tapi sudah bercerai. "Sudah...."

"BU NEN BELI GALON!" teriak seseorang dari belakangku, membuatku dan Bu Nen kaget.

"Kamu nih, To, ngagetin aja. Saya enggak budeg."

"Maaf, Bu Nen. Beli galon, Bu Nen." Laki-laki itu terlihat tidak sabaran.

"Sebentar," jawabnya. Ia menatapku lalu memasukan belanjaan ke dalam plastik bening berwarna hijau sambil berhitung. "Jadi 9000, Mbak Tita," katanya sambil menatapku.

Aku mengeluarkan uang sepuluh ribuan dari dalam dompet lalu menunggu kembalian. Setelah mendapat kembalian, aku pun pergi dari warung Bu Nen. Pulang menuju rumah dan memakan sarapan pagiku yang berupa roti dan air mineral.

***

Selesai sarapan, aku mengambil ponselku. Kulihat ada panggilan tak terjawab dari Reino. Laki-laki itu sungguh tidak tahu diri. Mengapa masih menghubunginya terus menerus? Seharusnya ia fokus saja dengan restorannya. Jangan sampai bangkrut lagi seperti yang dulu pernah terjadi.

Aku mengambil kertas kecil dari dalam tas dan bulpen hitam lalu mulai menulis daftar barang yang akan kubeli untuk kebutuhan di rumah ini.

'Keperluan Dapur,' tulisku yang pertama.

1. Sabun Cuci Baju

2. Sabun Cuci Piring

3. Pelembut Pakaian

4. Piring

5. Gelas

6. Kompor 2 tungku

7. Gas+Selang

8. Pisau

9. Teflon

10. Wajan

11. Panci

12. Spatula

Setelahnya aku berhenti menulis dan mengambil laptopku. Kubuka dan masuk ke laman web marketplace. Aku memutuskan belanja online. Biar praktis.

***

Tiga hari kemudian belanjaanku mulai berdatangan satu persatu. Aku menerimanya dengan senang hati. Beruntung saat tinggal ngekost semasa kuliah, aku sudah biasa mengganti tabung gas dari selangnya, jadi sekarang aku tidak perlu takut lagi. Aku membeli kompor, selang, dan tabung gas dari Bu Nen. Yang memasang selang ke kompornya pun suaminya, Pak De, memang namanya Pak Dewo.

Aku mendapat panggilan dari Mama dan segera mengangkatnya. "Halo, assalamualaikum, Ma."

"Wa'alaikum salam warrahmatullah, Dek. Kamu ini kok enggak ngehubungin Mama dari nyampe ke Cirebon?" tanya Mama khawatir.

"Maaf, Ma. Aku lagi ngisi kontrakan soalnya," jawabku apa adanya. "Pas aku datang cuma ada kasur doang."

"Ya Allah, Nak. Kamu yang baik-baik di sana. Mama sih sebenernya enggak suka kamu ke sana di saat sekarang. Apalagi masih ramai berita tentang Corona."

"Maaf, Ma. Ini juga kan demi tes CPNS aku. Barangkali aja rezekiku di sini," kataku, menyakinkan Mama sekaligus diri sendiri.

"Iya, itu mah tergantung nasib kamu, Dek. Mama selalu berdoa demi kebaikan kamu." Aku mendengar suara Mama makin menjauh. Terdiam sejenak lalu kembali bersuara. "Reino minta alamat kamu di Cirebon. Dia mau nyusulin kamu."

"Ngapain sih si blegug itu mau nyusul-nyusul segala." Rasa kesalku langsung memuncak. "Mama kan tahu aku enggak mau ngelihat muka dia lagi."

"Iya, Mama tahu. Tapi coba kamu dengerin penjelasan dia, Dek. Mama percaya kok Reino anak yang baik. Dia enggak lelah minta maaf ke kamu. Coba kasih dia kesempatan untuk bicara. Supaya semuanya jelas. Mama yakin temen ceweknya itu yang jahat, bikin kamu salah paham, kamu tahu sendiri kan Reino itu orangnya setia selama ini. Dia sukanya bisnis, bukan main perempuan."

"Aku enggak percaya sama dia."

Mama mendesah berat. "Ya udah, terserah kamu. Tapi kamu tetep hati-hati ya selama tinggal di Cirebon. Kalau gagal ujian, kamu balik aja ke rumah. Mama kangen sama kamu, Dek."

"Iya, Ma. Aku juga kangen sama Mama," kataku sedih.

"Udah dulu ya, Mama mau siap-siap bikin kue buat acara arisan. Assalamualaikum, Dek."

"Wa'alaikumsalam," kataku dan kembali sedih dengan nasib. Mengapa harus begini? Hidupnya dulu baik-baik saja sebelum menikah. Tapi mengapa setelah akad semua hal terasa buruk dan menyedihkan.

Ya Tuhan, tolong aku! Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan saat ini.

***

Ketukan di pintu terdengar saat jam sudah menunjukan pukul 20.30 malam. Aku merasa bingung, karena tidak biasanya kurir datang malam-malam.

Tak ingin membuat kurir terlalu lama menunggu, aku pun membuka pintu rumah. Tapi yang kudapati bukan kurir melainkan seorang yang sangat tidak ingin kutemui. Seorang pria yang masih kubenci setengah mati, yang telah menorehkan luka di hati ini.

"Ngapain kamu ke sini?" tanyaku kesal pada Reino.

Reino terlihat begitu berantakan. Wajahnya yang biasanya penuh rasa percaya diri, berubah sendu. "Jangan tinggalin aku," katanya lalu memelukku dengan erat.

Aku mencoba melepaskan diri tapi pelukan Reino terasa sangat erat dan malah membuatnya sakit jika harus meronta lebih kencang.

"Please, Tita. Aku mohon, aku sayang kamu. Aku enggak mau kita berpisah. Semua ini salah paham. Aku emang salah, tapi aku mohon kasih aku kesempatan kedua." Reino berbicara dengan kesungguhan hatinya. Aku bisa merasakan itu dan tanpa sadar balas memeluknya. Terkadang aku ingin percaya, tapi terkadang lagi aku mengingkarinya dan mengatakan bahwa semuanya memang kesalahan fatal Reino yang tidak bisa dimaafkan.

Kuperhatikan di luar tidak ada mobil, apa Reino ke mari menggunakan transportasi umum? Kasihan dia. Tapi....

"Pergi sana!" Aku mendorong tubuhnya ke luar dari rumah lalu membanting pintu tepat di depan wajahnya. Aku pun segera mengunci pintu rumah dan berlari masuk ke dalam kamar.

****

Bersambung....

Bab terkait

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Bab 5 Kedekatan Kita

    Bab 5 Kedekatan KitaSuara ketukan pintu terdengar beberapa kali namun aku tetap mengabaikannya. Reino tidak pantas mendapatkan kesempatan, pria brengsek itu lebih pantas ditinggalkan.Setelah beberapa saat, aku tidak mendengar bunyi ketukan lagi. Pasti Reino sudah pergi. Entah ke mana aku tidak peduli.Kakiku ditekuk lalu kupeluk diriku sendiri dengan erat. Aku tidak mau bertemu dengannya lagi. Setidaknya aku tidak mau bertemu untuk sekarang ini, aku butuh waktu untuk menenangkan diri.Aku menangis perlahan saat mengingat wajah Reino dulu. Wajah tampannya yang sangat gagah. Suaranya hangat dan senyumannya menawan. Aku sungguh jatuh cinta padanya. Bagiku, Reino sangat istimewa. Kukira dia jodoh sempurna untukku, tapi ternyata diawal pernikahan kami, ia sudah mengecewakanku.***Flashback OnWajah tampan seorang

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-26
  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Bab 6 Kemungkinan yang Tidak Kuinginkan

    Bab 6 Kemungkinan yang Tidak KuinginkanSelepas bangun tidur di pagi hari, kulanjutkan aktifitas dengan mandi. Aku membersihkan diriku dan melanjutkan dengan sholat shubuh. Setelahnya aku berdoa pada Allah agar aku dapat diberikan kelancaran dan keberkahan dalam hidup.Belum selesai bermunajat padaNya, aku merasakan pening di kepalaku. Entah mengapa beberapa kali aku merasa pening, terkadang hanya pening saja, kadang pula diiringi dengan mual.Kulepas mukenah yang kupakai, lalu berbaring sejenak di atas kasur. Kupenjamkan mataku sejenak dan kudengar suara ketukan pintu terdengar. Siapa tamunya?Apa Reino?Bisa saja kan semalam pria itu tidak pulang dan menunggu. Meskipun aku tidak tahu ke mana ia menunggu semalaman.Sambil menahan pening di kepalaku, kubuka pintu depan rumah dengan perlahan. Tidak ada siapapun yang kutemukan kecuali bungkus plastik putih berukuran besar.

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-30
  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Bab 7 Pamit

    Bab 7PamitSetelah pulang dari berbelanja ke CBC Mall, penatku selama sendirian di rumah kontrakan rasanya sedikit terobati. Meskipun ada hal yang tidak menyenangkan kami bahas, tapi aku suka saat berbelanja.Selain berbelanja skincare, aku juga berbelanja keperluan rumah yang sudah hampir habis, tidak lupa juga kami membeli pakaian, dompet, dan sepatu yang menarik hati.Selama berjalan-jalan seharian ini aku menggunakan kartu debit yang diberikan oleh Reino. Entah mengapa aku ingin menghabiskan uang pria brengsek itu?"Bel, hati-hati di jalan. Makasih ya buat hari ini," kataku dengan senyum ceria.Bella mengangguk, ia baru selesai memakai helmnya. Ia mengacungkan jempol tangan lalu memutar motornya. Baru saja kukira dia akan pulang, Bella menatapku sebentar. "Mau gue beliin testpack enggak sebelum balik?" tanyanya.Wajahku terasa kaku mendengar pe

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-30
  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Bab 8 Pernikahanku dan Reino

    Bab 8Pernikahanku dan ReinoTepat tengah malam dan aku masih saja terjaga. Mataku terbuka lebar dan arah pandangku tertuju pada layar laptop di mana aku bersiap melihat kepastian dari masa depanku.Aku berdoa dalam hati dengan penuh kesungguhan. Kuharap, aku lolos CPNS tahun ini dan bisa menjadi Pegawai Negeri Sipil. Cita-citaku memang standar sekali, ingin menjadi seorang guru. Aku memilih pelajaran Bahasa Indonesia karena itulah satu-satunya keahlianku. Pelajaran yang lain, aku harus ekstra belajar. Terutama matematika dan fisika.Kulihat ranking nilai SKD dan melihat -bukan namaku- banyak tercantum di sana. Tunggu sebentar, itu namaku, Tita Silvia. Ya Tuhan, namaku tertera di urutan nomer 3 dari atas. Bukan dari bawah. Apakah aku lolos? Rasa haruku membuncah. Terima kasih, Ya Allah akan rezeki yang Kau berikan kepadaku.Tak berapa lama panggilan masuk, saat kuce

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-30
  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Bab 9 Elena

    Bab 9Elena*Flashback On*Melihat laki-laki yang kucintai, yang baru beberapa jam yang lalu berubah status dari pacar menjadi suami. Tak kusangka ia tega melakukan ini padaku.Hal yang tidak sanggup kuatasi bahwa Reino melakukan perbuatan itu di hari terpenting kami. Ketika kita seharusnya menjadikan ini momen paling berharga. Namun, ia menghancurkannya dan membuat momen pernikahan kami layaknya panggung pertunjukan yang menyakitkan.Kutahan tangisku sekuat mungkin, tapi kurasakan air mata melewati pipiku dengan cepat. Pria yang kulihat sebelumnya dan berdiri di sampingku hanya terdiam, mematung melihatku yang menangis tersedu. Setelahnya aku pun pergi meninggalkan ruangan itu.Dengan kondisi yang menangis, aku berjalan ke ruangan mempelai wanita. Tak kusangka di sana berdiri orang yang tak asing. "Fatiya?" Aku mengambil tisu yang berada di meja lalu menyeka air mataku p

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-30
  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Bab 10 Malam Pertama Pernikahanku

    Bab 10Malam Pertama PernikahankuSetelah pertemuanku dengan Elena, aku banyak berpikir. Apakah benar ucapannya bahwa aku belum mengenal Reino dengan baik? Tapi selama ini, kami sudah berpacaran hingga 4 tahun. Kami jalani semuanya pelan-pelan, mulai dari pendekatan hingga jadian. Semua tidak seinstan itu seperti drama perjodohan.Fatiya masuk kembali ke ruang mempelai wanita dengan beberapa camilan dan minuman. “Tadi aku papasan sama perempuan. Kayak baru dari sini?” tanya Fatiya. Ia pasti bertanya karena jalan menuju ruang mempelai wanita atau pria harus melewati satu lorong.“Perempuan siapa?” balasku berbohong. “Ehm, mungkin salah jalan.”Fatiya pun segera mengangguk, tidak mempertanyakan lebih jauh. Ia meletakkan piring camilan di atas meja di hadapan kami dan 2 gelas minuman yang ia bawa susah payah.“Tadi aku p

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-30
  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Bab 11 Menantu Idaman Mama

    Bab 11Menantu Idaman MamaSetelah sarapan yang terdiri dari nasi goreng ekstra telur, ayam goreng, serta tempe dan tahu goreng siap di atas meja makan, aku pun pergi ke kamar untuk bersiap mandi. Meskipun segan, kupanggil Reino yang sedang mengutak-atik ponsel pintarnya dengan serius. Dia pasti mengurusi karyawan restorannya, memberi intruksi tentang masa promo karena pernikahan kami. Aku mengetahui hal itu karena Reino pernah membahasnya denganku sebelum pernikahan kami digelar.“Rei, sarapan udah siap. Sarapan dulu sana.”Reino menatapku sebentar dan aku tidak mempedulikannya sama sekali. Aku mengambil baju ganti dan handuk yang akan kupakai nanti.“Aku juga belum mandi nih,” ujar Reino mengingat dirinya masih belum mandi meskipun sudah sholat shubuh.“Makan dulu aja, enggak apa-apa. Aku mau mandi duluan,” kataku tidak acuh. Kutinggalkan kembali Reino sendirian di kama

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-30
  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Bab 12 Pesan

    Bab 12Beberapa hari setelah menikah, yang kulakukan hanyalah termenung, main hape, dan bersikap kucing-kucingan dengan Reino. Aku masih marah dengan apa yang terjadi, apalagi dengan pengakuannya bahwa ia khilaf. Pertanyaannya, mengapa ia harus khilaf di hari pernikahan kami? Mengapa tidak kemarin saja sebelum kami menikah, biar sekalian aku patah hati dan memutuskan hubungan kami?Jantungku berdegup dengan kencang saat mendapati pesan dari nomer tak dikenal. Jika biasanya aku mendapat pesan Whatsapp tapi kini aku mendapat SMS biasa.[+62 852 4000 1xxx]Selamat siang, Tita. Gimana hubungan kamu dan Reino? Aku lagi ada di Joykarta, nemenin Rei. Restoran penuh banget sekarang. Kamu enggak peduli ya? Oh ya, ini aku Elena.Mendapat pesan dari wanita sundal itu, kepalaku rasanya mendidih. Apa maksudnya mengirim pesan begini? Mau membuatku cemburu?[+62 852 4000 1xxx]&nbs

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-30

Bab terbaru

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Ending

    Setelah perjuangan panjang menahan kontraksi yang makin menjadi-jadi. Akhirnya putra kecilku terlahir dengan selamat. Seperti yang kubayangkan, ia mirip ayahnya.Reino sangat bersuka-cita dengan kelahirannya. Ia tidak berhenti menatap wajah lelap buah hati kami.“Udah deh jangan dilihatin terus,” cetusku membuat Reino menatapku dengan cengiran kudanya.“Habis dia kecil banget, lucu. Kayak miniatur.”“Ngaco!” Aku tertawa. Sekarang aku masih berada di rumah sakit setelah melakukan persalinan yang terjadi hingga 12 jam lamanya menahan sakit.“Makasih ya, Tit. Kamu udah berjuang melahirkan anakku.” Reino memelukku dari samping.“Anak kita, Rei,” ralatku.Reino berdehem. “Kita sekarang udah jadi orangtua. Tanggung jawabku pun sudah bertambah satu lagi. Semoga dalam masa kepemimpinanku sebagai kepala keluarga kalian bahagia ya.”“A

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Berakhir dan Bermula

    Hari ini terasa begitu berat saat aku mengetahui semuanya secara jelas. Selama ini, aku sudah bersikap gegabah dan keras kepala. Seharusnya aku jauh lebih dewasa dengan mendengarkan penjelasan Reino lebih dulu. Ah, tidak … Reino juga sejak awal memang tidak bisa jujur padanya hingga kesalahpahaman ini lebih melingkar dan seolah tak berujung selain menjadi kesalahan Reino seutuhnya.Tak kusangka sebelumnya, ternyata dalang semua ini adalah teman dekatku. Orang yang kuanggap sangat baik dan kuanggap sebagai orang yang meginspirasi, malah menjadi penyebab kemarahanku. Pernikahanku yang baru kujalani sudah berada di ujung tanduk karena ulahnya.Bersyukur, aku mengetahui semuanya sebelum pernikahanku dan Reino benar-benar berakhir. Semua itu berkat Elena, karena ia mau dan berani speak up tentang kejahatan Fatiya.Suara pintu kamar terbuka dan kulihat Reino masuk dengan wajah yang memancar senyum tipis. “Gimana tadi obrolan kamu da

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Musuh dalam Selimut

    Happy Reading>>>***Bab 28Musuh dalam SelimutSetelah mendapatkan verifikasi akurat dari Elena, aku pun sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Fatiya. Alhasil setelah pertemuanku dan Elena selesai pukul 1 siang, aku pun sengaja segera menemui Fatiya.Aku menghubungi Fatiya melalui whatsapp karena ia sedang dalam mode online. Fatiya pun segera membalas pesanku.[Fatiya : Ada apa, Tita?]Aku segera membalasnya. [Aku mau ketemu sekarang. Kalau boleh tahu kamu ada di mana? Biar aku yang nyamperin kamu.][Fatiya : Urgent banget ya? Emang ada apa?][Enggak ada apa-apa kok. Kamu ada apa? Aku Cuma mau ngobrol sebentar sama kamu. bisa?][Fatiya : Bisa, Tita. Aku lagi ada Mall Popokrat. Di lantai 4, di restoran Kiorado.][Kamu sama siapa di sana? Apa aku bisa ngobrol berdua, nanti?]

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Obrolan

    Bab 27ObrolanPembicaraanku dan Elena terhenti sejenak karena seorang pelayan yang menghampiri meja kami, memberikan pesanan Elena, kopi dangdang dalam secawan cangkir putih.Elena menyeruput kopi dangdang perlahan lalu meletakan kembali cangkir yang dipegangnya ke atas piring kecil. “Rasanya enak. Kamu udah pernah coba sebelumnya?” tanya Elena mengubah topic pembicaraan kami. Ia nampak berhasil mengontrol dirinya dengan baik.“Hmm,” dehemku malas.Elena menatap ke arah jendela yang berada di samping kami, lalu mendesah dengan kesal. “Hujan,” katanya pendek.Aku melihat ke arah luar dan terdiam cukup lama. Hujan tiba-tiba deras dan mengguyur sekitar pemukiman Kafe Dangdang. Kulihat banyak orang berlalu lalang demi tidak terkena air hujan yang membasahi pakaian mereka.“Aku kira hari ini bakal cerah. Sayang banget turun hujan,” kata Elena lagi, lalu melirikku. Kami

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Pertemuan

    ***Happy Reading>>>***Bab 26Pertemuan“Cepetan dong, Rei, kamu kok lama banget sih!” ketusku pada Reino yang baru saja masuk ke dalam kamar. Sekarang sudah pukul 10 pagi dan Reino masih bersantai di rumah. Padahal ia sudah berjanji akan mempertemukanku dengan Elena hari ini.“Sabar dong, Tit. Aku juga kan harus cuci mobil dulu,” balas Reino lalu membuka kaosnya yang basah, menyisakan kaos dalam putih yang melekat di tubuhnya. Ia berjalan mengambil handuk lalu membuka lemari pakaian untuk mengambil pakaian ganti.Aku mencebik, kesal dengan sikap Reino yang santai. Padahal aku sudah ingin sekali segera bertemu dengan Elena.“Kan janjiannya masih lama, santai aja.” Reino menatapku, menenangkan. “Kamu jangan ngomong apa-apa ya tentang apa yang kubilang.”“Kenapa?” tanyaku sengit.“Aku kan udah bilang, kalau

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Titik Awal

    Happy ReadingBab 25Titik AwalMama memaksaku untuk pulang ke Jakarta hari ini, tidak ada penolakan. Alasannya karena Mama sudah lama meninggalkan Papa di rumah. Belum lagi, Mama tidak tega jika harus meninggalkanku di Cirebon sendiri, meskipun Reino sudah pernah menyinggung untuk pindah ke Cirebon, tapi sepanjang pemaksaan yang Mama lakukan agar aku ikut pulang ke Jakarta, Reino tetap diam. Aku sungguh tidak paham dengan sikapnya.“Tita, ayo cepet! Kamu siap-siap lama banget sih,” ujar Mama kepadaku.“Ma, kita ke rumah yang punya kontrakan dulu yuk! Buat ngasih langsung kunci rumahnya.” Aku melihat ke sekitar kamar, semua barang sudah dibawa kecuali kasur. Mama bahkan ngotot semua peralatan dapur untuk dibawa. Ini sungguh pindahan dan usahaku untuk kabur dengan berdalih ujian CPNS berakhir sudah.“Enggak dititipin aja ke warungnya Bu Nen?” tanya Mama balik.

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Tanda Tanya

    Happy Reading>>>***Bab 24Tanda TanyaTidak habis berpikir tentang keberadaan Fatiya yang berada di video, aku pun terus menonton. Fatiya yang kukenali dengan pakaian biru putih nampak berjalan menghampiri Elena dan temannya yang lain, Gina. Dalam video itu, Fatiya tidak memakai hijab, dan rambutnya yang panjang terurai hingga punggung.“Gue ingetin ya, ini peringatan terakhir kali ke elo. Kalau gue masih ngelihat lo deket-deket sama Reino, gue bakal kerjain lo tiap hari. Ini cuma awal, Elena.” Fatiya mengancam sambil berlutut menghadap Elena yang sedang menunduk. Tangannya yang tadi diam, kini mulai mendorong kepala Elena. “Elo tahu kan siapa gue? Gue Fatiya, seorang Tia enggak main-main sama ucapannya.”Elena terus terisak tapi Fatiya, Gina, dan Dinda tidak peduli. Wajah mereka bahkan terlihat senang saat berhasil menindas Elena. Ini benar-benar tidak tidak adil, satu l

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Video Misterius

    Happy Reading>>>***Bab 23Video MisteriusReino memutuskan menginap di hotel setelah jam menunjukan pukul 11.00. Semua itu karena keminiman perabot di rumah kontrakanku. Hanya ada satu kasur di rumah, yang berada di kamarku dan kini sedang ditiduri Mama.Sebelum memutuskan menyewa hotel, Reino sudah mencoba tidur di lantai dengan alas tikar seadanya. Namun berulang kali mencoba tertidur, ia terus saja terbangun. Katanya, badannya sakit.Tidak aneh, menurutku dalam hati. Apalagi Reino ini anak orang berada. Kasur di kamarnya saja sangat empuk, halus, dan lembut. Bagaimana bisa ia tidur di karpet? Ia butuh kasur agar tubuhnya nyaman.Sementara Reino pergi ke hotel dan Mama beristirahat dengan tidur di kamar. Aku pun memutuskan untuk duduk di ruang tengah sambil menonton youtube. Aku mencari channel K-POP dan menonton video musik yang sedang tranding. Karena

  • My Bad Wedding Day (Indonesia)    Rencana Reino

    Happy Reading...***Bab 22Rencana ReinoMama datang disaat yang kurang tepat, saat aku dan Reino baru saja mengobrolkan masalah kami. Aku yakin sekali Mama sudah mendengar semuanya.“Mama lupa bawa dompet,” ujar Mama sambil berbalik arah. Tidak melihatku lagi atau Reino. Ia mencari ke dalam tas jinjing coklat tua miliknya lalu mengambil dompet berwarna senada. “Belanjaan Mama masih di warung.”Setelah mengatakan itu, Mama kembali pergi. Tanpa menoleh ke arahku atau Reino.Reino menatap kepergian Mama dengan wajah gugup. Sama sepertiku. Aku takut Mama akan membenci Reino karena masalah ini. Bagaimana pun juga Reino adalah menantu idaman Mama.“Apa Mama denger obrolan kita barusan?” tanya Reino membuatku menoleh ke arahnya dengan wajah tenang.“Aku enggak tahu. Mama kayaknya ngehindar gitu, buru-buru pergi lagi.”Re

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status