Usai melihat tongkat bervariasi di rak kayu, netra Azzura mengarah kepada sesuatu yang lain yang ternyata lebih mendominasi ruangan bermain Alan.
Sesuatu yang lain itu adalah ranjang, yang mana ukuran ranjang tersebut lebih besar dari ukuran king size dengan ukiran megah bergaya rococo dan bertiang empat dengan bagian atas rata.Ranjang besar tersebut tampak seperti bagian dari akhir abad kedua puluh. Lalu, di bawah kanopinya, Azzura dapat melihat lebih banyak lagi rantai berkilau dan borgol.Bagaimana mungkin Azzura bisa tidak melihat itu semua, karena kasurnya tidak ada seprei. Hanya ditutup dengan kulit warna merah anggur dan bantal satin senada yang ditumpuk di salah satu sudutnya.Di sisi lain ranjang, tepatnya pada kaki ranjang, terpisah beberapa meter adalah sofa chesterfield berwarna coklat kemerahan yang besar, terjebak di tengah ruangan menghadap ranjang."Pengaturan aneh ... mengatur sofa menghadap ke ranjang," cicit Azzura dSeketika saja mood Alan berubah dengan cepat, sehingga Azzura begitu sulit untuk mengikutinya. Kendati demikian, sang perancang busana cantik dan seksi tersebut dengan patuh berbalik menghadap ke arah Alan.Saat Azzura berbalik dan menghadap Alan, hatinya berdebar kencang, gairah segera mengganti perasaan tak nyaman dalam dirinya, lalu mengalir melalui darahnya dan menetap kelam dan mengalir rendah turun di perutnya. Sekian detik berikutnya, Alan mengambil rambut Azzura dari punggungnya. Sehingga, rambut sang fashion desainer cantik dan seksi tersebut menggantung ke bawah sisi kanannya, tepatnya di gunung kembarnya. Setelah itu, Alan menempatkan jari telunjuknya di belakang leher Azzura dan perlahan-lahan ia menelusuri ke bawah tulang belakang wanita seksi tersebut. Kuku Alan yang terawat baik dengan lembut menelusuri punggung Azzura."Aku suka gaun ini," bisik Alan pada Azzura. "Aku suka melihat kulit mulusmu, Sayang," ungkap pria tampan ini, m
Meski sebelumnya sempat bingung, tetapi Azzura akhirnya tahu apa yang harus dilakukannya. Wanita cantik dan seksi ini meraih t-shirt Alan, sementara si tampan dan demokratis tersebut memegang tangannya.Namun kemudian, Alan menggelangkan kepalanya dan tersenyum licik kepada Azzura. "Tidak, Sayang," tukas Alan sembari menggelengkan kepalanya dan menyeringai lagi."Bukan t-shirtku. Kau mungkin perlu menyentuhku untuk apa yang aku rencanakan." Mata Alan masih hidup dengan kegembiraan saat menatap Azzura. "Apa ini berita baik, kalau aku bisa menyentuhnya ketika dia berpakaian?" ujar Azzura, bertanya dalam hati. Tak berselang lama usai Azzura bergumam dalam hatinya, Alan mengambil salah satu tangan wanita cantik dan seksi tersebut lalu meletakkannya pada pistolnya yang mulai tegang."Ini adalah efek yang kau berikan padaku, Azzura," ungkap Alan, berbisik pada Azzura selagi sang perancang busana cantik tersebut menggenggam dan melenturkan jar
Setelah Alan bicara, Azzura menggenggam tangan Alan seolah ia akan memegangnya seumur hidupnya. Dan dengan lembut dan pelan, Azzura mulai bergerak ke atas dan ke bawah sesuai dengan instruksi Alan. Ketika Azzura mendorong tubuhnya ke atas dan ke bawah dari tubuh Alan, kedua mata Alan terbakar dengan antisipasi liar dan napasnya tidak beraturan sama seperti Azzura.Lalu detik berikutnya, Alan terlihat mengangkat panggulnya tatkala Azzura mendorong tubuhnya turun ke bawah, membuat tubuh sang fashion desainer memantul kembali ke atas. Di waktu ini, Azzura dan Alan sudah mendapatkan irama—atas, bawah, atas, bawah secara berulang. "O God, rasanya begitu ... nikmat," kata Azzura, bergumam dalam hatinya.Bersama dengan itu, dan di antara napasnya yang terengah-engah, ada perasaan di mana Azzura merasa bahwa liang senggamanya sangat penuh—dipenuhi oleh zakar Alan yang kian membesar. Di samping itu, Azzura juga merasa ada sensasi berdenyut kera
"Ya ampun," Azzura bergumam kecil. Mendengar itu, Alan lantas menyeringai kembali. "Jadi kau tidak punya pilihan, Azzura," ucap Alan, sinis."Jelas," balas Azzura, terdengar pasrah. Ia tak bisa meneruskan sarkasme keluar dari suaranya saat matanya berputar naik seolah ingin menjangkau surga.“Oh, Azzura, apakah kau barusan memutar bola matamu padaku?" tanya Alan pada wanitanya itu, dingin."Tidak, Alan," jawab Azzura, tegas meski pelan. Kendati begitu, Alan tak lantas percaya. Buktinya, pria memesona ini menggeleng samar sambil tersenyum tipis. "Tidak, Sayang. Aku pikir kau melakukannya. Aku pernah katakan, apa yang akan aku lakukan padamu kalau aku melihatmu menggigit bibir bawahmu dan memutar matamu padaku lagi?" Alan menaikkan satu alisnya ketika berpandangan dengan Azzura.Setelah itu, Alan duduk di tepi tempat tidur. "Zura, kemarilah," katanya pada Azzura begitu lembut. Seketika Azzura pucat. Namun kemudian, wanita seksi ini duduk di samping Alan dan menatap pria tampan terse
Sesaat setelah bicara, Alan memukul bokong sang fashion desainer lagi dan lagi. Karena ini, dari dalam suatu tempat yang jauh, Azzura ingin memohon kepada Alan untuk berhenti.Namun, Azzura tak melakukannya karena ia tidak ingin memberi Alan kepuasan. Jadi, Azzura membiarkan Alan melanjutkan aksinya dengan irama yang tidak henti-hentinya."Argh! Argh!" Azzura menjerit sebanyak enam kali lagi dengan delapan belas tamparan di bokongnya secara total."Cukup!" Alan bernafas serak. "Bagus, Azzura," ujar Alan disertai dengan senyum lebar dan raut wajah senang. "Sekarang aku akan bercinta denganmu, Sayang," katanya tegas.Mendengar itu, Azzura lantas tercekat tapi jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia menjerit senang dan melompat kegirangan.Bersama dengan itu, Alan mulai membelai bokong Azzura dengan lembut, membuat sang empunya bokong terasa terbakar.Namun, yang membuat Azzura semakin terbakar adalah ketika Alan membelai bokongnya dengan gerakan berputar-putar dan kemudian tan
Alan menyemprotkan baby oil ke tangannya. Ia lalu menggosok pantat Azzura yang bulat dan padat dengan kelembutan dan hati-hati.Dari pembersih make up ke balsem pelembut dan hingga pantat yang dipukul, siapa sangka baby oil adalah merupakan cairan serbaguna. "Aku suka tanganku padamu, Azzura," cetus Alan, berbisik pada Azzura. Dan, Azzura pun menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia setuju. "Aku juga suka tanganmu padaku, Alan." Azzura mengulum senyumnya, sementara wajahnya memerah. Penuturan Azzura itu lantas membuat kedua sudut bibir Alan melengkung ke atas—membentuk bulan sabit yang indah."Sudah," tukas Alan ketika ia selesai mengolesikan baby oil di pantat Azzura. Dan kemudian, Alan menarik ke atas celana dalam Azzura lagi. Setelah itu, Azzura melirik ke arah dinding yang menempel pada dinding kamarnya. "10.30," gumamnya, kecil. Namun, Alan masih dapat mendengarnya jelas. "Apa kau akan pergi, Lan?" tanyanya. Alan dengan cepat menggeleng tegas. "Tidak, Zura. Aku tidak akan perg
Ketika Alan mencium Azzura, wajah sang fashion desainer tersebut kontan memerah. Namun kemudian, ia merasakan tujuh nuansa merah karena keseksian Alan. "Kau sangat panas, Alan," ungkap Azzura, berbisik pada Alan.Seketika saja Alan tersenyum lebar dan telinganya bergetar usai mendengar penuturan Azzura kepadanya."Sayang, dirimu juga sangat panas. Tidak buruk sama sekali, Azzura." Alan menekan tubuhnya pada Azzura, penuh arti.Karena itulah, kontan wajah Azzura memerah lagi. Terutama saat Alan bertopang pada sikunya dan menatap ke arah Azzura. Yang ditatap kemudian tersenyum geli.Namun kemudian, Alan terlihat membungkuk. Dan, yang mengejutkannya adalah si pemandu wisata dan juga selam scuba tampan tersebut mencium lembut Azzura di bibirnya. Lebih lembut dari sebelumnya. "Azzura, apa tidurmu nyenyak?" tanya Alan dengan suaranya yang pelan dan lembut setelah mencium Azzura. Azzura pun mengangguk tegas sembari menatap A
"Hm, gaun itu," kata Alan, bergumam pada Azzura, tanda bahwa ia setuju dengan gaun yang dipakai Azzura saat ia menatap wanitanya tersebut. "Selamat datang kembali, Sayang," Alan berbisik, ia kemudian menggenggam dagu Azzura, membungkuk, dan memberikan ciuman lembut di bibirnya. Sentuhan bibir Alan pada bibir Azzura bergema di seluruh tubuh Azzura. Ciuman Alan yang singkat namun lama itu bahkan membuat nafas Azzura sesak."Hai," bisik Azzura saat wajahnya memerah ketika bertatapan dengan Alan. Alan kemudian mengulas senyumnya. "Kau tepat waktu, Sayang. Aku suka dengan orang yang tepat waktu. Ayo!" Alan mengambil tangan Azzura, dan membawanya ke sofa.Alan dan Azzura duduk berdampingan. Kemudian seluruh tubuh Alan berbalik menghadap Azzura, dan salah satu kakinya diselipkan di bawah kaki yang lain. Setelah itu, Alan menyelipkan rambut ke belakang telinga Azzura dengan jari telunjuknya. Tubuh Azzura kontan menjadi hidup karena s
Suasana yang tenang seolah mendukung hasrat Alan pada Azzura saat itu. Alan benar-benar terangsang, iblis dalam dirinya seolah tidak memikirkan fakta bahwa kini Azzura adalah seorang pasien. "Mmhhhh ...." desahan kecil keluar dari mulut sang fashion desainer saat Alan meremas gunung kembarnya yang berpakaian dengan gerakan sensual. "Alan... I'm so wet. Do you want to taste me?" ucap Azzura saat ia menarik bibirnya dari Alan sementara dada bulat dan padatnya bergerak naik dan turun dengan cepat. Ia terengah-engah. Mendengar itu, Alan lantas menyeringai, matanya menyala tanda bahwa ia semakin terbakar gairah dan juga bersemangat. "Tentu saja, Azzura. Besides the heart, your pussy is mine," jawab Alan, berbisik di depan wajah sang kekasih. "Sayang...." Alan dengan jarinya membelai wajah Azzura hingga ke bibirnya. "Kau tahu, menjilati vaginamu adalah favoritku. Aku akan menjilatinya sampai kau cum, atau memohon kepadaku atau menyemprotkan jusmu ke wajahku. Bahkan, setelah kau orgasme,
"Meski cerita dan mimpi itu mengerikan, aku tidak akan berani menyakitimu, Azzura," kata Alan pelan meski nada bicaranya terdengar dingin.Mendengar itu, Azzura lantas mengangkat wajah cantiknya yang pucat, dan kemudian menatap Alan nanar sementara keningnya berkerut. "Hhhhhh ...." Alan mengehela napas panjang guna menetralisir perasaan sesak yang memenuhi dadanya."Azzura, bahkan sepanjang kau bercerita tadi, tak sedetik atau sekali pun aku berpikir kapan kau mulai memutuskan mencampuri hidupku dengan rencana yang kacau. Entah mengapa hatiku percaya bahwa kau mana mungkin akan begitu. Kau tak mungkin harus sakit untuk mengacaukan hidupku, dan membuat aku percaya untuk mencintaimu," kata Alan dengan tenang. "Alan, saat aku bertemu denganmu aku tidak tahu apa-apa. Dan, saat aku tahu apa yang menghubungkan kita, aku coba memberitahumu ribuan kali," balas sang fashion desainer yang baru menyeka air matanya dengan tangan kosongnya ini. "Aku percaya padamu, Azzura. Sumpah!" tegas si pem
"Apa yang terjadi?" tanya seorang petugas medis wanita yang rambut coklat gelap dan panjangnya dikuncir kuda pada Alan yang belum lama tiba di IGD rumah sakit. Alan yang tampak cemas dan bingung kemudian menjelaskan: "Dia kalut, dan tiba-tiba pingsan."Petugas medis wanita itu mengangguk mengerti. "Baiklah... Dokter akan periksa sekarang. Tolong tunggu di luar," katanya pada Alan. Alan pun mengangguk menuruti perintahnya. Dan setelah beberapa saat, seorang dokter wanita yang berambut hitam pendek sebahu keluar dan bertemu Alan."Dok, apa kondisinya stabil?" tanya Alan dengan perasaan tak sabar yang menggerogoti dirinya. "Ya, kondisinya stabil. Tadi, dia mengalami syok. Tapi kami butuh rekam medisnya. Ada bekas luka di dadanya. Saya kira dia telah melakukan transplantasi hati dan jantung. Dan, apa yang baru saja terjadi mungkin terkait dengan operasi yang dia jalani. Tolong segera hubungi dokter jantungnya. Kami butuh informasi rekam medisnya untuk memastikan bahwa dia tidak menola
Malam harinya—setelah bertemu dengan Tommy dan Alexa, Azzura yang telah membatalkan acara makan malam bersama orangtuanya kembali ke apartemen Alan. Di apartemen itu, ia duduk di meja makan sembari membuka tutup botol anggur. Setelah itu, wanita seksi ini menuang segelas anggur untuk dirinya sendiri, kemudian menyesapnya. Tidak berapa lama, Azzura mendengar suara pintu berdecit dan derap langkah kaki seseorang. Siapa lagi jika bukan sang penguasa apartemen, Alan. Mendengar Alan pulang, Azzura bergegas bangkit dari duduknya dan menghampiri Alan yang masih berdiri di depan pintu masuk. "Sayang, kau di sini?" Alan tersenyum pada Azzura. Dengan cepat Azzura mengangguk lalu ia dengan sopan mengatakan bahwa ia datang ke apartemen untuk makan malam bersama kekasihnya. "Tapi, bukankah seharusnya sekarang kau sedang makan malam bersama orangtuamu?" Alan mengernyit saat menatap Azzura. Ia bingung. "Aku sangat merindukanmu, jadi, aku datang kemari. Yah... Aku ingin makan malam bersamamu,
"Hhhhh ..." Ayah Azzura menghela napas panjang, dan memijat pelipisnya pelan tatkala ia menatap putrinya heran. "Jadi, sebenarnya... Apa maksudmu, Azzura?" pria paruh baya ini bertanya dengan nada bingung. "Shit!" Azzura menggeram. Dan kemudian wanita seksi ini memajukan duduknya, lebih dekat dengan coffee table yang memisahkannya dengan orangtuanya. "Selama ini Ayah dan Ibu berbohong padaku!" ujar Azzura melotot pada orangtuanya. "Ayah... Tolong akhiri semua kebohongan ini. Aku tahu bahwa tidak pernah ada donor yang mengalami kecelakaan atau keluarga yang dengan senang hati ingin mendonasikan jantung, hati, dan matanya padaku!" ungkap Azzura, sinis. Sementara, yang diajak bicara membisu. "Dia dibunuh. Nyawanya diambil secara sengaja. Ada yang membunuhnya. Wanita dengan kondisi sehat dan bahagia, memiliki orang tua, kekasih, dan kehidupan!" imbuh Azzura, marah. Sekarang katakan padaku, apakah Ayah terlibat dalam hal ini?" tanyanya dengan menekan setiap kata dalam kalimatnya. "Apa—
"What do you need now, Alan?" tanya Azzura. Yang ditanya kemudian menyeringai. Seringai liciknya tersebut tampak jelas di wajahnya yang tampan itu. "I want you under me, Azzura," jawab Alan, terdengar sangat sensual.Mendengar itu, Azzura lantas tersenyum. "Mr. Alan, you will get what you expect from me," balas sang fashion desainer seksi ini dengan begitu tegas."I must say once again that you never fail to please me, Baby." Alan membelai pipi sebelah kiri Azzura dengan gerakan sensual. Sehingga, membuat hati Azzura berdesir sangat hebat."Astaga, Azzura... Kau semakin terlihat seperti... Wanita jalang. Aku tak pernah menduga bahwa kau akan melangkah sejauh ini," ujar dewi batin Azzura, menggerutu kesal pada Azzura yang tak tahu malu. "Tapi, yah... Kau juga merasa sangat senang ketika kau bisa bercinta dengan Alan, bukan?" sahut sel-sel liar Azzura. "Sungguh! Kau benar-benar tidak bisa menolak tubuh Alan," timpal dewi batin Azzura. Sekian detik berikutnya, Azzura memberanikan diri
"Ehem ...." Azzura berdeham dan berkedip. "Alan... Apakah aku boleh bertanya sesuatu kepadamu?" tanyanya pelan dan hati-hati saat bertatapan dengan kekasihnya itu. Tanpa ragu, Alan pun mengangguk. "Ya, tentu saja boleh," jawab pria memesona ini. "Selama pertanyaanmu itu tak melewati batas, aku juga akan menjawabnya." Alan tertawa. Ia lalu merangkul Azzura selagi mereka duduk bersebalahan di bathtub.Pelukan seperti ini digunakan oleh Alan pada sang kekasih untuk menunjukkan dukungannya, rasa cinta dan sayangnya kepada Azzura."Hmm... Apa tidak masalah jika kau membawaku pindah apartemen ini? Maksudku, kau dan Odette—""Cup." Dengan cepat, Alan memotong bicara sang kekasih dengan membungkam mulutnya dengan kecupan kilat. Kecupan kilat di bibirnya detik itu kontan membuat Azzura cukup terkejut. Matanya melebar saat bersitatap dengan Alan, seolah ia bertanya, "Apa yang kau lakukan? Aku sedang bicara!" "Sayang...." Alan dengan lembut berucap sembari jari-jarinya membelai pipi Azzura se
Bathtub yang terdapat di kamar mandi Alan cukup untuk jumlah dua orang saja. Kemudian bathtub ini juga dilengkapi dengan dek kayu jati.Bukan hanya itu, terdapat juga sandaran di masing-masing sisi, sehingga Alan dan Azzura bisa merasa lebih santai usai pergulatan mereka yang panas, menyakitkan, namun sangat menyenangkan.Sayangnya, alih-alih merasa rileks karena pijatan alami yang diberikan oleh air hangat di dalam bathtub, ruang memori di kepala Azzura justru kembali berputar bak gulungan film. Ya, gulungan film yang sangat siap menampilkan potongan-potongan visual di dalamnya. Hal ini tentu saja kembali mematik rasa takut Azzura dan tercetak jelas di wajah cantiknya. Karena itulah tangan Azzura jadi gemetar. Bahkan, tubuhnya menjadi lemas alih-alih segar karena berendam di air hangat yang menenangkan. Azzura tercekat lantas membeku di samping Alan. Sementara, di waktu ini, ruang memori di kepala Azzura mulai menampilkan beberapa adegan visual yang membuat wanita seksi satu ini m
Tanpa perlu menunggu lebih lama, Azzura lantas menjawab Alan dengan tersenyum malu-malu kepadanya. Sehingga, Alan merasa bahwa wanita di hadapannya ini terlihat semakin cantik dan menggemaskan.Sementara itu, di bawah sana tampak Alan Junior yang bertipe Burrito sudah sangat siap untuk melakukan pekerjaannya, memasuki liang senggama Azzura yang berkedut dan basah.Saat Mr. Burrito milik Alan akan memasuki honey pot nya, Azzura membuka kedua kakinya lebar-lebar. Dan setelah itu, baru lah Mr. Burrito sang kekasih perlahan memasuki arena permainannya. "Aagghhh..." Azzura terperanjat saat Mr. Burrito si pemandu wisata dan selam scuba memesona favoritnya itu memenuhi liang senggamanya, dan memberi tekanan serta rangsangan di semua area intimnya.Dan, agar penetrasi semakin dalam, Azzura terlihat melingkarkan kedua kakinya pada pingang Alan. "Mmhh ... ooohh ...." Azzura dan Alan mengerang dengan lembut. Melalui erangan lembut itu, Azzura dan Alan dapat saling mengetahui bahwa mereka satu