Sudah lama Yota menemani sang ibu yang terbaring tidak sadarkan diri. Sampai rasa lelah membuat gadis itu beranjak dari duduk dan keluar. Di depan pintu dia melihat dua polisi dari rutan tetap berjaga dengan sigap. Wajah mereka tampak kaku dan hanya sesekali saja menyapa. "Bagaimana keadaan Mama?"
"Tidak ada yang bisa seorang wiraswasta kecil seperti aku hadapi. Paling hanya berpikir keras bagaimana memutar modal agar bisa menjadi laba. Mengelola toko roti tidak mudah," sahut Yota, setelah itu menyikut lengan saudaranya. "Bagaimana kafemu?" "Yah begitulah. Banyaknya saingan membuat aku harus
Tepat setelah menggerutu seperti itu, dari kaca spion Sakha melihat ada satu sepeda motor mendekat dan berhenti tepat di depan pagar rumah Aryan. Dari balik kaca mobil, Sakha dapat melihat Yota masih mengenakan baju persis seperti tadi pagi. Mantan istrinya itu menyerahkan uang dan helm pada si peng
"Kamu mendatangkan laki-laki. Bukankah itu namanya tidak benar?" Rio ingin menjawab, tapi didahului Yota yang tergelak nyaring. "Kamu terlalu picik, Kha. Untuk apa kamu repot-repot menasehati sedangkan kita tidak ada hubungan apa-apa? Kita sudah bercerai! Dan kamu ...." Yota menunjuk dada Sakha sa
"Kamu tidak perlu repot-repot mengurusku, Sakha. Atur saja perasaanmu, atur saja hidupmu. Aku sudah baik-baik saja," papar Yota penuh percaya diri dan membuat emosi Sakha kembali mencuat. "Apa benar begitu? Apa benar kamu baik-baik saja? Bukankah dulu kamu tergila-gila padanya bahkan rela melakukan
"Silakan dinikmati Non sarapannya," ucap Oneng yang seketika membuyarkan lamunan Bumi. Bumi yang sudah cantik dengan blouse berwarna cokelat muda dan rambut yang diikat ke belakang itu pun menatap Oneng sebentar, lantas menyunggingkan senyum, setelah itu menatap nasi goreng seafood yang ada di depan
Alih-alih tersenyum, Bumi justru mendesah lagi. Rey, begitu keras kepala. Padahal Bumi sudah melarang dan mengabaikan tapi tetap saja lelaki itu selalu mengirimkan bunga. Sudah seminggu mereka pisah rumah dan selama itu juga Rey selalu mengirim bunga untuknya. Jadi, dia tak heran kalau halaman ruma
Saat tengah menata hatinya kembali tiba-tiba ada yang mengetuk ruangannya. Bumi yang masih setengah kesal pun mempersilakan orang yang mengetuk untuk masuk dan ternyata adalah Sakha. "Kenapa mukamu ditekuk begitu?" tanya Sakha sembari membawa beberapa map di tangan, lantas meletakkannya ke meja. B