Ketika Alan mengikatkan kabel pengikat di tangan Azzura hingga mengencangkan plastiknya, mata Azzura seakan terbang ke arah Alan.
"Kelihatannya kenal?" Alan bertanya pada Azzura, dan ia tak bisa menyembunyikan senyumnya."Astaga... ikatan kabel plastik di villa." Azzura ternganga memandangnya. Dan Bersamaan dengan itu, lonjakan adrenalin menyegarkan tubuh wanita seksi ini kembali."Aku punya gunting, Sayang." Alan memegangnya agar Azzura bisa melihat. "Aku bisa memotong ikatannya dalam sekejap," terang pria memesona ini dengan tenang.Azzura mencoba menarik pergelangan tangannya terpisah, ia menguji ikatannya, namun seketika plastiknya menggigit kulit pergelangan tangannya—itu sakit.Namun, jikalau Azzura melemaskan pergelangan tangannya itu baik-baik saja—ikatannya tidak merobek ke dalam kulit pergelangan tangannya."Ayo." Alan mengambil tangan Azzura kemudian membawa wanitanya tersebut ke ranjang bertiang empat.Di"Itu salahku, Sayang," kata Alan, dan kemudian ia menggeser Azzura agar dapat menggosok bahu dan juga lengan sang fashion desainer tersebut. Ya, dengan lembut Alan memijat, ia menghidupkan kembali anggota tubuh Azzura. Sementara, Azzura melirik Alan di belakangnya, mencoba memahami apa yang Alan maksud. "Kau tak tertawa lebih sering," ucap Alan sembari memijat bahu Azzura. Seketika saja Azzura tersenyum tipis. "Tertawaku tidak begitu hebat, Alan," balas Azzura, bergumam pada Alan karena ia mengantuk. "Oh, tapi ketika itu terjadi, Azzura, ini merupakan keajaiban dan sukacita untuk dilihat," terang si pemandu wisata dan selam scuba memesona ini dengan sungguh-sungguh. "Sangat berbunga-bunga, Tuan Alan Sayang," ucap Azzura, bergumam sambil mencoba membuka mata.Kontan mata abu-abu gelap Alan melembut tatkala bertatapan dengan Azzura, dan ia pun tersenyum. "Aku akan mengatakan kau benar-benar telah ditiduri, dan kau membutuhkan
"Hai," kata Azzura lembut, dan juga senyum seperti sphinx-nya untuk membalas senyuman Alan. "Hai," kata Alan, tidak kalah lembut. "Bagaimana perasaanmu pagi ini, Sayang?" Mata Alan menyala penuh rasa geli. "Bagus, terima kasih. Kau?" jawab Azzura bertanya kembali pada Alan. "Aku merasa luar biasa baik, Azzura," terang Alan. Ia seperti begitu menunggu Azzura mengatakan sesuatu."Frank. Aku tidak pernah mengira kau penggemar Sinatra," ungkap Azzura. Mendengar itu, Alan mengangkat alisnya pada Azzura, tatapannya begitu spekulatif."Selera elektrik, Sayang," bisik Alan, lalu ia melangkah ke arah Azzura bagaikan macan kumbang sampai ia berdiri di depan Azzura dengan tatapannya yang begitu kuat membuat nafas Azzura tersengal-sengal.Frank mulai bersenandung lagu lama, Witchcraft. Sekian detik berikutnya, perlahan jari Alan menyusuri pipi Azzura dan wanita seksi tersebut pun merasakan hal itu semuanya turun kebawah sana."Da
Alan nyengir. "Itu cepat, mudah, dan merupakan pengalaman yang berbeda yang pernah kau rasakan. Aku tahu itu agak brutal, dan aku menyukai itu sebagai alat untuk mengikat," terang Alan. "Sangat efektif menjagamu untuk tak bergerak, Azzura," imbuhnya. Lalu ia tersenyum lembut pada Azzura. Seketika saja wajah Azzura memerah setelah ia mendengar penuturan Alan itu. Ia lalu melirik ke arah Alan dengan gugup, yang kini tengah mengangkat bahu tanpa rasa bersalah saat pandangannya tetap di jalan. "Semua itu adalah bagian dari duniaku, Azzura." Alan meremas tangan Azzura dan melepaskannya. Ia lalu menatap ke arah jalan di depannya lagi."Dan aku ingin menjadi bagian dari duniamu, Lan," balas Azzura sambil menatap ke luar jendela saat mobil yang dikendarai Alan melintasi salah satu jembatan yang dikelilingi cahaya pagi nan cerah. Pagi yang cerah hari itu menggambarkan suasana hati Azzura yang sedang bahagia. Namun kemudian, sang fashion desainer ini mel
"Kapan kau bilang bahwa kau akan pergi?" tanya Alan mendesak. Nada suaranya begitu lembut. Ia seolah sedang menutupi kemarahannya."Alan, tenanglah, aku bukan meninggalkanmu. Aku akan menemui ibuku, dan aku hanya berpikir tentang hal itu," terang Azzura, meyakinkan Alan. "Bagaimana dengan semua rencana kita di ruang bermain?" tanya Alan lagi, sinis. "Kita belum membahasnya lagi, Alan," jawab sang fashion desainer membuat Alan membisu sejenak. Saat terdiam, Alan menyempitkan matanya. Ia lalu seperti diingatkan sendiri oleh dirinya. Karena itulah, Alan melepaskan tangan Azzura, dan ia memegang siku wanita seksi itu lalu membawanya keluar dari ruang tamu.“Pembicaraan ini belum berakhir, Azzura," tukas Alan, berbisik dengan nada mengancam saat ia dan sang fashion desainer favoritnya memasuki ruang makan."Oh ampun..." ujar Azzura, berbisik lirih dari dalam hatinya selagi matanya melotot pada Alan.Ketika di ruang makan,
Mia menceritakan tentang proyek gedung terbaru calon suaminya, yang ramah lingkungan di sebelah utara Shanghai. Saat Mia bercerita, Azzura melirik ke arah Senna. Istri Sage tersebut sedang memperhatikan setiap ucapan Mia, matanya bersinar dengan penuh cinta. Tetapi sekian detik kemudian, Azzura mengalihkan pandangannya ke arah Alan. Ia menatap Alan sambil menghela nafas. Di mata Azzura, Alan begitu tampan sehingga ia tak merasa bosan untuk menatap si pemandu wisata dan selam scuba itu selamanya. Alan memiliki sedikit jenggot di dagunya. Karena itulah, jari Azzura terasa gatal untuk menggaruk bahkan merasakannya di wajah, gunung kembar, hingga di antara pahanya. Hanya memikirkan hal itu sudah membuat Azzura merasa malu. Namun yang membuat Azzura makin malu adalah ketika Alan mengintip ke arahnya dan mengangkat tangannya untuk menarik dagunya. "Jangan menggigit bibirmu,” bisik Alan parau. "Aku ingin melakukan itu," kecam pria
Raut wajah Alan adalah kombinasi aneh, lembut, dan tajam. Namun kemudian, perlahan-lahan Alan menutup matanya, dan ia mencondongkan wajahnya pada sentuhan Azzura selagi nafasnya tertahan di tenggorokan.Berbeda dengan Alan, Azzura dengan tangannya yang lain mencoba menjangkau Alan. Wanita seksi satu itu mengusap jarinya ke rambut Alan karena ia menyukai rambut pria memesona tersebut. Saat Azzura mengusap rambutnya, Alan terdengar mengerang. Erangannya lembut hampir tidak terdengar. Dan ketika Alan membuka matanya, tatapanya adalah waspada, seperti ia tak mengerti apa yang Azzura lakukan.Azzura melangkah ke depan mendekati Alan. Lalu ia menarik rambut Alan, membawa mulut pria memesona itu ke mulutnya. Ya, Azzura mencium Alan, memaksa lidahnya melewati bibir Alan dan ke dalam mulut Alan. Aksi Azzura itu membuat Alan mengerang sambil tangannya memeluk Azzura, menariknya menempel ketat di tubuhnya.Selanjutnya tangan Alan menemukan jalan k
Azzura duduk, sedikit limbung dan linglung setelah bercinta dengan keras meski singkat dengan Alan. "Ini... kau bisa pakai ini, Sayang," Alan menarik keluar celana dalam Azzura dari saku celananya. Melihat itu, Azzura tak lantas tersenyum ketika ia mengambil celana dalamnya dari Alan. Namun hati kecil Azzura tahu, meski ia telah menerima hukuman tetapi ia memperoleh kemenangan kecil atas celana dalamnya. Karena itulah, samar-samar Azzura mengangguk setuju dan senyum puas tercetak jelas di waiahnya. Ya, akhirnya Azzura tak perlu meminta celana dalamnya. "Alan!" Mia berteriak dari lantai bawah. Mendengar itu, Alan lantas berbalik dan mengangkat alisnya kepada Azzura. "Tepat pada waktunya. Ya Tuhan, dia kadang bisa benar-benar menjengkelkan." Azzura cemberut ke arah Alan. Ia lalu buru-buru mengembalikan celana dalamnya ke tempat yang selayaknya.Usai memakai celana dalamnya, Azzura berdiri dengan kehormatan sebanyak yang ia bisa kerahkan
"Ooh! Alan ingin aku di sana, dan itu merupakan pengungkapan yang baru," kata Azzura, bergumam riang dalam hatinya usai mendengar penuturan Alan padanya. Ya, penuturan Alan membuat rasa hanya seketika menyebar perlahan melalui pembuluh darah Azzura. Tapi, yang membuat Azzura semakin salah tingkah adalah saat Alan menggeleng dan meraih tangannya. Saking salah tingkahnya Azzura, ia sampai terpaku sesaat menatap keluar jendela saat mobil yang dikendarai Alan sedang menuju kembali melintasi jembatan."Mengapa, Sayang?" Alan menekan Azzura untuk memberikan jawaban. Yang ditanya hanya mengangkat diam dan mengangkat bahu. Ia merasa terjebak. Jujur saja, sebenarnya Azzura tak ingin kehilangan Alan. Terlepas dari semua tuntutannya dan kebutuhannya untuk mengontrol sifat buruknya saat bercinta akhir-akhir ini. Mengapa tidak Azzura tak ingin kehilangan Alan? Karena ia tidak pernah merasa begitu hidup seperti yang ia rasakan sekarang. Ini seperti