Ketika Alan mencium Azzura, wajah sang fashion desainer tersebut kontan memerah. Namun kemudian, ia merasakan tujuh nuansa merah karena keseksian Alan.
"Kau sangat panas, Alan," ungkap Azzura, berbisik pada Alan.Seketika saja Alan tersenyum lebar dan telinganya bergetar usai mendengar penuturan Azzura kepadanya."Sayang, dirimu juga sangat panas. Tidak buruk sama sekali, Azzura." Alan menekan tubuhnya pada Azzura, penuh arti.Karena itulah, kontan wajah Azzura memerah lagi. Terutama saat Alan bertopang pada sikunya dan menatap ke arah Azzura. Yang ditatap kemudian tersenyum geli.Namun kemudian, Alan terlihat membungkuk. Dan, yang mengejutkannya adalah si pemandu wisata dan juga selam scuba tampan tersebut mencium lembut Azzura di bibirnya. Lebih lembut dari sebelumnya."Azzura, apa tidurmu nyenyak?" tanya Alan dengan suaranya yang pelan dan lembut setelah mencium Azzura.Azzura pun mengangguk tegas sembari menatap A"Hm, gaun itu," kata Alan, bergumam pada Azzura, tanda bahwa ia setuju dengan gaun yang dipakai Azzura saat ia menatap wanitanya tersebut. "Selamat datang kembali, Sayang," Alan berbisik, ia kemudian menggenggam dagu Azzura, membungkuk, dan memberikan ciuman lembut di bibirnya. Sentuhan bibir Alan pada bibir Azzura bergema di seluruh tubuh Azzura. Ciuman Alan yang singkat namun lama itu bahkan membuat nafas Azzura sesak."Hai," bisik Azzura saat wajahnya memerah ketika bertatapan dengan Alan. Alan kemudian mengulas senyumnya. "Kau tepat waktu, Sayang. Aku suka dengan orang yang tepat waktu. Ayo!" Alan mengambil tangan Azzura, dan membawanya ke sofa.Alan dan Azzura duduk berdampingan. Kemudian seluruh tubuh Alan berbalik menghadap Azzura, dan salah satu kakinya diselipkan di bawah kaki yang lain. Setelah itu, Alan menyelipkan rambut ke belakang telinga Azzura dengan jari telunjuknya. Tubuh Azzura kontan menjadi hidup karena s
"Bersemangat seperti biasa, Azzura?" Alan tersenyum ke arah piring kosong Azzura. Sementara, sang fashion desainer cantik dan seksi tersebut menatap si pemandu wisata dan selam scuba memesona dari bawah bulu matanya."Ya," bisik Azzura. Mendengar itu, nafas Alan lantas tersentak. Dan, ketika Alan menatap ke arah Azzura, Azzura merasakan suasana di antaranya dan Alan perlahan-lahan bergeser, berkembang dan mengisi.Buktinya, tatapan Alan berubah dari gelap menjadi terlihat membara, membawa Azzura bersamanya. Alan lalu berdiri, menutup jarak di antaranya dan Azzura.Namun kemudian, Alan menarik Azzura dari kursi barnya ke dalam pelukannya. "Azzura, apa kau ingin melakukan adegan lain bersamaku malam ini?" Alan bernafas dan menatap Azzura tajam. "Apakah kau akan memukulku dan bercinta?" ujar Azzura, penasaran. Alan pun mengangguk. "Ya, Azzura. Tapi, itu tidak akan menyakitimu. Aku tak ingin menghukummu saat ini, Sayang. Jika itu
Setelah memperingatkan Azzura, Alan menarik rambut Azzura ke punggung wanita tersebut. Hal ini kontan membuat Azzura terkejut.Namun, yang membuat Azzura semakin terkejut adalah ketika Alan mulai menjalin satu jalinan besar, jari-jarinya cepat dan cekatan.Alan kemudian mengikat rambut Azzura dengan sebuah ikat rambut yang tak terlihat ketika ia selesai dan memberikan tarikan cepat hingga Azzura terpaksa mundur ke arahnya."Sayang, aku suka rambutmu dikepang ketika kau bersamaku," bisik Alan dengan begitu lembut. Lalu detik berikutnya, pria memesona ini melepaskan rambut Azzura. "Berbalik," perintah Alan tegas. Dengan segera Azzura melakukan seperti yang diperintahkan oleh Alan saat pernapasannya dangkal, lalu takut dan kerinduan bercampur jadi satu. Ini merupakan perpaduan yang memabukkan."Ketika aku memintamu untuk datang ke sini, ini adalah caramu berpakaian. Hanya celana dalammu. Apa kau mengerti, Sayang?" tanya Alan, dingin.
Alan berdiri sangat dekat saat ia mengikat borgol. Sementara, Azzura menatap dada Alan. Jarak yang begitu dekat di antara mereka seolah memabukkan Azzura. Bagaimana mungkin Alan bisa tidak memabukkan Azzura jika ia beraroma sabun mandi, sehingga membuat Azzura ingin menjalankan hidung mancung dan lidahnya melalui segelintir bulu dada Alan. Azzura bisa saja bersandar ke depan, namun Alan melangkah mundur dan menatap ke arahnya dengan raut wajah berkabut dan cabul. Sehingga, Azzura tak berdaya. Ya, saat itu tangan Azzura diikat dan ia hanya bisa melihat wajah memesona Alan—membaca hasrat hingga kerinduan lelaki itu kepadanya.Karena hal itu, Azzura kini dapat merasakan kelembaban di antara kedua kakinya. Terutama ketika si pemandu wisata dan selam scuba itu berjalan perlahan mengelilinginya. "Kau terlihat sangat indah terikat kuat seperti ini, Azzura. Dan mulut cerdasmu, tenang untuk saat ini. Aku suka itu," ungkap Alan disertai dengan
Saking mengendurnya tubuh Azzura, kaki Azzura seakan berubah menjadi jeli. Karena itu, Alan melingkari tubuh Azzura.Azzura pun larut dalam pelukan Alan, kepalanya di dada Alan dan ia mendesesis juga merintih saat pengaruh dari orgasme melandanya. Alan kemudian mengangkat Azzura, dan tiba-tiba ia dan Azzura bergerak dengan lengan Azzura yang masih terikat di atas kepala. Pada waktu ini, Azzura bisa merasakan dinginnya kayu mengkilap di belakangnya, sementara Alan sedang melepaskan kancing celana jeans nya. Setelah itu, Alan menempatkan Azzura turun ke arah kayu. Dan kemudian, tangan Alan membelit di sekitar paha Azzura saat ia mengangkat tubuh wanita seksi itu lagi. "Angkat kakimu, Sayang, dan belitkan kakimu pada pinggangku," kata Alan dengan tenang dan begitu lembut.Azzura merasa sangat lemah, tapi tetap ia lakukan seperti apa yang Alan perintahkan sembari membelitkan kakinya di sekitar pinggul Alan, dan memposisikan dirin
Ketika Alan mengikatkan kabel pengikat di tangan Azzura hingga mengencangkan plastiknya, mata Azzura seakan terbang ke arah Alan. "Kelihatannya kenal?" Alan bertanya pada Azzura, dan ia tak bisa menyembunyikan senyumnya."Astaga... ikatan kabel plastik di villa." Azzura ternganga memandangnya. Dan Bersamaan dengan itu, lonjakan adrenalin menyegarkan tubuh wanita seksi ini kembali. "Aku punya gunting, Sayang." Alan memegangnya agar Azzura bisa melihat. "Aku bisa memotong ikatannya dalam sekejap," terang pria memesona ini dengan tenang.Azzura mencoba menarik pergelangan tangannya terpisah, ia menguji ikatannya, namun seketika plastiknya menggigit kulit pergelangan tangannya—itu sakit. Namun, jikalau Azzura melemaskan pergelangan tangannya itu baik-baik saja—ikatannya tidak merobek ke dalam kulit pergelangan tangannya. "Ayo." Alan mengambil tangan Azzura kemudian membawa wanitanya tersebut ke ranjang bertiang empat.Di
"Itu salahku, Sayang," kata Alan, dan kemudian ia menggeser Azzura agar dapat menggosok bahu dan juga lengan sang fashion desainer tersebut. Ya, dengan lembut Alan memijat, ia menghidupkan kembali anggota tubuh Azzura. Sementara, Azzura melirik Alan di belakangnya, mencoba memahami apa yang Alan maksud. "Kau tak tertawa lebih sering," ucap Alan sembari memijat bahu Azzura. Seketika saja Azzura tersenyum tipis. "Tertawaku tidak begitu hebat, Alan," balas Azzura, bergumam pada Alan karena ia mengantuk. "Oh, tapi ketika itu terjadi, Azzura, ini merupakan keajaiban dan sukacita untuk dilihat," terang si pemandu wisata dan selam scuba memesona ini dengan sungguh-sungguh. "Sangat berbunga-bunga, Tuan Alan Sayang," ucap Azzura, bergumam sambil mencoba membuka mata.Kontan mata abu-abu gelap Alan melembut tatkala bertatapan dengan Azzura, dan ia pun tersenyum. "Aku akan mengatakan kau benar-benar telah ditiduri, dan kau membutuhkan
"Hai," kata Azzura lembut, dan juga senyum seperti sphinx-nya untuk membalas senyuman Alan. "Hai," kata Alan, tidak kalah lembut. "Bagaimana perasaanmu pagi ini, Sayang?" Mata Alan menyala penuh rasa geli. "Bagus, terima kasih. Kau?" jawab Azzura bertanya kembali pada Alan. "Aku merasa luar biasa baik, Azzura," terang Alan. Ia seperti begitu menunggu Azzura mengatakan sesuatu."Frank. Aku tidak pernah mengira kau penggemar Sinatra," ungkap Azzura. Mendengar itu, Alan mengangkat alisnya pada Azzura, tatapannya begitu spekulatif."Selera elektrik, Sayang," bisik Alan, lalu ia melangkah ke arah Azzura bagaikan macan kumbang sampai ia berdiri di depan Azzura dengan tatapannya yang begitu kuat membuat nafas Azzura tersengal-sengal.Frank mulai bersenandung lagu lama, Witchcraft. Sekian detik berikutnya, perlahan jari Alan menyusuri pipi Azzura dan wanita seksi tersebut pun merasakan hal itu semuanya turun kebawah sana."Da
Suasana yang tenang seolah mendukung hasrat Alan pada Azzura saat itu. Alan benar-benar terangsang, iblis dalam dirinya seolah tidak memikirkan fakta bahwa kini Azzura adalah seorang pasien. "Mmhhhh ...." desahan kecil keluar dari mulut sang fashion desainer saat Alan meremas gunung kembarnya yang berpakaian dengan gerakan sensual. "Alan... I'm so wet. Do you want to taste me?" ucap Azzura saat ia menarik bibirnya dari Alan sementara dada bulat dan padatnya bergerak naik dan turun dengan cepat. Ia terengah-engah. Mendengar itu, Alan lantas menyeringai, matanya menyala tanda bahwa ia semakin terbakar gairah dan juga bersemangat. "Tentu saja, Azzura. Besides the heart, your pussy is mine," jawab Alan, berbisik di depan wajah sang kekasih. "Sayang...." Alan dengan jarinya membelai wajah Azzura hingga ke bibirnya. "Kau tahu, menjilati vaginamu adalah favoritku. Aku akan menjilatinya sampai kau cum, atau memohon kepadaku atau menyemprotkan jusmu ke wajahku. Bahkan, setelah kau orgasme,
"Meski cerita dan mimpi itu mengerikan, aku tidak akan berani menyakitimu, Azzura," kata Alan pelan meski nada bicaranya terdengar dingin.Mendengar itu, Azzura lantas mengangkat wajah cantiknya yang pucat, dan kemudian menatap Alan nanar sementara keningnya berkerut. "Hhhhhh ...." Alan mengehela napas panjang guna menetralisir perasaan sesak yang memenuhi dadanya."Azzura, bahkan sepanjang kau bercerita tadi, tak sedetik atau sekali pun aku berpikir kapan kau mulai memutuskan mencampuri hidupku dengan rencana yang kacau. Entah mengapa hatiku percaya bahwa kau mana mungkin akan begitu. Kau tak mungkin harus sakit untuk mengacaukan hidupku, dan membuat aku percaya untuk mencintaimu," kata Alan dengan tenang. "Alan, saat aku bertemu denganmu aku tidak tahu apa-apa. Dan, saat aku tahu apa yang menghubungkan kita, aku coba memberitahumu ribuan kali," balas sang fashion desainer yang baru menyeka air matanya dengan tangan kosongnya ini. "Aku percaya padamu, Azzura. Sumpah!" tegas si pem
"Apa yang terjadi?" tanya seorang petugas medis wanita yang rambut coklat gelap dan panjangnya dikuncir kuda pada Alan yang belum lama tiba di IGD rumah sakit. Alan yang tampak cemas dan bingung kemudian menjelaskan: "Dia kalut, dan tiba-tiba pingsan."Petugas medis wanita itu mengangguk mengerti. "Baiklah... Dokter akan periksa sekarang. Tolong tunggu di luar," katanya pada Alan. Alan pun mengangguk menuruti perintahnya. Dan setelah beberapa saat, seorang dokter wanita yang berambut hitam pendek sebahu keluar dan bertemu Alan."Dok, apa kondisinya stabil?" tanya Alan dengan perasaan tak sabar yang menggerogoti dirinya. "Ya, kondisinya stabil. Tadi, dia mengalami syok. Tapi kami butuh rekam medisnya. Ada bekas luka di dadanya. Saya kira dia telah melakukan transplantasi hati dan jantung. Dan, apa yang baru saja terjadi mungkin terkait dengan operasi yang dia jalani. Tolong segera hubungi dokter jantungnya. Kami butuh informasi rekam medisnya untuk memastikan bahwa dia tidak menola
Malam harinya—setelah bertemu dengan Tommy dan Alexa, Azzura yang telah membatalkan acara makan malam bersama orangtuanya kembali ke apartemen Alan. Di apartemen itu, ia duduk di meja makan sembari membuka tutup botol anggur. Setelah itu, wanita seksi ini menuang segelas anggur untuk dirinya sendiri, kemudian menyesapnya. Tidak berapa lama, Azzura mendengar suara pintu berdecit dan derap langkah kaki seseorang. Siapa lagi jika bukan sang penguasa apartemen, Alan. Mendengar Alan pulang, Azzura bergegas bangkit dari duduknya dan menghampiri Alan yang masih berdiri di depan pintu masuk. "Sayang, kau di sini?" Alan tersenyum pada Azzura. Dengan cepat Azzura mengangguk lalu ia dengan sopan mengatakan bahwa ia datang ke apartemen untuk makan malam bersama kekasihnya. "Tapi, bukankah seharusnya sekarang kau sedang makan malam bersama orangtuamu?" Alan mengernyit saat menatap Azzura. Ia bingung. "Aku sangat merindukanmu, jadi, aku datang kemari. Yah... Aku ingin makan malam bersamamu,
"Hhhhh ..." Ayah Azzura menghela napas panjang, dan memijat pelipisnya pelan tatkala ia menatap putrinya heran. "Jadi, sebenarnya... Apa maksudmu, Azzura?" pria paruh baya ini bertanya dengan nada bingung. "Shit!" Azzura menggeram. Dan kemudian wanita seksi ini memajukan duduknya, lebih dekat dengan coffee table yang memisahkannya dengan orangtuanya. "Selama ini Ayah dan Ibu berbohong padaku!" ujar Azzura melotot pada orangtuanya. "Ayah... Tolong akhiri semua kebohongan ini. Aku tahu bahwa tidak pernah ada donor yang mengalami kecelakaan atau keluarga yang dengan senang hati ingin mendonasikan jantung, hati, dan matanya padaku!" ungkap Azzura, sinis. Sementara, yang diajak bicara membisu. "Dia dibunuh. Nyawanya diambil secara sengaja. Ada yang membunuhnya. Wanita dengan kondisi sehat dan bahagia, memiliki orang tua, kekasih, dan kehidupan!" imbuh Azzura, marah. Sekarang katakan padaku, apakah Ayah terlibat dalam hal ini?" tanyanya dengan menekan setiap kata dalam kalimatnya. "Apa—
"What do you need now, Alan?" tanya Azzura. Yang ditanya kemudian menyeringai. Seringai liciknya tersebut tampak jelas di wajahnya yang tampan itu. "I want you under me, Azzura," jawab Alan, terdengar sangat sensual.Mendengar itu, Azzura lantas tersenyum. "Mr. Alan, you will get what you expect from me," balas sang fashion desainer seksi ini dengan begitu tegas."I must say once again that you never fail to please me, Baby." Alan membelai pipi sebelah kiri Azzura dengan gerakan sensual. Sehingga, membuat hati Azzura berdesir sangat hebat."Astaga, Azzura... Kau semakin terlihat seperti... Wanita jalang. Aku tak pernah menduga bahwa kau akan melangkah sejauh ini," ujar dewi batin Azzura, menggerutu kesal pada Azzura yang tak tahu malu. "Tapi, yah... Kau juga merasa sangat senang ketika kau bisa bercinta dengan Alan, bukan?" sahut sel-sel liar Azzura. "Sungguh! Kau benar-benar tidak bisa menolak tubuh Alan," timpal dewi batin Azzura. Sekian detik berikutnya, Azzura memberanikan diri
"Ehem ...." Azzura berdeham dan berkedip. "Alan... Apakah aku boleh bertanya sesuatu kepadamu?" tanyanya pelan dan hati-hati saat bertatapan dengan kekasihnya itu. Tanpa ragu, Alan pun mengangguk. "Ya, tentu saja boleh," jawab pria memesona ini. "Selama pertanyaanmu itu tak melewati batas, aku juga akan menjawabnya." Alan tertawa. Ia lalu merangkul Azzura selagi mereka duduk bersebalahan di bathtub.Pelukan seperti ini digunakan oleh Alan pada sang kekasih untuk menunjukkan dukungannya, rasa cinta dan sayangnya kepada Azzura."Hmm... Apa tidak masalah jika kau membawaku pindah apartemen ini? Maksudku, kau dan Odette—""Cup." Dengan cepat, Alan memotong bicara sang kekasih dengan membungkam mulutnya dengan kecupan kilat. Kecupan kilat di bibirnya detik itu kontan membuat Azzura cukup terkejut. Matanya melebar saat bersitatap dengan Alan, seolah ia bertanya, "Apa yang kau lakukan? Aku sedang bicara!" "Sayang...." Alan dengan lembut berucap sembari jari-jarinya membelai pipi Azzura se
Bathtub yang terdapat di kamar mandi Alan cukup untuk jumlah dua orang saja. Kemudian bathtub ini juga dilengkapi dengan dek kayu jati.Bukan hanya itu, terdapat juga sandaran di masing-masing sisi, sehingga Alan dan Azzura bisa merasa lebih santai usai pergulatan mereka yang panas, menyakitkan, namun sangat menyenangkan.Sayangnya, alih-alih merasa rileks karena pijatan alami yang diberikan oleh air hangat di dalam bathtub, ruang memori di kepala Azzura justru kembali berputar bak gulungan film. Ya, gulungan film yang sangat siap menampilkan potongan-potongan visual di dalamnya. Hal ini tentu saja kembali mematik rasa takut Azzura dan tercetak jelas di wajah cantiknya. Karena itulah tangan Azzura jadi gemetar. Bahkan, tubuhnya menjadi lemas alih-alih segar karena berendam di air hangat yang menenangkan. Azzura tercekat lantas membeku di samping Alan. Sementara, di waktu ini, ruang memori di kepala Azzura mulai menampilkan beberapa adegan visual yang membuat wanita seksi satu ini m
Tanpa perlu menunggu lebih lama, Azzura lantas menjawab Alan dengan tersenyum malu-malu kepadanya. Sehingga, Alan merasa bahwa wanita di hadapannya ini terlihat semakin cantik dan menggemaskan.Sementara itu, di bawah sana tampak Alan Junior yang bertipe Burrito sudah sangat siap untuk melakukan pekerjaannya, memasuki liang senggama Azzura yang berkedut dan basah.Saat Mr. Burrito milik Alan akan memasuki honey pot nya, Azzura membuka kedua kakinya lebar-lebar. Dan setelah itu, baru lah Mr. Burrito sang kekasih perlahan memasuki arena permainannya. "Aagghhh..." Azzura terperanjat saat Mr. Burrito si pemandu wisata dan selam scuba memesona favoritnya itu memenuhi liang senggamanya, dan memberi tekanan serta rangsangan di semua area intimnya.Dan, agar penetrasi semakin dalam, Azzura terlihat melingkarkan kedua kakinya pada pingang Alan. "Mmhh ... ooohh ...." Azzura dan Alan mengerang dengan lembut. Melalui erangan lembut itu, Azzura dan Alan dapat saling mengetahui bahwa mereka satu