"Ooh! Alan ingin aku di sana, dan itu merupakan pengungkapan yang baru," kata Azzura, bergumam riang dalam hatinya usai mendengar penuturan Alan padanya.
Ya, penuturan Alan membuat rasa hanya seketika menyebar perlahan melalui pembuluh darah Azzura. Tapi, yang membuat Azzura semakin salah tingkah adalah saat Alan menggeleng dan meraih tangannya.Saking salah tingkahnya Azzura, ia sampai terpaku sesaat menatap keluar jendela saat mobil yang dikendarai Alan sedang menuju kembali melintasi jembatan."Mengapa, Sayang?" Alan menekan Azzura untuk memberikan jawaban. Yang ditanya hanya mengangkat diam dan mengangkat bahu. Ia merasa terjebak.Jujur saja, sebenarnya Azzura tak ingin kehilangan Alan. Terlepas dari semua tuntutannya dan kebutuhannya untuk mengontrol sifat buruknya saat bercinta akhir-akhir ini.Mengapa tidak Azzura tak ingin kehilangan Alan? Karena ia tidak pernah merasa begitu hidup seperti yang ia rasakan sekarang. Ini sepertiAzzura kontan terkesiap karena pertanyaan Alan. "Oh tidak. Aku sudah cukup mendapatkan sesuatu yang eksotis untuk hari ini," kata Azzura, bergumam dalam hati. Gerutu Azzura itu lantas membuat dewi batinnya cemberut kepadanya, gagal total untuk menyembunyikan kekecewaannya."Apa kau yakin, Sayang?" tanya Alan lembut. "Aku melayani untuk semua selera di sini, setidaknya ada enam puluh satu rasa." Alan nyengir penuh gairah pada Azzura."Ya, aku tahu, Alan. Aku sudah memperhatikan itu," Azzura menjawab dengan datar. Yang diajak bicara hanya menggeleng. "Ayo, Azzura. Kau harus bekerja besok pagi. Butik memerlukanmu. Semakin cepat kau di tempat tidur, maka semakin cepat kau akan bercinta, dan semakin cepat kau bisa tidur, Sayang," jelas Alan tanpa ragu.Kontan wajar Azzura memerah karena ucapan si pemandu wisata dan selam scuba memesona itu. "Alan, kau seorang yang romantis sekali," balas Azzura, masih teguh pendirian menolak tawaran Alan.
"Jangan ragu untuk meminjam sikat gigiku." Nada suara Alan lembut mengejek."Ya, terima kasih, Tuan Alan." Azzura tersenyum manis pada Alan. Ia kemudian pergi, kembali ke tempat tidur.Lalu beberapa menit kemudian, Alan pun terlihat bergabung dengan Azzura. "Kau tahu malam ini berakhir bukan seperti yang aku bayangkan," gumam Alan kesal."Bayangkan kalau aku katakan padamu bahwa lau tak bisa bercinta denganku," balas Azzura sinis saat Alan naik ke tempat tidur dan duduk bersila. "Hhhhh ...." Alan mendengus kasar. "Sayang, aku sudah bilang, jika aku bercinta denganmu maka aku ingin bercinta dan bermain dengan sangat kasar. Sementara, kau sudah lelah dan mengantuk. Aku tak ingin beban itu ada di kepalamu. Mengapa kau mau?" beber pria tampan ini lembut."Ya, memang benar aku lelah dan mengantuk. Tapi, aku tahu kapan aku harus tidur, Alan. Aku benar-benar ingin bercinta dan bermian denganmu. Melakukan adegan lain bersamamu, yang belum pernah
Selang beberapa saat, Alan menempatkan tangannya pada punggung Azzura dan dengan sangat lembut ia membelainya dengan seluruh tangannya. Sementara itu, dengan mata terbuka Azzura dapat melihat kaki Alan melalui sela-sela kakinya, tidak lebih. Ia lalu memejamkan mata erat-erat tatkala Alan bergerak dengan lembut menyingkap celana dalamnya ke samping. Usai menyingkap celana dalam Azzura, perlahan-lahan Alan mengelus jarinya naik turun pada kemaluan sang fashion desainer seksi tersebut.Karena itu, tubuh Azzura lantas menegang dalam campuran memabukkan dari antisipasi liar dan gairah. Lalu detik berikutnya, Alan memasukkan satu jari di dalam diri Azzura. Alan kemudian membuat gerakan memutar dengan tangannya secara nikmat dan perlahan. "Rasanya sangat nikmat," gumam Azzura. Wanita ini lalu mengerang. Saat Azzura mengerang, nafas Alan berhenti. Dan Azzura mendengar Alan terkesiap saat pria memesona itu mengulangi gerakan. Namun k
Seketika saja Azzura mengernyitkan wajah selagi seluruh tubuh sintalnya mencoba untuk menyerap semua perasaan asing yang dirasakannya. Bersama dengan itu, Azzura memperhatikan bahwa Alan tak memukulnya sekeras seperti sebelumnya. Ya, Alan membelai punggungnya, menelusuri telapak tangannya di kulitnya dan di atas celana dalamnya. Namun anehnya, Alan tidak melepas celana dalam Azzura. Dan kemudian, telapak tangan Alan menghilang. Rupanya pria memesona itu menampar pantar Azzura lagi. "Ouh ...." Azzura merintih saat sensasi tamparan di pantatnya menyebar. Alan memulai menampar pantatnya dengan pola dari kiri ke kanan dan kemudian turun.Pola yang turun adalah yang terbaik bagi Azzura, yang membuat semua dalam dirinya bergerak maju. Dan di antara setiap tamparan, Alan membelai dan memijat Azzura. Benar! Azzura dipijat oleh Alan dari dalam dan luar. Ini merangsang Azzura lalu menimbulkan perasaan erotis, dan untuk beberapa alasan, karena i
“Aku tidur sangat nyenyak, Alan, terima kasih. Aku hanya datang untuk menyapa sebelum aku mandi," tukas Azzura sambil menatap Alan dalam-dalam. Tatapan Azzura itu rupanya membuat Alan kontan membungkuk dan mencium bibir Azzura dengan lembut. Azzura pun tak bisa menahan diri.Ya, fashion desainer cantik dan seksi itu langsung meletakkan tangannya ke leher Alan. Ia lalu memutar jari-jarinya yang panjang di rambut Alan yang masih basah. Sekian detik kemudian, Alan dengan perasaan tak sabar mendorong tubuh Azzura yang bergairah padanya saat sang empunya tubuh membalas ciumannya. Dilihat dari cara Azzura mencium Alan, wanita satu ini benar-benar menginginkan Alan. Buktinya serangannya membuat Alan terkejut. Tak hanya terkejut, Alan rupanya juga kalah karena serangan Azzura. Namun bukan Alan namanya jikalau ia hanya diam. Alan membalas serangan Azzura, tenggorokannya mengerang pelan dan kemudian tangannya menyelip ke rambut Azzura
Saat berdiri di depan Azzura, dengan lembut Alan membelai pipi Azzura dengan punggung jarinya. "Aku tak ingin membangunkanmu, kau tampak begitu tenang. Apa kau tidur nyenyak?" tanya Alan penuh perhatian. Azzura pun mengangguk perlahan. Dan kemudian, dalam waktu yang singkat, Azzura bisa melihat perubahan ekspresi Alan. Lalu detik berikutnya, tiba-tiba menarik diri Azzura, membuatnya meringis."Apa kau merasa nyeri?" tanya Alan, bersandar di atas Azzura. Samar-samar Azzura mengangguk. "Sedikit," aku Azzura.Pengakuan Azzura itu membuat Alan tersenyum. "Kau tahu apa, Sayang? Aku suka kau sakit," ungkap Alan dengan matanya yang membara. "Mengingatkan di mana aku sudah memilikmu, dan hanya aku,""Ya, aku hanya milikmu." Wajah Azzura memerah, ia terbawa suasana.Alan lantas mengenggam dagu Azzura kemudian menciumnya dengan kasar. Ia lalu berdiri dan tangannya meraih untuk membantu Azzura. Bersama dengan itu, Azzura melihat
Sekian detik berikutnya, Azzura mengikuti tindakan Alan dengan melangkah keluar dari sepatu hitamnya. Dan, tiba-tiba Alan mendekati Azzura, ia mendorong wanita itu ke dinding.Sesaat usai mendorong Azzura ke dinding, Alan mencium Azzura tepat di wajahnya, lalu beralih ke leher, dan terakhir bibirnya sambil menjalankan tangannya ke rambut Azzura.Azzura merasakan dinding ubin halus yang dingin di punggungnya saat Alan mendorong dirinya terhadapnya agar ia menempel diantara panas dan dinginnya keramik. Di waktu ini, Azzura juga mencoba menempatkan tangannya pada lengan atas Alan, dan pria memesona itu mengerang saat ia meremasnya erat."Azzura, aku sangat menginginkanmu sekarang. Di sini… cepat dan keras." Alan mengambil nafas bersamaan dengan tangannya di paha Azzura, dan mendorong keatas rok wanita seksi itu. "Apa kau masih nyeri?" tanyanya. Tanpa ragu Azzura menggeleng. "Tidak," jawabnya saat wajahnya memerah. "Bagus." Alan t
Usai mencium Azzura, Alan meraih tangan Azzura, dan ia menarik wanitanya itu masuk ke bathtub. "Owh...." Azzura refleks menjerit karena airnya bisa dibilang masih mendidih. Melihat Azzura menjerit, Alan lantas menyeringai ke arah Azzura saat airnya mengalir di atasnya. "Airnya hanya sedikit panas," kata Alan.Dan sebenarnya Alan benar, airnya sedikit panas. Hanya saja Azzura terkejut. Namun kemudian, wanita itu merasa airnya membuatnya nyaman saat air membasuh tubuhnya yang lengket."Berbalik, Sayang," Alan memerintah, dan Azzura pun menuruti dengan cepat.Ya, Azzura berbalik menghadap dinding. "Aku ingin membasuhmu," bisik Alan. Ia kemudian mengambil sabun mandi, dan menyemprotkannya sedikit ke tangannya."Aku punya sesuatu yang lain untuk memberitahu dirimu, Alan," bisik Azzura saat tangan Alan mulai berada di pundaknya."Oh, ya?" kata Alan pelan, sementara Azzura, sang fashion desainer itu sedang menguatkan dirinya dengan men